Summer In December

Por PenaLc

49 3 0

Udah langsung baca aja! Semoga suka ya :) Copyright ©2019 Más

0- HaHiHu
01- Gosip
Visual Cast

02- Hopeless

11 1 0
Por PenaLc

Mau bagaimanapun Enby menyukai musim panas. Mau bagaimanapun Enby membeci dinginnya udara di musim dingin, tetapi tetap saja yang berhasil meluluh lantahkan kedinginan di hidup Enby adalah Kim Won-Shik.

Dia bagian dari musim dingin yang beku, kaku, dan tenang. Monoton. Seakan semuanya monokrom.

Enby selalu berpikir, seperti apa hidupnya jika Won-Shik benar-benar akan menjadi suaminya nanti? Seberapa kerasnya Enby berpikir, seberapa besarnya rasa penasaran Enby, dia yakin. Demi apapun yang ada di bumi, ia sangat yakin, bahwa dia akan jadi gadis paling beruntung dan bahagia.

Terlebih ketika tadi di parkiran, dia mendengar segerombolan murid yang mengatakan, sangat beruntung gadis yang bisa mendapatkan Won-Shik. Secara tidak langsung, mereka mengatakan Enby, bukan?

Enby tersenyum dalam lamunannya. Betapa senangnya dia sekarang yang telah menjadi tunangan pemuda yang di ulung-ulungkan semua perempuan di sekolah maupun di kampus.

“Kapan kita menikah?” cetus Enby menatap punggung Won-Shik yang sibuk dengan buku super tebal yang memabukkan bagi Enby.

“Kapan kita menikah?” tanya Enby lagi, ketika melihat Won-Shik masih sibuk dengan buku kedokterannya di meja belajar.

“Kamu mabuk?” Won-Shik melirik Enby sekilas sebelum kembali menghiraukan gadis yang tiba-tiba datang ke rumahnya dan sekarang memberantakan kasurnya.

Enby terkekeh kecil. “Yang benar saja. Mana ada orang mabuk di siang bolong begini? Lagian aku bakalan di omelin Daniel atau Ibu.”

“Jadi kapan kita menikah?”

Won-Shik memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri dengan pertanyaan super tolol dari Enby.

“Kamu dengar tidak?” desak Enby yang kini sudah berdiri di sebelah meja belajar Won-Shik. “Won-Shik-ah, dengar tidak? Kapan kita menikah?”

“SUNNY ZELENEBI!” sentak Won-Shik yang membuat Enby mengerjap diam di tempatnya.

Ia terkesiap ketika Won-Shik membentaknya. Apa salah dia menanyakan, kapan mereka menikah? Bukannya pertundangan ada untuk menikah? Lalu kenapa Won-Shik marah?

Sementara Won-Shik takjub dengan pertanyaan Enby yang mampu membuatnya habis kesabaran yang telah di tahannya sejak tadi. Dari gadis itu datang dan masuk ke kamarnya tanpa permisi, mengoceh tidak jelas, merengek untuk dibuatkan makan siang, dan berbagai lainnya hingga pertanyaan bodoh itu meluncur lancar dari bibir merah alami yang di miliki Enby. Won-Shik menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi belajarnya dan menoleh pada Enby yang menunduk memainkan jemarinya.

“Selesaikan sekolah kamu dulu.” Won-Shik meraih buku yang tadi di bacanya. Berniat untuk kembali melanjutkan kegiatan membacanya.

“Kemana cincin kamu?” tanya Enby yang tidak melihat cincin tunangan yang biasanya melingkar di jari manis Won-Shik. Yang warnanya sama persis seperti bandul kalung perak yang melingkar indah di lehernya.

Won-Shik menghela napas lalu meraih laci meja belajarnya. Mengeluarkan kotak beludru biru, kemudian membukanya dan mengambil cincin tersebut untuk di pakainya kembali.

“Kenapa di masukin ke sana? Kamu tidak mau memakainya?” cerca Enby yang memperhatikan setiap gerak-gerik Won-Shik.

Won-Shik menghela napas pelan. Dia tahu bahwa Enby pasti akan merajuk padanya. “Bukan begitu.”

“Terus kenapa?”

“Aku ada pertandingan tadi pagi. Kamu mau cincinya patah?”

Enby mengangguk mengerti. Dia ingat kalau Caitlin tadi bilang bahwa Won-Shik ada lomba basket. “Benar juga.” Enby tersenyum dan mencium pipi Won-Shik cepat. “Kamu yang paling mengerti.”

Won-Shik hanya bergeming dan kembali membaca, menghiraukan Enby yang kembali merebahkan tubuh di kasurnya dengan senyum lebar. Entah apa yang membuatnya bisa sebahagia itu, Won-Shik tidak ingin tahu.

“Won-Shik aku boleh post foto kita di instagram?” tanya Enby yang mengotak atik ponselnya.

Aniyo,” putus Won-Shik tanpa repot-repot melirik Enby yang kini mengerucutkan bibirnya.

