I'm Walking Towards You

By maevemaia

6 0 0

Rencana untuk meninggalkan masa lalunya berakhir saat ia justru berjalan menuju masa lalu itu dengan kedua ka... More

I'm Walking Towards You Part 1

6 0 0
By maevemaia

Author's POV

Seoul, South Korea

Langit kota Seoul yang cerah mengawali hari terakhir di bulan Maret. Kehangatan musim semi akhirnya datang menggantikan dinginnya udara di musim salju. Namun hal itu tidak tampak di dalam sebuah unit apartment berukuran cukup besar di daerah Yeouido. Tidak ada celah sedikitpun yang bisa dimasuki sinar matahari. Setiap jendela di apartment itu masih tertutup rapat. Lampu-lampu pun masih padam sejak malam sebelumnya. Jarum jam di salah satu dinding sudah menunjukkan pukul 8.23 pagi. Tapi pemilik apartment itu masih terbungkus dibalik selimutnya, terlelap dengan suara helaan napas lembutnya. Gadis itu begitu lelah setelah kembali dari peringatan 100 hari kematian neneknya kemarin malam. Jarak pemakaman yang cukup jauh dari pusat kota, membuat gadis itu harus rela menempuh waktu 3 jam untuk kembali ke apartment nya.

.

Lee Hyesoo adalah seorang gadis berusia 22 tahun, yang saat ini masih menduduki kursi tingkat III fakultas kedokteran di K University. Lima bulan yang lalu, Hyesoo dan adik perempuannya, Hyeri, kembali ke Seoul setelah tinggal di Seattle selama tujuh tahun, untuk menemani nenek mereka yang (saat itu) sedang sakit. Hyeri memutuskan untuk meneruskan kuliahnya di Seoul sambil menemani neneknya. Beberapa waktu berselang, ternyata takdir berkata lain. Neneknya meninggal dunia. Hyesoo yang saat itu sedang libur musim dingin pun akhirnya memutuskan untuk pindah ke Seoul demi menemani adiknya. Orang tua mereka hanya bisa memberikan ijin pada keduanya untuk tinggal di Seoul dan membelikan sebuah apartment untuk mereka huni. Namun ternyata kampus yang dipilih Hyeri memiliki asrama bagi mahasiswa. Untuk memudahkannya, Hyeri memutuskan untuk tinggal di asrama kampus. Hyesoo pun harus menerima keadaan tinggal seorang diri di apartment yang cukup besar itu. Keduanya hanya bisa bertemu di akhir pekan atau saat jadwal mereka tidak bersinggungan.

.

.

BGM: Zion.T & Crush - Just

.

.

Pukul 8.25, CD player yang diletakkan tidak jauh dari tempat tidur Hyesoo menyala sesuai dengan waktu yang sudah diatur Hyesoo kemarin malam. Sebuah lagu mengalun membangunkan pemilik kamar serba putih itu. Hyesoo pun bangkit berdiri dan tidak beranjak selama beberapa saat dengan mata terpejam. Kemudian Hyesoo berjalan sedikit terhuyung menuju pintu kamarnya. Kesadaran belum menghampiri tubuhnya sepenuhnya. Ia meraih sebuah remote kecil di nakas dekat pintu, lalu memencet sebuah tombol yang berfungsi untuk membuka gorden jendela kamarnya. Hyesoo kembali berjalan menuju pintu, meraih kenop dan membuka pintu itu. Hyesoo kembali berdiam diri satu langkah dari pintu kamarnya. Ia meregangkan ototnya, menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan.

.

"Ah!!! Ya! Lee Hyeri! Apa yang kau lakukan disitu?!" seru Hyesoo yang terkejut melihat adiknya tidur di sofa depan kamarnya.

.

"Ah eonni... ada apa?! Berisik sekali. Ini hari sabtu, eonni. Tenanglah sedikit..." keluh Hyeri yang merasa tidurnya terganggu.

.

"Kau yang mengagetkanku, Lee Hyeri. Sejak kapan kau tidur disini? Kenapa tidak tidur di kamarmu?" tanya Hyesoo.

.

"Lain kali....." jawab Hyeri bergumam kemudian perlahan kembali terlelap.

.

"Hhh... Terserah kau saja."

.

Hyesoo memutuskan untuk tidak mengganggu tidur adiknya dan berlalu menuju dapur. Kemarin malam Hyesoo meminta adiknya bermalam, karena hari sudah cukup larut untuk kembali ke asrama. Terlebih jarak apartment dan asrama yang cukup jauh. Hyeri menyetujui permintaan kakaknya itu dengan senang hati. Lagipula ia juga memiliki jadwal kosong di akhir pekan ini. Berbeda dengan kakak perempuannya itu, yang baru saja mengeluarkan bahan makanan dari lemari es untuk mengisi sandwich yang akan dibuatnya. Hyesoo memiliki sebuah jadwal praktikum di hari sabtu. Dalam satu jam ke depan ia sudah harus berangkat menuju kampus. Sebelum itu, Hyesoo harus memastikan kesiapsediaan orang yang akan menjemputnya. Hyesoo memasukkan potongan ayam ke dalam wajan dan menumisnya bersama dengan bumbu lainnya. Tangan kiri nya yang bebas digunakan untuk menekan deretan tombol nomor telepon seseorang. Suara orang yang dituju Hyesoo terdengar setelah dering ketiga.

.

"Ada apa?" tanya Ryeowook diseberang telepon.

.

"Ryeowook-ku tersayang, kau sudah bangun?" tanya Hyesoo sambil menjilat jari tangannya yang terkena butter.

.

"Lee Hyesoo, berapa gelas yang kau minum kemarin malam?"

.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?", tanya Hyesoo sambil tertawa kecil mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

.

"Kau tidak terdengar normal pagi ini. Tiba-tiba saja mengatakan 'Ryeowook-ku tersayang'. Kau lebih menakutkan dari dosen mikrobiologi tua tingkat dua kita", jawab Ryeowook yang terdengar sedang menuangkan air ke dalam gelas.

.

"Ya, ada apa denganmu? Aku mengatakan itu karena aku begitu menyayangimu. Kau tidak tahu? Dasar kau ini..."

.

"Tidak perlu repot-repot, Lee Hyesoo-ssi. Aku tidak membutuhkan kasih sayangmu saat ini. Hhh..." kata Ryeowook dengan nada sarkastisnya.

.

"Baiklah! Aku akan mengambilnya kembali nanti..." kata Hyesoo dengan nada cerianya. "Jadi, karena Kim Ryeowook sudah banyak bicara, dengan begitu aku menyimpulkan kau sudah benar-benar bangun. Satu jam lagi jangan lupa menjemputku, honey..."

.

"Aku tahu, nona muda..." sahut Ryeowook. "Buatkan juga sandwich ayam untukku, ya? Jangan masukkan bahan makanan yang tidak kusukai, atau kau akan kuturunkan di tengah jalan. Mengerti? Aku akan mandi. Tunggu aku satu jam lagi".

.

"Aku mengerti. Sampai ketemu nanti. Hati-hati saat mengemudi..."

.

Hyesoo mematikan kompornya, lalu memindahkan tumisan ayam ke sebuah piring yang sudah ia sediakan. Hyesoo pun membuat lima tangkup sandwich ayam sesuai dengan karakter pemakannya. Dua tangkup sandwich tanpa alasan (berisikan semua bahan makanan tanpa terkecuali) untuk Hyeri, satu tangkup sandwich tanpa mayonnaise, scrambled egg dan bawang bombay seiris pun untuk Ryeowook, satu tangkup sandwich tanpa mayonnaise untuk dirinya sendiri, dan satu tangkup lainnya untuk berjaga-jaga. Akan selalu ada situasi tidak terduga setiap harinya. Apapun itu, Hyesoo selalu menyiapkannya tanpa perlu pemberitahuan terlebih dahulu. Setelah kelima sandwich ditempatkan di tempatnya masing-masing, Hyesoo pun kembali masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap berangkat menuju kampus.

.

Sepuluh menit setelah Hyesoo masuk ke dalam kamarnya, bel berbunyi memunculkan suara bising yang membangunkan Hyeri dari tidurnya. Hyeri sontak membuka mata dan bangkit berdiri dengan malas menuju pintu depan. Namun beberapa langkah dari pintu, Hyeri seolah tersadar akan sesuatu. Ia pun berlari kecil menuju dapur lalu membasuh wajahnya dengan air dari wastafel. Kemudian Hyeri mengambil beberapa helai tissue untuk mengeringkan wajahnya sambil kembali melangkah menuju pintu. Ia membuka pintu apartment yang kemudian memunculkan sosok Ryeowook yang menunjukkan ekspresi terkejutnya saat melihat Hyeri.

