Yosougai [SasuSaku] ✔

By zura_ko

215K 17.1K 1.9K

[SELESAI] //Yosougai - Naruto Fanfic [REVISI BERTAHAP]// "Izinkan kami berpisah," ucap Sakura. Semua yang ada... More

Prolog
01. サクラの仕事 ―【Sakura no Shigoto】
02. 旧友 の 物語 ―【Kyuuyuu no Monogatari】
04. だれだサソリ? ―【Dareda Sasori?】
05. ニュース ―【Nyuusuu】
06. 悲しみ ―【Kanashimi】
07. うずまき カリン ―【Uzumaki Karin】
08. ただいま、お母さん、お父さん ―【Tadaima, Okaa-san, Otou-san】
09. 過去 ―【Kako】
10. パンダ ―【Panda】
11. サクラの 旦那 ―【Sakura no Danna】
12. ともだち ―【Tomodachi】
13. 簡単な尋問 ―【Kantan na Jinmon】
14. じけん ―【Jiken】
15. じじつ ―【Jijitsu】
Gomen
16. きょうそう? ―【Kyousou?】
17. トラブルメーカー ―【Toraburumeekaa】
18. 旧友 ―【Kyuuyuu】
19. 決定 ―【Kettei】
20. 複雑な ―【Fukuzatsuna】
21. しむら サイ ―【Shimura Sai】
22. うちは なしで うちは ―【Uchiha nashide Uchiha】
Epilogue
ANONE!!!
Prekuel
Prologue - A Yosougai Sequel
Wajib Tahu! Sebenarnya itu ....
Bukan Update

03. サスケの長官 ―【Sasuke no Choukan】

7.3K 707 99
By zura_ko

Beri jejak jika bertemu TYPO.

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

Beberapa hari usai Sakura bertemu dengan Hinata di rumah sakit. Ia sengaja tak ingin bertukar nomor telepon atau alamat surel dengan Hinata. Sakura tetap ingin menjalani hari-harinya tanpa orang lain tahu lebih dari yang mereka tahu.

Pagi ini, Sakura merasa heran karena ibu mertuanya tidak berada di dapur saat ia bangun. Biasanya, ketika Sakura bangun, ia akan disambut hangat oleh ibu mertuanya, bahkan terkadang ibunya juga turut membantunya memasak sarapan. Namun sekarang, hanya ada Izumi yang berada di dapur.

"Izumi-nee," panggil Sakura.

"Ah! Sakura? Kebetulan sekali. Maaf aku mengambil jatah memasakmu pagi ini. Aku tidak ingin kau kerepotan sendiri. Jadi, bisakah kita masak bersama?" tanya Izumi. Tangannya terus memotong beberapa sayuran.

"Tentu saja," jawab Sakura. Mereka segera melakukan pekerjaan rumah tangga itu. Sakura memotong beberapa daging menjadi bagian-bagian kecil.

"Izumi-nee, ke mana ibu?" tanya Sakura yang semenjak tadi penasaran.

"Itachi-kun bilang mereka sedang berlibur. Padahal mereka ingin berangkat pagi ini, tapi Itachi-kun salah memesan tiket. Jadi terpaksa mereka berempat harus berangkat tengah malam tadi," jawab Izumi. Ia mencuci daging yang tadi Sakura potong.

"Berempat?" tanya Sakura lagi. Izumi mengangguk sebagai jawaban.

"Sampai kapan mereka akan berlibur?

"Mungkin satu minggu," jawab Izumi. "Sakura, tolong siapkan penggorengannya," pinta Izumi. Sakura langsung menurut.

"Lalu makan malamnya bagaimana? Apa kita hanya akan makan berempat?" tanya Sakura seraya menyiapkan penggorengan.

"Seharusnya seperti itu. Tapi, Itachi-kun bilang, bahwa selama orang tua kita pergi berlibur, kita berdua cukup menyiapkan sarapan saja. Makan siang dan makan malam kita beli di luar rumah," jawab Izumi menjelaskan.

Izumi mendesah berat. "Haah ... padahal akan lebih asyik jika kita makan bersama-sama," keluhnya.