Dia sudah memilih foto yang bagus beserta caption yang cocok untuk di kirim, hanya menunggu persetujuan Won-Shik. Namun, malah membuatnya menghapusnya dan keluar dari aplikasi tersebut.

“Wae?”

Won-Shik hanya diam.

“Kenapa aku tidak boleh memberi tahu temanku soal pertunangan kita?”
Won-Shik masih diam.

“Aku juga ingin temanku mengetahuinya. Memberi tahu mereka bahwa aku gadis yang paling berbahagia di bumi ini karena mendapatkan kamu.”

“Kalau kamu post di aplikasi aneh itu, bukan hanya temanmu yang tahu. Semuanya.” Akhirnya Won-Shik membuka suara seraya melirik datar Enby yang sudah duduk di bibir kasur.

“Jadi aku boleh kasih tahu temanku, kalau tidak lewat Ig?”

Won-Shik menutup matanya sebentar. Betapa sulitnya membuat Enby mengerti. “Tidak,” putus Won-Shik tak terelakkan. “Choon-hee tahu?”

“Dia bukan temanku, kamu tahu itu.”


=Hoppeless=


“Apa tidak ada pekerjaan yang lebih masuk akal, Bi?” tanya Choon-hee yang duduk di dekat jendela kamar inap milik Ibunya.

[Itu sudah masuk akal, Hee-ya.]

Choon-hee menghela napas. Baginya bekerja menjadi asisten artis bukan suatu yang masuk akal. “Keureonde…."

[Besok, sepulang sekolah kamu datang saja ke apartemennya. Nanti aku kirim alamatnya.]

Matanya memejam sesaat sebelum suara ketukan pintu menyeruak ke gendang telinganya. Ia memandang jauh ke langit lepas penuh bintang. “Sudah dulu, Bi.” Lalu panggilan terputus.

Choon-hee berjalan ke arah pintu dan membukanya. Dia sedikit terkejut melihat kehadiran seorang pemuda yang bertubuh lebih tinggi darinya, berdiri tegap dengan senyum lebar di sebelah Eun Woo—adik tirinya.

“Chan young?” Choon-hee membalas senyum pemuda itu dan melirik Eun Woo sekilas. “Kamsahamnida,” ujar Choon-hee menerima sebuket bunga yang di bawakan Chan young untuknya.

“Ini untuk Mama kamu.” Sekeranjang buah berpindah tempat dari tangan Choi Chan young ke atas nakas.

“Chan young datang, Ma.” Choon-hee membangunkan Ibunya. Sementara Eun woo berpindah ke sofa yang tadi sempat di duduki Choon-hee.

Wanita paruh baya yang terlihat lebih kurus dari bulan lalu itu bangun dari tidur lelapnya dan menemukan Chan young yang sudah berada di bagian kirinya.

“Kamu datang?” gumamnya serak setelah menerima segelas air putih dari putrinya, “Jam berapa sekarang?”

“Delapan malam,” balas Choon-hee.

“Sudah malam, ken—Eun woo-ya?” Pemuda yang di sebut namanya itu berdiri dan tersenyum kaku menghampirinya. “Kamu datang?”

Eun woo mengangguk. “Ya, Ajumma.”

“Kalian datang berdua?” tanya Ibu Choon-hee melirik Chan young dan Eun woo begantian.

“Di bawah, kami tidak sengaja bertemu, Bibi,” ujar Choi Chan young.

“Ini sudah larut malam, kenapa ke sini?”

Chan young yang duduk di kursi sebelah ranjangnya menjawab tegas, “Saya ingin menjenguk Anda,” karena ia tahu wanita paruh baya di depannya itu menyukai pemuda yang cerdas dan tegas.

Hal ini di lakukannya untuk sedikit memperlancarkan aksi dalam mendekati putri mantan penyanyi café tersebut.

“Kalian seharusnya di rumah belajar,”

“Umma,” Choon-hee merasa tidak enak hati pada Chan young yang mungkin saja tersinggung mendnegar ucapan Ibunya itu. “Tapi, terima kasih sudah datang.”

Hal itu membuat senyum di bibir Chan young terukir lebar kembali di wajahnya yang menawan. “Tidak masalah. Saya baru saja dari bekerja dan memutuskan untuk mampir.”

“Kamu bekerja?”

Chan young tersenyum dan mengangguk. Usahanya untuk membangkitkan rasa kagum dari Ibu Choon-hee sepertinya berhasil. Terlihat dari raut wajah yang sudah sedikit berubah padanya dan itu kemajuan baik untuk Chan young.

“Ya. Kebetulan saya memiliki kafe kecil di pinggir simpang empat tidak jauh dari sini.”

“Milik kamu?”

Chan young kembali mengangguk dan tersenyum senang melihat Ibu Choon-hee benar-benar sudah tertarik padanya.