.

"O! Ryeowook oppa. Annyeonghaseyo... Ada apa dengan ekspresimu? Ada sesuatu di wajahku?" tanya Hyeri setelah melihat ekspresi Ryeowook.

.

"Lee Hyeri, apa yang kau lakukan disini?" tanya Ryeowook sambil melangkah masuk lalu membuka sepatunya.

.

"Memangnya kenapa? Tidak boleh? Aku merindukan kakakku, tentu aku harus menginap karena itu", jawab Hyeri.

.

"Kau ingin aku mempercayaimu? Ch... Aku tahu kau akan lebih memilih untuk face time daripada menempuh jarak untuk datang kesini. Siapa yang sedang coba kau bohongi?" kata Ryewook dengan tawa kecilnya. "Dimana Hyesoo?"

.

"Eonni masih di kamar mandi. Mungkin sebentar lagi akan selesai", jawab Hyeri.

.

"Lee Hyeri, kau tidak akan membiarkan aku terus berdiri disini, 'kan?" tanya Ryeowook mencoba mencairkan suasana diantara mereka.

.

"Ah... Benar. Masuklah, oppa. Tadi aku sempat melihat sandwich di meja makan. Aku yakin milikmu juga ada disana", kata Hyeri yang sudah bisa mengangkat kepalanya. Keduanya pun masuk ke dalam apartment.

.

Setelah menggunakan waktu hampir 30 menit, Hyesoo kembali keluar dari kamar untuk memasukkan bekal makanan yang akan dibawanya. Di dapur, Hyeri dan Ryeowook sudah duduk di salah satu kursi sambil menyantap sandwich buatan Hyesoo. Hyeri menoleh pada kakaknya dan memberikan tatapan bingung. Berbeda dengan Ryeowook yang tetap meneruskan kegiatan makannya tanpa menoleh sedikit pun pada Hyesoo yang berdiri disampingnya. Tatapan bingung Hyeri dikarenakan Hyesoo yang berpakaian sangat rapi dihari sabtu. Hyesoo juga membawa serta tas ransel yang berukuran sedang dengan beberapa buku di dalamnya. Sementara itu, Hyesoo memasukkan sebuah kotak makan ke dalam tas nya tanpa menyadari tatapan yang diberikan Hyeri.

.

"Eonni, kau mau kemana?" tanya Hyeri akhirnya.

.

"Kampus", jawab Hyesoo singkat sambil menuangkan segelas air ke dalam gelasnya.

.

"Bukankah ini hari sabtu?" tanya Hyeri lagi, kali ini sampai meletakkan sandwich yang semula berada di tangannya.

.

"Benar. Ini hari sabtu. Kenapa?" Hyesoo balas bertanya.

.

"Ah... Karena itu Ryeowook oppa datang kesini? Untuk menjemput eonni? Apa yang kalian lakukan di kampus pada hari sabtu? Tidak ada perkuliahan di hari sabtu", tanya Hyeri.

.

Mendengar perkataan Hyeri, Hyesoo pun menoleh pada adiknya dan memberikan senyum tipisnya. "Kau benar. Tidak ada perkuliahan di hari sabtu... untuk jurusan lain. Ada satu kelas praktikum hari ini", jawab Hyesoo.

.

"Heol... Kalian sudah kuliah dengan jadwal yang padat dari hari senin sampai jumat. Lalu kalian masih harus kuliah di hari sabtu? Apakah tidak ada hari lain?" tanya Hyeri.

.

"Hari lain? Tentu saja ada. Bukankah masih ada hari minggu? Tapi, siapa mahasiswa kelas reguler yang bersedia kuliah di hari minggu, Lee Hyeri? Kau juga baru saja mengatakannya, jadwalku sudah cukup padat selama weekdays. Hhh... Kau ini", kata Hyesoo.

.

"Auh... Belum menjadi dokter saja jadwal kalian sudah seperti ini. Itulah yang aku herankan dari eonni dan oppa. Kalian benar-benar senang mencari jalan yang sulit untuk masa depan", keluh Hyeri.

.

"Lee Hyeri, akan selalu ada masa sulit untuk setiap hal", sambung Ryeowook.

.

"Masa sulitku tidak sesulit itu", kata Hyeri berbisik.

.

"Ch... Benar... Beruntungnya kau, Lee Hyeri..." kata Hyesoo dengan tawa kecilnya. "Aku harus segera berangkat. Kau akan bermalam disini?" tanya Hyesoo yang dijawab dengan gelengan lambat oleh Hyeri. "Ah benar... Tidak mungkin, 'kan? Kau harus belajar untuk ujian di hari senin. Kalau begitu kau harus berhati-hati dijalan. Segera hubungi aku saat kau tiba di asrama. Kau mengerti?"

.

"Aku mengerti, eonni", jawab Hyeri.

.

"Kim Ryeowook, kau sudah selesai makan?" tanya Hyesoo.

.

"Sudah. Ayo berangkat", jawab Ryeowook. "Lee Hyeri, sampai bertemu..."

.

"Sampai bertemu, oppa. Hati-hati saat mengemudi", balas Hyeri.

.

.

BGM: Ryeowook – 알 수도 있는 사람 (People You May Know)

.

.

At K University

Yoona duduk di sebuah bangku taman sambil membuka bukunya. Siapapun yang melihatnya dapat mengetahui bahwa fokus utama gadis itu tidak pada buku di hadapannya. Sesekali angin menerbangkan helaian rambutnya. Sudah sejak 30 menit yang lalu Yoona duduk disana, sibuk menyelami pikirannya. Wajahnya sudah memunculkan berbagai ekspresi berbeda. Dengan popularitasnya sebagai salah satu mahasiswi cantik di kampus, hal itu membuat beberapa orang yang berada di sekelilingnya mencuri pandang padanya. Namun tentu saja, Yoona tidak menyadari hal itu sedikitpun. Tiba-tiba, sosok laki-laki dengan tubuh tinggi dengan aura dingin menghampirinya, meletakkan tas ranselnya dengan pelan di meja.

.

"Aku rasa belum saatnya kau kehilangan akal sehatmu, Im Yoona. Matahari bahkan belum terlalu tinggi", kata suara berat dengan nada datar.

.

"Annyeonghaseyo..." sapa Yoona yang terdengar murungnya.

.

"Hhh... Ada apa lagi kali ini? Kau sampai tidak menyadari banyak mata yang menikmati pemandangan cantik di tengah taman ini. Mengganggu fokus orang lain adalah salah satu tindakan tidak baik, Im Yoona".

.

"Excuse me, Kim Jaejoong sunbaenim, bukan aku yang meminta mereka menatapku. Jika mereka terganggu, maka itu adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Bukan begitu?" tanya Yoona dengan cengiran khas nya.

.

"Ch... Baiklah, kau benar. Tapi, apa lagi masalahnya sekarang? Ini sudah kali ketiga dalam satu minggu aku melihatmu melamun untuk waktu yang cukup lama. Kau bisa menggunakan waktumu itu untuk kegiatan yang lebih berguna", kata Jaejoong sambil membuka sebuah buku yang cukup tebal.

.

"Apakah berlajar dan membaca buku adalah kegiatan yang sunbae maksud? Tidak akan. Terima kasih. Aku baru saja menyelesaikan ujian lalu kau menyuruhku untuk kembali belajar? Sunbae benar-benar menikmati kegiatan itu? Menyebalkan..." keluh Yoona.

.

"Tidak ada yang salah dengan belajar. Bahkan kadang terasa menyenangkan", sambung Jaejoong dengan tawa kecilnya.

.

"Tetap menyebalkan... Bisakah kau berhenti belajar selama satu minggu? Sunbae tahu, aku sangat bosan mendengar gadis-gadis itu membicarakanmu sepanjang hari. 'Jaejoong sunbae sangat keren', 'Jaejoong sunbae yang tampan dan pintar', 'Jaejoong sunbae laki-laki idaman'. Bahkan setelah mengetahui sikap dingin laki-laki ini, mereka masih saja memujanya. Ch..." Yoona mengutarakan keluhannya lagi.

.

"Hahaha lalu apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi hal itu?" tanya Jaejoong.

.

"Sunbae tidak mendengarnya? Baru saja ada yang mengatakan, 'Astaga! Bagaimana ini... Jaejoong sunbae terlihat semakin tampan saat tertawa'. Menyebalkan... Jangan tertawa!"

.

"Ya Im Yoona! Hahaha kau membenciku? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan? Semua hal yang kulakukan sepertinya salah dimatamu", kata Jaejoong dengan senyum tipis di wajahnya.

.