"Benar juga. Tapi, Izumi-nee ... Sasuke-kun mungkin akan memilih makan siang dan makan malam di luar rumah untuk satu minggu ini," timpal Sakura.

Izumi mengangguk setuju. "Kau sendiri jarang ikut makan siang di rumah, bukan?"

Sakura tersenyum kikuk mendengar pertanyaan itu.

"Kalau begitu, aku akan menghubungimu saat aku ingin memasak bersamamu, Sakura." Izumi tersenyum setelah berujar.

Satu jam mereka menyiapkan sarapan. Karena terlalu asyik, Sakura sampai lupa tak melihat jam berapa sekarang. Ia bertanya pada kakak iparnya. Ketika Izumi menyebutkan bahwa saat ini sudah jam enam pagi, Sakura buru-buru pamit kembali ke kamarnya untuk membangunkan Sasuke.

Dengan hati-hati, gadis musim semi itu membuka pintu kamarnya. Sakura cukup terkejut saat mendapati Sasuke masih berbaring di ranjang king size mereka. Sakura mendekat tanpa suara. Pelan, ia menaiki ranjang. Mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke. Sakura terpaku dengan wajah tampan Uchiha itu. Beberapa detik berlalu, Sakura masih mengamati. Hingga akhirnya pandangannya jatuh pada helaian rambut Sasuke yang menurutnya kian memanjang.

"Kau hampir membuatku telat," suara dingin itu membuat Sakura tersentak. Emerald-nya bertemu dengan Onyx Sasuke. Tak ada respons apapun dari Sakura untuk beberapa detik. Hingga akhirnya, Sasuke bangkit dari ranjang yang refleks membuat Sakura menjauhkan tubuhnya dari sang suami.

"Gomen ne, Sasuke-kun," Sakura menunduk.

Sang suami melirik istrinya itu. "Jangan membuat dirimu tidak berguna," sarkasnya kemudian.

Sakura menggigit bibir bawahnya. Padahal masih pagi, tapi Sasuke sudah berhasil membuat air mata Sakura berdesakan ingin meloloskan diri dari pelupuk indahnya. Sasuke meninggalkan Sakura menuju kamar mandi. Dada Sakura terasa sesak. Entah sudah berapa kali pria dingin itu membuatnya harus merasakan sakit yang sama di hati. Bangkit dan tetap meneguhkan hati, Sakura cepat-cepat menyiapkan pakaian suaminya. Setelah itu, seperti biasa, Sakura menyiapkan tasnya.

Sepuluh menit berlalu. Sasuke keluar dari kamar mandi. Sakura hanya diam tanpa berniat menatap Sasuke. Hatinya sudah tidak ingin menatap suaminya untuk hari ini. Melihat ekspresi Sakura yang tak seperti biasanya, Sasuke bertanya-tanya. Ada apa dengan perempuan ini?

"Kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Sasuke. Tangan Sakura terhenti untuk memasangkan kancing kemeja Sasuke.

"Tidak," jawabnya singkat. Sasuke tak terima. Ia menyentuh dagu Sakura dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Emerald Sakura membulat sempurna. Ia rasa, Sasuke akan menyakitinya dengan kekerasan fisik.

"Dengar! Jangan bermain api denganku, Sakura! Kalau kau memang sudah tidak betah dengan diriku, salahkan orang tua kita! Masih banyak yang ingin menjadi pendampingku!" Sasuke berucap pelan penuh penekanan.

Lihatlah kesombongannya itu. Tepat ketika Sasuke usai berujar, air mata Sakura kembali lolos. Tubuhnya bergetar.

"Tak semudah itu aku melepas apa yang telah kumiliki dan kucintai," balas Sakura dengan getir.

Ia menyingkirkan tangan Sasuke, kembali pada pekerjaannya yang tadi. Setelah memasangkan kancing baju itu, Sakura segera memakaikan dasi Sasuke. Lelaki itu hanya menatap Sakura tanpa ekspresi. Ada sebuah perasaan aneh yang hinggap di hatinya.

🌸🌸🌸

Seorang gadis bersurai merah muda sedang berjalan menyusuri trotoar. Ia ditemani cahaya jingga sang matahari. Saat ini begitu padat, karena sudah memasuki jam pulang kerja. Toko-toko mulai menyalakan lampu mereka. Deru kota kian terdengar di telinga. Suasana seperti ini terkadang membuat gadis itu enggan berada di ibu kota.