“Ya. Saya memiliki sedikit tabungan dan memutuskan untuk membuat kafe,” jelas Chan young dengan dagu yang terangkat sendikit, menunjukkan kebanggaannya.

“Jarang sekali anak muda mau bekerja saat sekolah dan sudah memiliki usaha sendiri. Kamu memulainya dengan bagus,” ujar Ibu Choon-hee seraya menerima sepotong jeruk yang di kupas putrinya.

“Sepertinya saya tidak bisa berlama-lama, saya harus mengerjakan tugas sekolah untuk besok. Saya pamit dulu.” Chan young beranjak berdiri setelah menerima anggukan ringan dari Ibu Choon-hee.

“Aku antar,” Choon-hee meletakkan potongan jeruk yang tersisa dan beranjak berdiri, meninggalkan Ibunya serta Eun woo yang sejak tadi diam. “terima kasih sudah mampir,” ujar Choon-hee ketika tiba di depan kamar rawat inap.

Chan young mengangguk. “Aku senang mampir dan bertemu denganmu.” Choon-hee tertawa kecil menanggapi lelucon pemuda itu.“Apa kamu memiliki waktu sebentar sekarang?”

Choon-hee membasahi bibirnya, sejenak memberi waktu berpikir. “Ada apa?”

“Kamu mau minum teh atau kopi sebentar?”

Gadis itu tersenyum tidak enak dan berkata, “Aku mau, tapi aku tidak bisa.”

Chan young mengangguk mengerti. “Ya sudah, sampai ketemu besok di kelas.”

Choon hee tersenyum kecil. “Sampai ketemu besok di kelas.”


=Hopeless=

Enby melangkah ringan di sepanjang koridor yang mulai sepi, karena hampir semua siswa sudah pulang. Mungkin beberapa masih tinggal untuk menjalankan ekstrakulikuler atau sekadar mampir di basecame atau mungkin bertahan di perpustakaan.

Dia berbelok melewati koridor taman belakang yang mengarah pada danau buatan dan lapangan golf. Dia memperbaiki tas golf-nya dan seketika langkanya terhenti ketika menyeberangi kursi yang mengarah ke danau. Matanya menyipit dan Enby langsung mengubah haluannya.

Pemuda itu duduk memunggunginya dengan headset yang menyumpal telinga dan laptop yang berada di atas paha.

“Brengsek!” desis Enby menutup paksa laptop yang menyala itu.

Tanpa suara, Won-Shik melepaskan sebelah headsetnya dan menatap Enby datar.

“Kamu ngapain ke sini?” tanya pemuda itu yang heran melihat penampilan Enby.

“Kamu ngapain ke sini?” Enby mendengkus, “Sialan! Di mana kamu semalam?”

“Rumah.”

Enby mendekatkan wajahnya yang sudah ia pasang mode sinis sebisanya dan rasanya ia ingin sekali menonjok wajah super tampan pemilik aroma yang selalu berhasil mengodanya. “Kampret! Kenapa tidak datang?”

“Ada persiapan ujian.” Whon-shik kembali mencoba membuka laptopnya dan mengabaikan Enby.

Belum sempurna layar tersebut terbuka, Enby kembali menutupnya dengan lebih keras lagi. “Persetan dengan ujian. Aku ingin kamu datang, Won-shik-ya!”

Won-shik menatap Enby yang masih berapi-api. “Pesta yang kamu adakan sekali seminggu itu?” Suara pemuda di depannya terdengar mengejek di telinga Enby dan itu benar-benar menyebalkan. Apa salahnya dia mengadakan pesta? Toh, itu rumahnya dan uangnya.

“Apa salahnya?”

“Kamu hanya membuang-buang uang.” Won-shik mengemaskan barang-barang nya ke dalam tas.

Enby tiba-tiba menyeringai. “Ah, tidak masalah. Toh, itu bagus. Aku yang ngabisin uang dan kamu yang kerja. Kita pasangan yang serasi’kan?”

Won-shik mendongak dan tersenyum mengejek. “Pasangan serasi?”

Enby berpindah duduk di sebelah Won-shik dan mengangguk. Dia sama sekali tidak mendapatkan kesan ‘pasangan serasi’ yang di maksud gadis di depannya itu.

"Ne."

Won-shik hanya diam dan berdiri meninggalkan Enby begitu saja.

“YAH! OPPA!!!”

=Hopeless =

Anyeong!

Bagian ini sampai di sini dulu dan aku harap kalian suka ya.

Oh ya, terkait visual untuk masing-masing cast besok akan aku up!

Semoga pada suka dengan visual yang aku sajikan. Meskipun baru kali ini aku pakai begituan, tidak masalah. Keluar dari zona nyaman dulu gapapa kali ya.

Love guys

Bucinnya Kai Exo😘

14 Des 19

Lc<=>Au

Seguir leyendo

También te gustarán

Cafuné Por REDUYERM

Ficción General

121K 11K 36
(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menj...
400K 2.4K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
147K 9.2K 25
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
750K 6.6K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...