"Bukan begitu... Hanya saja... Perasaanku sedang tidak enak saja hari ini", jawab Yoona.

.

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan?" tanya Ryewook yang datang menghampiri mereka.

.

Yoona dan Jaejoong menoleh bersamaan, menatap wajah datar Ryeowook yang sudah duduk disamping Yoona. Ryewook dengan santai meletakkan tasnya di atas meja, lalu mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya. Tatapan Jaejoong sudah kembali mengarah pada buku besar ditangannya, sementara Yoona masih menatapnya dengan tatapan tajam mengintimidasi.

.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Ryeowook tanpa menatap Yoona. "Kau tahu tatapan itu tidak pernah berpengaruh padaku, bukan?"

.

"Dimana Hyesoo?" tanya Yoona.

.

"Ah... Karena itu?" Ryeowook balas bertanya.

.

"Ah karena itu?" Yoona mengulangi pertanyaan santai Ryeowook.

.

"Kenapa? Kau takut Hyesoo tidak akan sampai disini?" tanya Ryeowook sambil membuka penutup kotak makan di hadapannya.

.

"Kim Ryeowook, aku tidak bercanda", kata Yoona.

.

"Aku tahu. Nada bicaramu tidak terdengar lucu sedikitpun. Im Yoona, singkirkan tatapan itu. Hyesoo tidak tersesat. Tidak perlu terlalu khawatir", kata Ryeowook.

.

Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di lengan Ryeowook. Yoona memukul lengan Ryeowook dengan cukup keras, menimbulkan suara yang bahkan membuat Jaejoong menoleh pada mereka berdua dengan tatapan terkejut.

.

"Akh! Sakit!!! Kau ini kenapa???" tanya Ryeowook yang akhirnya menoleh pada Yoona.

.

"Kau masih bisa bertanya kenapa? Kim Ryeowook, bagaimana bisa kau bersikap setenang ini?" tanya Yoona dengan wajah yang menunjukkan kecemasan serta kemarahan itu.

.

"Im Yoona, bagaimana bisa kau bersikap seberlebihan ini?" Ryeowook balas bertanya. Kemudian Ryeowook menoleh kearah yang lain sambil menunjukkan tangannya kearah itu. "Lihat disana! Itu gadis yang sedang kau cari. Disana! Dia baik-baik saja. Dia hanya sedang bicara dengan salah seorang adik tingkat. Kau puas?" kata Ryeowook dengan nada sarkastisnya sambil mengelus lengannya yang terasa perih. "Akh!!! Apa lagi???" seru Ryeowook saat Yoona kembali memukulnya, kali ini sedikit lebih keras di punggung.

.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" rengek Yoona.

.

"Ya Im Yoona! Ada apa denganmu hari ini? Kau yang terlalu khawatir berlebihan pada Hyesoo. Kau pikir dia masih anak-anak? Ck..." keluh Ryeowook.

.

"Aku tahu itu. Tapi kau juga mengetahuinya bahwa Hye......"

.

"Walaupun begitu..." Ryeowook memotong ucapan Yoona. "Kau tidak diijinkan menunjukkan ekspresi ini. Kau lupa? Aku serius dengan pertanyaanku barusan, Im Yoona. Ada apa denganmu hari ini? Hah?" tanya Ryeowook.

.

Yoona tidak menjawab pertanyaan Ryeowook. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya, menatap kosong pada meja. Ryeowook berkata benar. Ia memang tidak seharusnya mengekspresikan kecemasannya. Namun mood nya yang sedang tidak menentu selama beberapa hari terakhir menyebabkan seluruh emosi dalam dirinya keluar begitu saja tanpa bisa dikendalikan. Sementara itu, Ryeowook yang masih menunggu jawaban dari Yoona tetap menatapnya, begitu pula Jaejoong yang sejak awal tidak mengerti situasi yang sedang terjadi.

.

"Sunbae, apakah kau tahu apa yang sedang terjadi padanya? Dia bersikap sangat aneh..." tanya Ryeowook pada Jaejoong dengan berbisik.

.

"Aku tidak tahu. Dia sudah seperti itu selama beberapa hari terakhir. Seperti kehilangan jiwanya. Tapi, siapa Hyesoo? Apa yang terjadi padanya?" tanya Jaejoong.

.

"That's probably me..." kata Hyesoo yang berjalan mendekat pada mereka.

.

Ryeowook dan Jaejoong menoleh pada Hyesoo yang memberikan senyumannya pada mereka. Sementara Yoona justru menolehkan wajahnya ke sisi yang lain lalu menghela napas panjang. Hyesoo tiba di tempat duduk mereka lalu duduk disebelah Jaejoong. Ia menundukkan kepalanya singkat, memberikan salam pertamanya pada Jaejoong yang baru kembali ke kampus setelah menyelesaikan wajib militernya.

.

"Annyeonghaseyo, aku Lee Hyesoo. Senang bertemu denganmu, sunbaenim" kata Hyesoo dengan senyum lebar yang menyertai salam perkenalannya.

.

"Ah... Ternyata kau. Aku sering mendengar tentangmu. Mahasiswi yang pindah dari Amerika. Aku Kim Jaejoong. Tidak perlu bicara terlalu formal padaku. Bicara dengan lebih santai seperti Ryeowook dan Yoona saja", kata Jaejoong.

.

"Jangan libatkan aku. Aku selalu bicara dengan formal padamu", kata Yoona yang sudah kembali menatap orang-orang didekatnya itu.

.

"Kau yang memilih untuk bicara dengan formal padaku, Yoona-ya. Lee Hyesoo, bicara lebih santai padaku. Jangan terlalu canggung", kata Jaejoong.

.

"Baiklah, sunbae" kata Hyesoo yang sudah mengoreksi cara bicaranya sambil tersenyum.

.

"Ini... Inilah yang aku suka dari 'The New Hyesoo'. Aku suka keceriaan ini. Pertahankan Hyesoo-ya", kata Ryeowook. Namun sekali lagi ia harus menerima pukulan pelan di lengannya dari Yoona. "Lagi? Apakah memukul sudah menjadi hobimu sekarang?"

.

"Hyesoo yang......baru?" tanya Jaejoong ragu.

.

"Tidak, sunbae. Ryeowook hanya mengatakan hal yang tidak penting. Tidak perlu dihiraukan", sambung Yoona cepat.

.

Mendengar respon cepat Yoona, Hyesoo hanya menanggapinya dengan senyuman dan gelengan kepala. Sesungguhnya sejak ia menangkap bayangan Ryeowook yang menunjuk ke arahnya beberapa saat yang lalu, Hyesoo sudah mengetahui bahwa mereka sedang membicarakannya. Hyesoo juga melihat samar wajah khawatir Yoona dari kejauhan. Ketiganya tidak menyadari langkah Hyesoo yang perlahan mendekati mereka. Bahkan saat ia berjalan kearah mereka, Hyesoo pun sempat mendengar percakapan Ryeowook dan Yoona yang setelah bertahun berlalu kembali membahas tentang dirinya.

.

"Ah, Yoona-ya, aku membuatkan sandwich untukmu juga. Kim Ryeowook, kau tidak memakannya juga, 'kan?" tanya Hyesoo.

.

"Tentu saja tidak. Ini sandwich mu. Mungkin saja setelah memakannya suasana hatimu akan membaik", kata Ryeowook sambil menggeser kotak makan ke hadapan Yoona.

.

"Semoga tidak ada yang terlewat", kata Hyesoo pelan.

.

"Maaf, Hyesoo sunbaenim", kata seorang mahasiswi yang menghampiri mereka. "Apakah sunbaenim sedang sibuk? Bisakah aku meminta waktu lima menit?"

.

"Tentu saja. Ada apa?" tanya Hyesoo pada mahasiswi yang sepertinya adalah juniornya itu.

.

"Bisakah sunbaenim ikut denganku ke meja itu?" tanya mahasiswi itu sambil menunjuk meja yang ditempatinya bersama dengan temannya yang lain.

.

"Tentu", kata Hyesoo yang bergegas bangkit dan mengikuti juniornya itu.

.

Setelah memastikan Hyesoo berjarak cukup jauh dari mereka, Yoona meninju lengan atas Ryewook lalu mendorong tubuhnya pelan. Ryeowook bertanya pada Yoona tanpa mengeluarkan suara. Tidak menjawab pertanyaan Ryeowook, Yoona justru terus meninju lengan Ryeowook.

.

"Ya! Ya! Jangan berkelahi. Selesaikan dengan kata-kata," kata Jaejoong melerai keduanya.

.