"Haah ..., lelahnya," gumamnya. Saat ia tak sengaja menengok ke arah kafe tempatnya dan Ino beberapa minggu lalu berbincang, Emerald-nya membulat. Ia berhenti seketika. Diputuskannya untuk ke sana, menuju kafe itu.

Pelan-pelan, Sakura berjalan mendekati seorang lelaki dengan rambut hitam kelamnya yang mencuat ke belakang di sana. Semakin dekat, ia semakin yakin dengan seseorang yang duduk diam di sana. Disentuhnya pelan bahu lelaki itu.

"Sasuke-kun?" panggil Sakura.

Lelaki itu terkejut, lantas menoleh. "Ck. Kau menggangguku, Sakura," ujar suara lelaki itu.

"Etto ... gomen, Sasuke-kun. Kenapa kau ada di sini?" tanya Sakura.

"Hn. Tidak ada," jawab Sasuke dingin.

Sakura menghela napas panjang. Baru saja ia hendak duduk di samping suaminya, tiba-tiba suara seorang wanita membuat seisi kafe menoleh.

"Sasuke-kuuunn!!" teriak wanita berambut merah panjang yang kini setengah berlari ke arah Sasuke.

Wanita itu menyenggol bahu Sakura, hampir membuat gadis itu terjatuh jika ia tidak berpegang pada kursi kafe. Sakura menatap tanpa ekspresi wanita yang tiba-tiba datang dan seenaknya sendiri memeluk Sasuke dari belakang. Sasuke memberi perlawanan, menyingkirkan tangan wanita itu yang melingkar di lehernya.

"Sasuke-kun, kau pasti sengaja, 'kan, menemuiku di sini? Kau tahu saja aku akan datang ke kafe ini bersama teman-temanku," ucapnya dengan manja. Wanita berkacamata sewarna dengan surainya itu tak sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian.

Beberapa di antara mereka yang memperhatikannya menatap dengan jijik, tanpa terkecuali Sasuke. Ada pula yang terkesan dengan tubuh seksinya. Sakura menahan napasnya saat melihat wanita itu berucap pelan dan manja tepat di leher Sasuke.

"Sasuke-kun, apa seharian bersamaku kau masih merindukanku? Haha ... kalau iya, berarti kita sama. Ah, ya! Bukankah itu artinya kita berjodoh?" bisiknya.

"Hentikan, Karin!" tukas Sasuke, dingin dan tajam. Ia menjauhkan dirinya dari wanita yang ia sebut Karin itu. Sakura menghela napas pelan.

"Permisi."

Sasuke cukup tak percaya saat Sakura memilih pergi dari sana. Ia mendecih. Bukannya membela suaminya dia malah terlihat biasa saja. Sekiranya itulah pikiran Sasuke saat istrinya menjauh.

"Siapa dia? Kau kenal?" tanya Karin dengan heran. Ia memandang punggung Sakura dengan jengkel.

"Bukan urusanmu!" Sasuke berdiri. Ia mengeluarkan lembaran uangnya dari dompetnya, lantas memberikan itu kepada seorang pelayan yang kebetulan berpapasan dengannya. Tak lupa, Sasuke menyebutkan di mana mejanya. Wanita bernama Karin itu semakin kesal.

🌸🌸🌸

Sakura baru saja meletakkan tasnya di meja. Ia melepaskan ikat rambutnya, membiarkannya tergerai. Sakura yakin, sebentar lagi suaminya pasti pulang. Ia ingin sekali saja tak perlu peduli dengan Uchiha yang satu itu. Sepertinya, itu hanya angan-angannya saja. Buktinya, sesuai dugaan Sakura, Sasuke baru saja masuk ke dalam kamar mereka.

Gadis itu berjalan mendekat. Mengambil tas kerja suaminya yang bahkan belum Sasuke serahkan padanya. Sasuke menatap Sakura tanpa arti. Ia terus memperhatikan istrinya dengan rambut panjangnya itu tanpa merasakan apapun. Alih-alih mengomeli Sakura, Sasuke justru mengatakan hal yang tak terduga bahkan untuknya sendiri.