"Ada apa denganmu, Kim Ryeowook? Kenapa kau tidak pernah mau mengerti? Haruskah aku mengatakannya lagi padamu? Berapa kali aku harus menjelaskan semuanya padamu agar kau mengerti?" tanya Yoona beruntun.

.

"Apa? Aku tidak melakukan hal yang salah. Kau lihat sendiri dengan mata kepalamu, Hyesoo baik-baik saja. Apa yang kau khawatirkan? Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sampai kapan kau ingin berpura-pura dihadapannya? Jika dia salah maka katakan bahwa dia salah. Jangan menaruh banyak kebohongan, Im Yoona" kata Ryeowook.

.

"Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi? Setelah aku memikirkannya, aku rasa masalah diantara kalian adalah masalah yang sama sejak awal. Ada apa?" tanya Jaejoong.

.

"Begini, sunbae......" kata Ryeowook membuka penjelasannya.

.

.

BGM: Super Junior – 별이 뜬다 (Stars Appear...)

.

.

Beberapa jam berselang...

Hyesoo duduk disebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu di salah satu koridor di dalam gedung kampus dengan earphone ditelinganya. Ia membaca sebuah novel yang baru dibelinya minggu lalu. Setelah hari-hari dengan jadwal yang sibuk, Hyesoo baru mendapatkan waktu senggangnya lagi untuk sekedar membaca buku lain selain buku-buku tebal berisikan istilah-istilah medis yang memusingkan. Hyesoo terlarut dalam alur cerita dalam novel itu, sampai ia tidak menyadari beberapa tatapan dari mahasiswa-mahasiswa yang berlalu lalang dihadapannya. Beberapa saat yang lalu, ia dan Ryeowook baru saja menyelesaikan praktikum mereka hari itu. Saat keduanya keluar dari ruangan, salah satu asisten dosen memanggil Ryeowook ke ruang dosen. Karena hal itu maka Ryeowook meminta Hyesoo menunggu nya dan tidak beranjak kemanapun sampai ia kembali. Hyesoo hanya bisa tersenyum mendengar pesan sahabatnya itu. Sudah tidak ada lagi rasa kesal yang dulu sempat ia rasakan jika mendengar siapapun memberikan pesan itu padanya. Hyesoo sudah sangat terbiasa mendengar rangkaian kata-kata perintah itu sekarang. Ia justru merasa beruntung karena kata perintah itu kini diucapkan dengan nada yang lebih lembut.

.

"Hyesoo-ya?" panggil sebuah suara berat yang menghampirinya.

.

"Jaejoong sunbae..." kata Hyesoo pada Jaejoong sambil melepas earphone di telinganya.

.

.

.

Jaejoong's POV

Hyesoo tersenyum lagi padaku. Entah bagaimana caranya senyum itu bisa dengan sangat mudah menular padaku. Bahkan wajah itu tampak begitu berseri. Selama sesaat aku sempat melupakan semua hal yang diceritakan Ryeowook padaku. Seolah tidak pernah ada hal apapun yang terjadi padanya. Hyesoo tampak begitu wajar seperti yang lainnya. Seperti ia baru saja kembali dari hari kemarin yang juga berjalan dengan wajarnya. Hyesoo menepuk pelan bangku kayu disebelahnya, memintaku untuk duduk disana. Aku pun segera duduk di tempat Hyesoo meletakkan tangannya beberapa saat yang lalu. Tatapannya mengikuti setiap gerak tubuhku, membuatku bertanya-tanya melalui tatapanku padanya.

.

"Ah, maaf, sunbae. Bukan maksudku untuk bersikap kurang sopan", kata Hyesoo yang seolah mengerti arti tatapanku padanya. "Aku hanya merasa sedikit penasaran dengan yang dibicarakan banyak orang di kampus ini".

.

Ucapannya lagi-lagi mengundang senyum dari bibirku. "Dan jika aku boleh mengetahuinya, apa yang dibicarakan banyak orang tentangku?" tanyaku.

.

"Umm..." Hyesoo bergumam seolah memikirkan kata yang ingin diucapkannya. "Mereka bilang Kim Jaejoong sangat tampan, Kim Jaejoong sunbae sangat keren, Jaejoong sunbae hebat, Jaejoong sunbae terkadang sangat menakutkan... Hal itu? Pernahkah sunbae mendengarnya secara langsung?"

.

"Hmm... belum..." jawabku sambil menggelengkan kepala.

.

"Eiiiii... Tidak mungkin... Para gadis mengatakan itu dengan suara yang cukup keras. Sunbae hanya berpura-pura tidak mendengarnya, 'kan?" tanya Hyesoo.

.

"Lalu, setelah kau menatapku seperti barusan, ada yang kau temukan?" tanyaku.

.

"Sedikit?" katanya sambil mengangguk pelan. Aku kembali menemukan senyumanku saat melihat reaksinya. "Sunbae memang tampan. Hal itu tidak bisa dielakkan. Tubuhmu tinggi dan kau pintar. Aku pikir kedua hal itu yang membuat mereka mengatakan kau keren. Hmm... Aku sedikit tidak setuju dengan komentar yang mengatakan kau menakutkan. Aku tidak menemukan hal yang menakutkan dari sunbae. Atau belum", kata Hyesoo menjelaskan.

.

"Ah, aku juga baru mendengarnya darimu. Kenapa aku menakutkan bagi mereka? Apa yang sudah aku lakukan?" tanyaku pada diriku sendiri.

.

"Kalian berdua ini..." keluh Ryeowook yang sedang berjalan menghampiri kami. "Sunbae, sampai sekarang kau belum mengetahuinya? Bahkan setelah kau kembali dari wajib militer? Hhh... Tatapanmu yang mereka anggap menakutkan, sunbae".

.

"Tatapanku? Kenapa?" tanyaku.

.

"Sangat mengintimidasi? Begitu yang ku dengar..." jawab Ryeowook yang sudah duduk disisi lain bangku kayu itu. "Kau juga mendengar semua hal itu darimana, Lee Hyesoo? Seingatku pembahasan itu sangat ramai dua tahun yang lalu. Kau bahkan baru berada disini selama 3 bulan", kata Ryeowook lagi.

.

"Kau tidak menyadari tatapan para gadis disekitar kita saat ini? Auh... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku setelah ini", kata Hyesoo dengan tawa kecil yang keluar setelahnya.

.

Hanya sebuah senyuman tipis yang bisa ku tunjukkan pada keduanya. Kini aku mengerti sikap Yoona pagi ini. Aku pun sulit mempercayai sikap Ryeowook yang begitu santai menghadapi situasi diantara mereka. Aku sudah mengenal Ryeowook dari tahun pertamanya di kampus ini. Ia memang tidak pernah membuat segala sesuatu yang harus ia hadapi sebagai beban. Hal itu cukup mudah untuk dikatakan, tapi sangat jarang dapat di realisasikan. Dan Ryeowook berhasil melakukannya.

.

"Disana kau rupanya!"

.

Seseorang mengalihkan perhatian kami bertiga hanya dengan suaranya yang kami yakini ditujukan pada salah satu diantara kami. Seseorang yang setelah beberapa minggu kembali ku lihat. Cho Kyuhyun. Seorang mahasiswa jurusan bisnis dan manajemen yang juga baru kembali setelah menjalani wajib militernya. Benar. Kami berada di camp yang sama. Itulah alasan aku mengatakan bahwa aku kembali melihatnya setelah beberapa minggu. Ada aura dalam dirinya yang tidak pernah membuatku nyaman berada dalam jarak yang dekat dengannya. Bahkan dalam keadaan seperti saat ini dimana ia berdiri tujuh meter jauhnya dari kami, aku tidak merasakan sedikitpun rasa senang melihatnya. Entah apa yang ia lakukan di gedung fakultas kesehatan di hari sabtu.

.

"Siapa dia?" bisik Hyesoo pada Ryeowook yang terdengar olehku.

.

"Cho Kyuhyun. Dia juga baru kembali dari wajib militer. Jurusan bisnis manajemen. Kaya, tampan, tinggi, pintar, dingin, angkuh, bermulut tajam, kekanakkan, sangat menyebalkan...  Sayang sekali otak pintarnya itu" kata Ryeowook berbisik menjelaskan dengan cepat dan sarkastik yang mengundang tawa kecil dariku dan Hyesoo.

.

Kyuhyun berjalan mendekat pada kami. Aku memilih untuk mengalihkan pandanganku darinya. Aku sudah mengatakannya tadi, ia bukan pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat. Aura yang dibawanya tidak pernah mengesankan bagiku, dan sepertinya juga untuk Ryeowook, setelah mendengar pendapatnya tentang Kyuhyun beberapa saat yang lalu. Seperti beberapa mahasiswa yang sependapat denganku, aku tidak tahu apa yang disukai banyak gadis di kampus ini darinya. Sikapnya benar-benar berbanding terbalik dengan kemampuannya. Aku harap hari ini ia datang tidak untuk memperburuk keadaan.

.

"Ternyata benar. Kim Jaejoong... Aku sempat ragu selama beberapa saat", kata Kyuhyun.

.

"Apa yang kau lakukan disini di hari sabtu, Cho Kyuhyun? Sepertinya niatmu begitu besar mengingat jarak diantara gedung ini dan gedungmu begitu jauh", balasku.

.

"Aku tidak sedang mencarimu, kapten. Aku tidak akan pernah merepotkan diri menggunakan niatku hanya untuk melakukan hal itu", kata Kyuhyun dengan tatapan angkuhnya.

.

"Ryeowook-ah, Hyesoo-ya, aku memiliki sebuah janji dengan Professor Kang. Kita bertemu lagi nanti", kataku sambil beranjak bangun dari tempatku duduk.

.

"Sampai bertemu nanti, sunbae" kata Hyesoo.

.

Ryeowook hanya melambaikan tangannya padaku. Selama beberapa saat aku merasa tindakan yang ku lakukan ini kurang tepat. Meninggalkan Hyesoo disana dengan Kyuhyun yang entah memiliki tujuan apa di dalam kepalanya. Namun ketidaknyamanan ku akan keberadaan Kyuhyun lebih besar dari keraguanku. Setidaknya ada Ryeowook disana bersama Hyesoo.

.

.

Author's POV

.

Kyuhyun menatap kepergian Jaejoong dengan senyum sinis diwajahnya. Saat sosok laki-laki itu sudah menghilang diujung koridor, Kyuhyun kembali menoleh pada Hyesoo dan Ryeowook yang sedang membicarakan hal lain tanpa mempedulikan keberadaannya. Kyuhyun berdecak melihat hal itu, lalu duduk tepat disebelah Hyesoo dengan cepat yang membuat Hyesoo sontak menoleh padanya karena terkejut. Kyuhyun memberikan senyuman lebar pada Hyesoo yang berdeham dan kembali mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun.

.

"Aku banyak mendengar tentangmu", kata Kyuhyun.

.

"Ah, benarkah? Untuk kali pertama kita bertemu aku harus menyapa sunbae lebih dahulu. Namaku Lee Hyesoo," kata Hyesoo dengan ekspresi datar diwajahnya.

.

"I know. Aku Cho Kyuhyun. Aku pikir kau sudah mengetahui beberapa hal tentangku, bukan?" tanya Kyuhyun.

.

"Benar. Aku tidak mendengar terlalu banyak tentangmu, namun sepertinya cukup menjelaskan dengan tepat", jawab Hyesoo.

.

"Begitu pula denganku. Aku mendengar lebih banyak pujian daripada komentar miring tentangmu. Aku menimbang semua hal itu. Kesan pertama tidak terlalu buruk. Cantik seperti yang mereka katakan. Sopan seperti yang mereka katakan. Entah apakah kau juga semenyenangkan yang mereka katakan", kata Kyuhyun.

.

"Tentu kau tidak akan mengetahuinya dengan benar jika kau hanya menduganya, sunbae" balas Hyesoo.

.

"Tentu saja..." kata Kyuhyun dengan senyuman diwajahnya.

.

Suasana menjadi cukup canggung diantara mereka. Ryeowook yang sejak beberapa saat yang lalu lebih disibukkan dengan ponselnya, membiarkan Hyesoo merasa tidak nyaman duduk disamping Kyuhyun yang tidak henti menatapnya. Tiba-tiba seorang mahasiswa tingkat dua menghampiri mereka. Dari pakaian yang dikenakannya, dapat diketahui bahwa ia adalah seorang mahasiswa kedokteran, karena ia mengenakan jubah putih yang sama seperti yang dikenakan Ryeowook dan Hyesoo saat praktikum pagi ini. Hyesoo menoleh karena merasakan seseorang sedang berjalan mendekati mereka dengan sangat perlahan, cenderung terkesan mengendap-endap. Mahasiswa itu pun menundukkan kepalanya memberi salam pada Hyesoo yang menangkap tatapannya. Salam canggung mahasiswa itu justru dibalas dengan senyuman lebar dari Hyesoo, yang tentu saja juga mengundang senyuman di wajah Kyuhyun.

.

"Maaf sunbae jika saya mengganggu..." kata mahasiswa itu.

.

"Tidak perlu minta maaf. Ada apa?" tanya Hyesoo dengan ramah.

.

Mendengar percakapan itu akhirnya Ryeowook menoleh pada mahasiswa yang kini sudah berdiri tepat satu meter dihadapannya. "Kim Suho, ada apa?" tanya Ryeowook.

.

"Begini, sunbae. Seo seonsangnim meminta rapatnya dipercepat", kata Suho.

.

"Ah, benarkah? Baiklah. Aku akan mengantar Hyesoo terlebih dahulu dan segera kembali", kata Ryeowook.

.

"Tapi, sunbae..." kata Suho ragu. "Seo seonsangnim meminta rapatnya dilakukan 5 menit dari sekarang".

.

"Apa? Ya! Bagaimana bisa mendadak seperti itu? Aku harus mengantar Hyesoo pulang terlebih dahulu..." keluh Ryeowook.

.

"Aku bisa mengantarnya", kata Kyuhyun mengajukan diri.

.

"Apa? Ah, tidak perlu, sunbae. Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku tidak pernah pulang dengan orang lain", tolak Hyesoo cepat. "Pergilah, Ryeowook-ah. Aku akan menunggumu di perpustakaan".

.

"Tidak bisa begitu... Akan sangat membosankan jika kau menunggu di perpustakaan. Ah... Bagaimana ini? Yoona masih berada di kelas saat ini. Seharusnya tadi aku menahan Jaejoong sunbae untuk tidak pergi kemanapun. Ck..." kata Ryeowook yang memutar otaknya mencari ide.

.

"Bagaimana jika makan siang bersamaku?" tanya Kyuhyun kali ini. Hyesoo dan Ryeowook pun menatap ragu pada Kyuhyun. "Kau tidak ingin pulang dengan diantar orang lain. Kau juga mau menunggu Ryeowook selesai dengan rapatnya. Ryeowook tidak setuju dengan ide kau menunggunya di perpustakaan. Bukankah makan siang adalah ide yang lebih baik? Aku bisa mengantarmu kembali kesini lagi nanti", jelas Kyuhyun.

.

"Emm... Tentang itu......" kata Ryeowook ragu.

.

"Kenapa? Kau tidak mempercayaiku, Kim Ryeowook?" tanya Kyuhyun.

.

"Bukan. Tidak seperti itu, sunbae. Hanya saja...... Hyesoo-ya, bagaimana?" tanya Ryeowook.

.

"Bukan ide yang buruk. Aku rasa aku akan baik-baik saja", jawab Hyesoo.

.

"Baiklah. Setelah kembali, langsung menuju ke ruang rapat diujung gedung ini. Disana ada sebuah bangku kayu seperti ini. Duduk disana dan tunggu aku. Jangan pergi kemanapun seorang diri. Jangan pernah lupa menghubungiku, atau Yoona. Apapun yang terjadi, kirim pesan padaku. Jika ada hal mendesak segera telepon aku. Bagaimanapun kondisiku, aku akan mengangkatnya. Mengerti?" tanya Ryeowook.

.

"Aku mengerti. Pergilah... Suho sudah menunggumu", kata Hyesoo.

.

Ryeowook pun segera bangkit berdiri dan berjalan menjauh bersama Suho. Sesekali ia menoleh pada Hyesoo yang melambaikan tangan sambil tersenyum padanya. Kekhawatiran jelas terlihat diwajahnya. Selama tiga bulan terakhir Hyesoo berada di Seoul, Ryeowook dan Yoona selalu berusaha tetap bersama Hyesoo. Bahkan saat berada didalam apartment sekalipun, Ryeowook dan Yoona selalu memastikan mereka mengetahui keadaan Hyesoo melalui sambungan telepon atau sekedar group chat. Ini adalah kali pertama Ryeowook meninggalkan Hyesoo tanpa pengawasannya. Meski Kyuhyun sudah menyanggupi untuk secara tidak langsung menjaga Hyesoo, namun keraguan masih begitu kuat dalam dirinya.

.

"Ayo kita pergi. Kau tidak lapar?" tanya Kyuhyun yang sudah bangkit berdiri.

.

"Baiklah..." jawab Hyesoo singkat.

.