"Dia hanya sekretarisku, Sakura," ucapnya, tanpa keingingan untuk mengatakannya.

"Akan kusiapkan air hangat untukmu, Sasuke-kun," ujar Sakura usai ia menerima pakaian kotor Sasuke. Baru saja berbalik, Sakura merasakan pergelangan tangannya tertahan.

"Ada apa?" tanya Sakura. Emerald-nya balik menatap Onyx suaminya.

Sasuke tak segera memberi jawaban. Ia menghela napas pelan. "Tidak."

Dilepaskannya tangan Sakura. Tanpa berkata lagi, gadis itu melangkah menuju kamar mandi. Menyiapkan bak mandi air hangat suaminya. Ketika ia selesai dengan urusannya, Sakura beranjak dari kamar mandi. Ia dibuat terkejut tatkala membuka pintu kamar mandi, karena dada bidang suaminya yang terekspos itu menyambutnya. Sakura tersipu malu, dan dengan segera berlalu dari sana.

Sasuke sengaja berlama-lama di kamar mandi. Ia teringat tentang yang pernah istrinya katakan, bahwa dia tak akan mudah melepaskan apa yang dia cintai dan dia miliki. Sasuke mendecih karena pikirannya melayang ke mana-mana. Ia mengakhiri acara mandinya. Saat ia keluar kamar mandi, didapatinya Sakura sudah terlelap dalam tidurnya. Istrinya itu sudah menyembunyikan sebagian tubuhnya di balik selimut.Sasuke hanya menatap datar pemandangan itu.

🌸🌸🌸

"Ohayou, Ino-san," sapa seorang perawat perempuan yang tengah memeriksa kertasnya di meja.

"Ah! Ohayou mo, Ayame-san," jawab Ino.

Ia baru saja memasuki rungan khusus perawat. Gadis berambut cokelat dengan kuncir kuda itu meneruskan kegiatannya. Ia salah satu perawat baru, seperti Ino. Ayame berada di tim Hyuuga Neji. Sama seperti Ino, tugasnya membantu dokter saat melakukan operasi, juga memeriksa pasien-pasien di rumah sakit itu ketika jam periksa sudah tiba.

"Hei, apa Sakura-Sensei itu sudah menikah?" tanya seseorang di ruangan itu. Ino menajamkan pendengarannya.

"Entahlah. Dia terlihat begitu muda. Mungkin saja dia sudah menikah," sahut yang lainnya.

"Ne, kalian tahu pengusaha muda yang menjadi manajer di Uchiha Ace?"

"Maksudmu, Uchiha Sasuke? Orang yang membangun perusahaan bersama kakaknya itu?" tanya seorang gadis yang lain, memastikan.

"Iya. Kau tahu? Banyak yang mengira Sakura-Sensei itu tunangannya Sasuke-san. Aku pasti benar-benar iri jika berita itu benar."

"Tahu dari mana?" tanya yang lain.

"Kudengar dari temanku, salah satu temannya pernah melihat mereka di Nagasaki beberapa bulan yang lalu."

"Apa memang se-terkenal itu mereka?"

"Kau lupa? Sakura-Sensei itu dokter bedah perempuan terbaik di Jepang. Lalu, Sasuke-san itu salah satu pengusaha muda yang terkenal di seluruh dunia," sahut seseorang.

Ino menghela napas panjang di tempat duduknya. Sakura memang berbulan madu dengan Sasuke di Nagasaki. Ino tahu hal itu karena Sakura pernah bercerita. Sepertinya, itu tidak cocok disebut bulan madu.

"Kalian pagi-pagi sudah bergosip? Sebaiknya segera lakukan tugas kalian sebelum Tsunade-sama datang menyapa kita," ujar Ayame tiba-tiba.

Beberapa perempuan yang semenjak tadi membicarakan Sakura dan suaminya-yang tentu hanya diketahui Ino-segera membubarkan diri. Mereka mulai menjalankan tugas masing-masing.