Hyesoo berjalan mengikuti Kyuhyun, membuat sedikit jarak darinya. Untuk alasan yang tidak benar-benar diketahuinya, Hyesoo merasakan hal yang cukup aneh dalam dirinya. Berada di dekat Kyuhyun membuatnya canggung dan takut. Terlebih dengan hal-hal yang dikatakan Ryeowook tentang Kyuhyun beberapa saat yang lalu, serta setiap tindakan yang ditunjukkan Kyuhyun padanya. Hyesoo seperti ingin melarikan diri saja dari Kyuhyun. Namun ia tidak bisa lari kemanapun karena Kyuhyun selalu menoleh padanya setiap beberapa langkah kakinya. Mereka berjalan menyusuri koridor, keluar gedung lalu ke tempar parkir dimana mobil Kyuhyun berada. Meski hari itu adalah hari sabtu yang notabene tidak terlalu banyak mahasiswa berada disana, namun Hyesoo tetap merasakan tatapan-tatapan tajam disekitarnya. Tentu saja. Bukan hanya Kim Jaejoong yang menjadi mahasiswa popular di kampus ini. Seorang genius yang kaya seperti Cho Kyuhyun juga menjadi pujaan bagaimanapun sikap buruk yang ditunjukkannya.

.

"Kau ingin makan apa?" tanya Kyuhyun yang baru saja menoleh pada Hyesoo.

.

"Sunbae juga terbiasa dengan semua tatapan ini?" tanya Hyesoo tanpa menjawab pertanyaan Kyuhyun.

.

"Apa maksudmu?" tanya Kyuhyun yang berhenti berjalan dan berbalik menatap Hyesoo.

.

Hyesoo yang tidak menyadari tindakan Kyuhyun pun sontak menghentikan langkahnya tepat satu langkah dihadapan Kyuhyun. Ia hampir menabrak tubuh tinggi besar Kyuhyun di depannya. Namun kontrol keseimbangan tubuhnya tidak sebaik biasanya. Kaki Hyesoo kehilangan keseimbangannya, menyebabkan tubuh nya seolah terpental ke samping. Beruntung Kyuhyun dengan cepat menangkap lengannya. Rengkuhan tangan kanan Kyuhyun di pinggang Hyesoo pun memperkuat tahanannya pada tubuh Hyesoo, mencegah Hyesoo agar tidak terjatuh. Tiba-tiba Hyesoo mendorong kuat tubuh Kyuhyun yang menyebabkan tubuhnya benar-benar jatuh terduduk di lapangan. Tatapan Hyesoo menatap kosong pada lapangan luas dihadapannya. Detak jantungnya berpacu, napasnya memburu dan keringat keluar membasahi keningnya. Sesaat kemudian Hyesoo tersadar dan menoleh ke sekelilingnya, merasa bingung dengan hal yang baru saja dialaminya. Ia merasa ada hal yang membuat tubuhnya memiliki reflex yang begitu cepat, bahkan lebih cepat dari jalan pikirannya.

.

"Oh!" Hyesoo berdecak kaget melihat Kyuhyun yang juga terduduk di lapangan sambil menatap tajam padanya. "Maafkan aku, sunbae. Maafkan aku..." kata Hyesoo yang segera bangun dan menjulurkan tangannya untuk membantu Kyuhyun bangun.

.

Namun Kyuhyun justru mengacuhkan juluran tangan Hyesoo dan memilih untuk berdiri tanpa bantuan Hyesoo. Kyuhyun merogoh saku celananya lalu mengeluarkan kunci mobil dan menekan tombol pembuka pintu mobilnya. Kyuhyun berjalan menuju mobilnya tanpa menoleh pada Hyesoo.

.

"Masuklah..." kata Kyuhyun.

.

"Baik..." jawab Hyesoo.

.

Mobil Kyuhyun melaju dengan kecepatan yang tidak pernah disukai Hyesoo. Tiga puluh menit sudah berlalu, namun Kyuhyun belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan mobilnya. Seringkali Hyesoo memejamkan matanya karena tidak bisa menahan rasa takutny akan laju mobil yang begitu cepat. Detak jantung Hyesoo bahkan terasa sama kencangnya. Hyesoo menggenggam kuat seatbelt nya dan mengalihkan pandangannya dari jalan. Ia tidak menyadari kemana mobil Kyuhyun menuju. Namun sebuah petunjuk jalan diluar sana menunjukkan bahwa mobil Kyuhyun menuju ke ujung kota Seoul.

.

"Kyuhyun sunbae... Tentang hal yang aku lakukan tadi..." kata Hyesoo mencoba bicara dalam ketakutannya.

.

"Jangan katakan apapun. Aku tidak ingin mendengarnya", kata Kyuhyun dingin.

.

"Tidak. Sunbae mungkin salah mengerti sikapku. Tadi aku juga tidak......"

.

"Kau ingin mengatakan kau juga tidak tahu apa yang kau lakukan?" tanya Kyuhyun memotong ucapan Hyesoo. "Dengar, aku memang sudah sering mendengar tentang Lee Hyesoo yang polos dan ramah. Tapi hal itu tidak pernah bisa masuk ke dalam akal sehatku, Lee Hyesoo. Bagaimana bisa seorang gadis sepertimu yang sudah cukup lama tinggal di Amerika cukup lama bisa disebut polos? Aku tidak peduli jika kau memilih polos sebagai konsep mu. Tapi kau tidak bisa membohongiku, Lee Hyesoo. Aku sudah melihat banyak gadis yang memiliki konsep sepertimu. Apa tujuanmu? Kau menggunakannya untuk mendekati Kim Jaejoong? Begitu?" tanya Kyuhyun.

.

"Apa maksudmu?" tanya Hyesoo yang keberatan dengan pernyataan Kyuhyun.

.

"Kau tidak perlu mengelak, Lee Hyesoo. Semuanya sudah terbaca jelas di wajahmu. Jika kau berpikir bahwa konsep itu akan berhasil pada setiap orang, maka kau salah mengira. Aku pun merasa heran bagaimana bisa dengan mudah tertarik padamu. Jika mengingat sikap Kim Ryeowook padamu tadi... Memangnya apa yang bisa terjadi pada gadis yang sudah beranjak dewasa sepertimu? Kau sudah cukup dewasa untuk menjaga dirimu sendiri. Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Mendapatkan kemudahan untuk hidup di kota ini seorang diri? Atau memanfaatkan setiap laki-laki disekitarmu seperti Kim Ryeowook dan Kim Jaejoong?" tanya Kyuhyun yang menunjukkan ekspresi keras diwajahnya.

.

"Aku tidak akan menanggapi apapun yang sunbae katakan. Karena apapun yang aku katakan, tidak akan mengubah anggapanmu padaku. Kau juga tidak akan dengan mudah percaya padaku. Lagipula aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apapun padamu. Tapi untuk dasar kemanusiaan, aku mohon padamu, sunbae... Bisakah kau mengurangi kecepatan mobilmu? Aku harap kau tidak melupakan bahwa ada seorang manusia lain yang juga berada dalam mobilmu", kata Hyesoo yang semakin menggenggam erat seatbeltnya.

.

"Kenapa aku harus melakukannya? Kau tidak bisa memerintahku begitu saja, Lee Hyesoo", kata Kyuhyun yang tidak kunjung mengurangi kecepatannya.

.

"Aku tidak sedang memerintah, Kyuhyun sunbae..." kata Hyesoo yang setelah berusaha cukup keras akhirnya dapat menoleh pada Kyuhyun. "Aku memohon..." kata Hyesoo lagi, kali ini dengan suara yang cukup pelan.

.

"Aku tidak mau. Ini mobilku. Aku berhak melakukan apapun yang aku inginkan", kata Kyuhyun bersikeras.

.

"Kalau begitu sunbae bisa menghentikan mobilnya. Aku ingin turun. Dengan begitu sunbae dapat melanjutkan setiap hal yang ingin sunbae lakukan sendiri", kata Hyesoo.

.

"Aku hanya akan berhenti saat aku ingin berhenti", kata Kyuhyun.

.

"Aku mohon...... hentikan mobilnya, sunbae" pinta Hyesoo yang sedang berusaha mengatur napasnya yang mulai memburu.

.

"Tidak!"

.

"Hhh... Awalnya aku sempat memikirkan apa yang orang lain katakan tentangmu. Aku masih beranggapan mungkin saja mereka terlalu berlebihan dengan pendapat mereka. Namun hari ini keyakinanku justru dihancurkan olehmu sendiri. Mereka benar. Cho Kyuhyun bukan orang yang baik", kata Hyesoo dengan suara yang sudah terdengar seperti bisikan itu.

.

"Apa katamu?!" seru Kyuhyun yang segera menepikan mobilnya. "Kau tidak punya hak untuk mengatakan hal itu didepanku, Lee Hyesoo. Terlebih jika kau tidak mengetahui apapun tentangku".

.

"Begitu pula dengan sunbae. Jangan menilaiku jika sunbae tidak mengetahui sedikitpun tentangku. Terima kasih atas niatmu untuk mengajakku makan siang. Aku akan menyimpannya dalam ingatanku sebagai niat baik. Meski tidak benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya. Annyeonghigaseyo", kata Hyesoo yang segera melepas seatbelt nya dan keluar dari mobil Kyuhyun.

.

"Pergilah! Kau pikir aku akan menahanmu? Tidak akan pernah!!!" seru Kyuhyun yang segera menginak pedal gas nya sesaat setelah Hyesoo menutup kembali pintu mobilnya.

.

Dalam hitungan menit mobil Kyuhyun sudah melaju kencang dan menghilang diantara mobil-mobil lainnya. Sementara Hyesoo dibiarkan berdiri seorang diri di jalan yang tidak ia ketahui sedikitpun. Napasnya masih memburu dan detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya. Ia menggenggam kuat tali ranselnya sambil terus berusaha menghirup lebih banyak oksigen ke dalam paru-parunya. Namun kakinya begitu lemas seperti jelly dan kepalanya terasa sangat ringan.

.

"Nona! Nona!!!"

.

.

########################

.

Tiga jam kemudian...

.

BGM: Acoustic Collabo – 제발

.

Ryeowook berlari di sepanjang koridor gedung seni rupa dengan kecemasan yang begitu terlihat diwajahnya. Sesampainya disebuah ruangan yang terletak diujung koridor lantai dua gedung itu, ia membuka pintu dengan keras lalu mencari sosok Yoona diantara banyaknya mahasiswa yang berada disana. Saat matanya akhirnya menemukan sosok yang dicarinya, Yoona justru sudah memandang cemas padanya. Yoona terdiam membeku menatapnya tanpa bisa mengatakan apapun. Ia tahu bahwa sesuatu pasti sudah terjadi. Dan hal itu tentu bukan hal baik yang menyenangkan dan menenangkan. Yoona segera tersadar saat melihat tubuh Ryeowook yang melemah. Ia melepaskan apron dari tubuhnya lalu mengambil tasnya dan berlari menghampiri Ryeowook.

.

"Ada apa? Kali ini apa? Cepat katakan padaku!" kata Yoona sesaat setelah ia tiba di depan ruangan.

.

"Hyesoo tidak membalas pesanku", kata Ryeowook.

.

"Apa artinya itu? Bukankah sejak pagi Hyesoo bersamamu? Bukankah Hyesoo sudah kembali ke apartment? Kau bilang setelah praktikum kau akan langsung mengantarnya pulang sebelum kembali lagi ke kampus untuk rapat. Apa yang kau lakukan disini? Kau seharusnya berada di ruang rapat. Benar, 'kan? Kim Ryeowook! Jawab aku!" seru Yoona.

.

"Rapat dimajukan. Aku berada disini karena rapatnya baru saja selesai", jawab Ryeowook.

.

"Lalu Hyesoo? Kau sudah mengantarnya pulang?" tanya Yoona dengan tatapan marahnya.

.

"Dia pergi bersama Kyuhyun sunbae untuk makan siang. Kyuhyun sunbae mengatakan akan mengantarnya kembali kesini. Tapi sampai saat ini Hyesoo belum juga kembali. Ia juga tidak memberikan kabar apapun padaku. Ia tidak membalas pesanku", kata Ryeowook menjelaskan.

.

"Apa?! Kau membiarkan Hyesoo pergi dengan Cho Kyuhyun begitu saja?! Kim Ryeowook, apa yang ada dalam pikiranmu? Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya? Apa yang harus kita lakukan? Bisakah kau melihat situasi ini dengan lebih serius??? Kau bahkan...... Kau...... ish... ah bagaimana ini???" kata Yoona panik.

.

"Aku tahu. Aku telah melakukan kesalahan. Aku sudah sangat bingung dan cemas sejak tadi, Im Yoona. Bisakah setidaknya kau membantuku untuk berpikir? Otakku seketika buntu... Aku tidak dapat berpikir saat ini..."

.

"Kau sudah mencoba menghubungi Kyuhyun sunbae?" tanya Yoona.

.

"Aku tidak punya kontaknya sama sekali", jawab Ryeowook sambil meremas rambutnya. "Ah... Bagaimana ini?" tanya Ryeowook yang setelah sekian lama akhirnya kembali mengungkapkan kekhawatiran yang sebenarnya ia rasakan.

.

"Jaejoong sunbae! Aku akan menghubunginya. Mungkin dia punya kontak siapapun yang dapat meraih Kyuhyun sunbae. Hubungi siapapun yang mungkin dapat membantu kita, Ryeowook-ah", kata Yoona yang dengan cepat mengeluarkan ponsel dari sakunya.

.

Tiba-tiba ponsel Ryeowook berdering, memunculkan nomor telepon yang tidak dikenalnya. Ryeowook mengernyitkan keningnya menduga-duga siapa pemilik nomor telepon itu. Hingga Yoona yang sudah terhubung dengan Jaejoong disambungan telepon menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Ryeowook, meminta Ryeowook untuk segera mengangkat telepon itu siapapun yang sedang menghubunginya.

.

"Halo?" sapa Ryeowook.

.

"Kim Ryeowook-ssi?" tanya suara wanita diseberang telepon.

.

"Benar, saya Kim Ryeowook. Saya sedang bicara dengan siapa?" tanya Ryeowook mencoba menetralkan nada bicaranya.

.

"Saya menemukan nomor anda dari ponsel pasien bernama Lee Hyesoo......" Ryeowook membelalakkan matanya saat mendengar penjelasan wanita itu. Jantungnya seolah berhenti berdetak sepersekian detik.

.

"Di... Dimana? Maksud saya, dimana lokasi rumah sakit itu?" tanya Ryeowook cepat memotong penjelasan wanita yang bicara diseberang telepon.

.

"Rumah sakit?" tanya Yoona yang tanpa sengaja menekan panel merah dilayar ponselnya.

.

"Saya akan segera kesana. Terima kasih atas pemberitahuannya", kata Ryeowook yang kembali memotong. "Ayo, Yoona" ajak Ryeowook yang kembali mulai berlari sambil menarik lengan Yoona.

.

.

BGM: Burn with hatred (Falling for Innocence OST)

.

.

Sementara itu di tempat berbeda, masih di area kampus...

Jaejoong berjalan begitu cepat dengan kemarahan yang tergambar dengan jelas diwajahnya. Napasnya memburu karena amarah yang sudah memuncak hingga hampir membuat dirinya meledak. Ia melangkahkan kakinya tanpa ragu. Kedua tangannya terkepal dan katupan keras rahangnya memperjelas garis wajahnya. Setiap mahasiswa yang berpapasan dengannya menatap bingung dengan sikap yang ditunjukkan Jaejoong. Selama ini Jaejoong dikenal sebagai mahasiswa popular dengan sikapnya yang ramah walaupun tidak banyak bicara. Meski banyak yang mengatakan bahwa Jaejoong menakutkan dengan tatapannya yang terkesan mengintimidasi, namun belum pernah ada yang melihat kemarahan Jaejoong yang ternyata lebih menakutkan dari sekedari tatapan mengintimidasinya. Jaejoong mempercepat langkahnya yang menuju ke fakultas ekonomi. Ia menghentikan langkahnya beberapa meter taman pertama fakultas itu. Seketika itu juga Jaejoong menemukan orang yang sedang dicarinya. Cho Kyuhyun. Ia sedang duduk santai bersama beberapa temannya. Tanpa berpikir panjang Jaejoong kembali melangkah mendekat pada Kyuhyun lalu meraih kerah polo shirt nya sampai membuat Kyuhyun terangkat dari posisi duduknya.

.

"Dimana dia?!" tanya Jaejoong tanpa basa-basi.

.

"Wooow... Wow... Ada apa denganmu, Kim Jaejoong? Lupa cara menyapa? Menjadi pemimpin selama di camp membuatmu melupakan kesopanan?" tanya Kyuhyun santai.

.

"Dimana Lee Hyesoo?" tanya Jaejoong lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Kyuhyun.

.

"Ah... Jadi kau bersikap seperti ini karena Lee Hyesoo? Hebat juga kemampuan Lee Hyesoo... Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Aku bisa mengakui kemampuannya sekarang..."

.

"Aku tanya dimana dia, bajingan?!" tanya Jaejoong dengan suara keras.

.