Ino tak habis pikir dengan kedua teman sekolahnya itu. Mau sampai kapan mereka menyembunyikan status pernikahan itu. Ia menduga, bahwa sebentar lagi pasti ikatan mereka akan diketahui orang-orang di sekitar mereka. Berpikir tentang kebohongan mereka membuat Ino ingat tentang sebuah kalimat yang pernah ia baca di sebuah novel.

Sekuat apapun daun, ia pasti akan jatuh dari pohonnya. Selama apapun sebuah dusta, ia pasti akan tersingkap saat angin menyapunya.

Ino menghela napas. Gadis bermanik Aquamarine itu berdiri saat mendapat panggilan dari Ayame untuk memeriksa beberapa pasien. Meski kadang ia merasa kesal dengan berbagai macam pasien yang ia hadapi, Ino tetap menyukai tetap menyukai pekerjaan ini.

🌸🌸🌸

Sepulang bekerja, Sakura menunggu Ino yang katanya ada operasi sore itu. Sudah lima belas menit gadis bersurai merah jambu itu duduk menunggu di salah satu bangku di taman rumah sakit. Sakura mulai kesal. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah sakit dan mencari sahabatnya itu.

Baru saja ia naik pada anak tangga ke dua, kakinya tersandung. Ia hampir terjungkal, jika tangan kekar yang bersembunyi di balik lengan jas putih panjang itu tidak menahan punggungnya. Sakura meringis saat merasakan kakinya tergores tangga.

"Daijoubu, Haruno-san?"

Suara berat seorang lelaki membuat Sakura mendongak. Cepat-cepat Sakura menegakkan tubuhnya. Sesaat, ia tertegun pada wajah berahang tegas itu. Kulitnya yang putih dan jelas terlihat halus itu membuat Sakura berhenti bernapas sejenak. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Tentu saja bukan karena ia mendapati sesosok tampan yang membantunya. Itu hal alami yang terjadi saat adrenalin manusia meningkat. Sakura hampir terjatuh tadi, kan?

"Arigatou, Hyuuga-Sensei," ucap Sakura pelan, dan lembut di telinga lelaki bermarga Hyuuga itu.

"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil saja nama depanku," tukasnya kemudian.

Sakura sedikit mengernyit. "Neji?" tanyanya memastikan. Neji mengangguk.

"Kalau begitu, panggil aku dengan nama kecilku saja. Sakura," timpal Sakura. Neji mengangguk paham.

"Kalau begitu, aku permisi," pamit Sakura. Ia segera berlalu meninggalkan Neji. Samar, lelaki itu tersenyum tipis di sana.

Ketika Sakura berbelok hendak ke ruangan khusus perawat, Ino hampir menabraknya. Mereka saling menyalahkan untuk sesaat, sebelum manik Sakura melihat siluet berjalan menjauh dari lorong rumah sakit tempatnya dan Ino berada.

"Sakura?" tanya Ino saat menyadari Sakura diam. Gadis berambut pirang itu mengikuti arah pandang Sakura.

"Siapa dia?" tanya Ino yang langsung mengerti siapa yang menjadi pusat perhatian Sakura.

Tanpa menoleh, Sakura menjawab. "Sekretarisnya Sasuke-kun."

Ino memasang wajah datarnya. "Heeh?! Apa katamu? Wanita dengan penampilan seperti itu?"

"Sebaiknya kita pulang, Ino," ajak Sakura lantas berjalan pelan meninggalkan Ino. Ino segera menyusul. Lalu, obrolan mereka berubah ringan seperti biasanya. []

.
.
.

Note : Sasuke no Choukan (Sekretaris Sasuke)

Next chapter, silahkan cek pengumuman di fanfic saya satunya."Stay With Yourself "

🐔🐔🐔🐔🐔

Salam hangat,
Kaze_Natsu

Continue Reading

You'll Also Like

49.7K 6.8K 41
[SELESAI] "Di balik pria yang sukses, ada wanita kuat di belakangnya." Sayangnya peribahasa itu tak berlaku untuk Sasuke. Kesendirian yang banyak mem...
42.5K 6K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
1M 91K 162
Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari h...
1M 57.8K 59
Siapakah yang akan Kau pilih Sasuke? Istri yang kau nikahi karena cinta? Atau Wanita yang melahirkan benihmu? Atau Wanita yang ingin di jodohkan de...