"Ch... Aku tidak tahu. Keberadaannya saat ini bukan urusanku", jawab Kyuhyun santai.

.

"Apa? Katakan dengan jelas!" perintah Jaejoong sambil mempererat genggaman tangannya di kerah Kyuhyun.

.

"Aku bilang aku tidak tahu. Beberapa jam yang lalu dia memintaku menurunkannya dari mobil. Aku mengabulkan keinginannya. Kau tahu, aku bukan tipe pemaksa..." kata Kyuhyun.

.

"Dimana kau menurunkannya? Katakan!!!"

.

"Auh... Lepaskan cengkramanmu ini..." kata Kyuhyun sambil melepaskan tangan Jaejoong dari kerahnya. "Menyebalkan sekali... Ya! Kau tidak perlu mengkhawatirkan gadis itu sampai seperti ini. Dia sudah dewasa. Kenapa kau memperlakukanya seperti anak kecil? Dia bisa kembali ke rumahnya dengan baik tanpa bantuan siapapun, kau tahu???"

.

"Dia tidak bisa!!!" seru Jaejoong yang kembali mencengkram kerah Kyuhyun, kali ini dengan kepalan tangan bebasnya yang hampir menyentuh wajah Kyuhyun. "Dia tidak bisa. Tidak akan bisa. Kau... Kenapa kau selalu bertindak tanpa memikirkan akibat yang dapat kau timbulkan? Kenapa kau selalu hanya membenarkan pendapatmu seorang? Sebenarnya apa kegunaan otak pintarmu itu, hah?!" kata Jaejoong yang segera melepaskan Kyuhyun.

.

Jaejoong berbalik untuk pergi dari tempat itu, namun Kyuhyun lebih dulu sudah menahan jaket yang dikenakan Jaejoong. Kyuhyun balas mencengkram jaket Jaejoong dan menariknya mendekat. "Apa yang baru saja kau katakan? Apa maksudmu?"

.

.

BGM: Park Bo Young – 떠난다

.

.

Flashback

Pagi itu di taman fakultas kedokteran

"Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi? Setelah aku memikirkannya, aku rasa masalah diantara kalian adalah masalah yang sama sejak awal. Ada apa?" tanya Jaejoong.

.

"Begini, sunbae..." kata Ryeowook membuka penjelasannya.

.

"Kim Ryeowook..." kata Yoona mencoba menghentikan Ryeowook.

.

"Kenapa? Jaejoong sunbae kelak juga akan menjadi seorang dokter. Dia juga bukan orang asing bagi kita. Bertambah satu orang yang mengetahui hal ini dapat membantu kita untuk lebih meningkatkan penjagaan, bukan? Kemurunganmu juga akan sedikit berkurang, Im Yoona" kata Ryeowook.

.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Hal apa?" tanya Jaejoong yang semakin merasa penasaran dengan hal yang sedang disembunyikan oleh Ryeowook dan Yoona.

.

"Hyesoo tidak ingat apapun", jawab Ryeowook singkat.

.

"Apa maksudmu? Tidak ingat apapun? Maksudmu amnesia? Apapun?" tanya Jaejoong yang dijawab dengan anggukkan oleh Yoona. "Tidak pernah ada ingatan yang perlahan kembali padanya?"

.

"Tidak pernah ada. Sejak kecelakaan yang menimpanya dua setengah tahun yang lalu, Hyesoo kehilangan ingatannya. Beruntung tidak semua hal dilupakannya. Hyesoo masih ingat keluarganya, kami (Ryeowook dan Yoona), beberapa temannya, dan beberapa memori di masa kanak-kanak dan remaja awalnya di Seattle. Kami mencoba untuk memeriksa sejauh mana ingatan yang ada di kepalanya. Sejauh ini hal yang kami temukan adalah Hyesoo lebih banyak mengingat kejadian-kejadian. Banyak hal yang hilang dari ingatannya, banyak tempat yang dia lupakan", kata Ryeowook menjelaskan.

.

"Termasuk Seoul?" tanya Jaejoong.

.

"Seluruh bagian di negara ini", jawab Yoona pelan.

.

"Efek lain?" tanya Jaejoong lagi.

.

"Hyesoo menjadi lebih ceria", jawab Ryeowook.

.

"Kim Ryeowook!" seru Jaejoong dengan volume suara yang tidak terlalu keras.

.

"Ryeowook mengatakan yang sebenarnya, sunbae. Hyesoo yang sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah aku kembali memikirkannya, aku rasa seharusnya aku bersyukur dengan hal itu. Depalan bulan pertama setelah kecelakan, Hyesoo sangat sulit untuk dihadapi. Orang-orang yang berada disekitarnya belum bisa beradaptasi dengan keadaan Hyesoo. Kami terlalu sering mencoba untuk membuat Hyesoo ingat segalanya dengan menceritakan hal-hal yang ia lupakan..." kata Yoona.

.

"Namun bukan ingatan yang kembali padanya, justru stres dan rasa bersalah yang menghampirinya..." sambung Ryeowook. 'Kenapa aku seperti ini? Apa yang salah dariku? Apa yang terjadi padaku? Mereka menceritakan banyak hal tentangku, tapi kenapa aku bahkan tidak bisa mengingat semua hal itu? Aku meragukan diriku. Kenapa aku tidak bisa mengenal diriku sendiri dibandingkan mereka? Aku benci diriku. Kenapa setiap kemungkinan harapan yang mereka ceritakan tidak pernah terjadi padaku? Aku sungguh tidak berdaya dan tidak berguna. Aku bahkan tidak mengerti semua hal yang terjadi padaku. Kenapa aku tidak henti membuat mereka bersedih karena keadaanku?', Hyesoo menuliskan semua itu dalam buku hariannya. Sampai sebuah pertanyaannya membuat kami memutuskan untuk berhenti mencoba membantu mengembalikan ingatannya. Hyesoo bertanya, 'Kenapa aku harus selamat dari kecelakaan itu dan menyebabkan semua kekacauan ini?' Disaat yang sama, dokter mengatakan diagnosanya. Hyesoo kehilangan ingatannya secara permanen..." kata Ryeowook yang seketika menghentikan penjelasannya.

.

"Pada awalnya kami tidak bisa menerima kenyataan itu. Tentu saja... Tapi keadaan Hyesoo yang mulai menolak untuk makan dan bicara akhirnya mengharuskan kami untuk menerimanya. Kami memutuskan untuk tidak lagi mencoba mengembalikan ingatannya yang hilang. Kami akan membuat memory baru untuknya. Kami kembali ke titik awal bersamanya", sambung Yoona.

.

"Hyesoo hanya kehilangan ingatannya. Tapi hal itu tidak mempengaruhi kemampuan dan inteligensi nya. Selama dua tahun Hyesoo sudah beradaptasi dengan lingkungan di Seattle dan Negara lain di amerika. Tapi Seoul... Hyesoo tidak memiliki ingatan apapun akan Seoul. Dan hal itu sungguh merepotkan..." kata Ryeowook dengan nada bercandanya yang sudah kembali.

.

"Ch... Itu kah sebabnya kenapa kau selalu marah saat Ryeowook membahas masa lalu pada Hyesoo? Hal itu juga yang selalu membuatmu lesu dan muram?" tanya Jaejoong pada Yoona.

.

"Benar, sunbae. Padahal Hyesoo sudah tidak terpengaruh dengan hal itu sekarang. Hyesoo sudah menerima kenyataan bahwa, 'Aku tidak mengingatnya. Hal itu tidak akan lagi membuatku terpuruk. Aku akan menjadikannya ingatan baru bagiku', seperti itu. Dia yang bersikap terlalu sensitive, sunbae", kata Ryeowook dengan nada sarkastiknya.

.

"Hhh... Aku akan membantu kalian menjaganya. Jangan khawatir. Karena itu, kurangi muram diwajahmu itu, Im Yoona", kata Jaejoong.

.

.

Flashback ends...

.

.

"Jikaterjadi hal buruk pada Hyesoo karena tindakan bodohmu itu, kau akan berhadapandenganku. Ingat itu baik-baik, Cho Kyuhyun..." kata Jaejoong yang melepaskantangan Kyuhyun dari jaketnya. Jaejoong pun pergi dari tempat itu, meninggalkanKyuhyun yang menunjukkan banyak tanya dari ekspresi wajahnya.

Continue Reading

You'll Also Like

595K 12.7K 43
i should've known that i'm not a princess, this ain't a fairytale mattheo riddle x fem oc social media x real life lowercase intended started: 08.27...
1.1M 30.2K 37
After the passing of Abigail Bentley's mother, she is now the only one responsible for her family's well-being. Her father, often too drunk to stand...
215K 7.5K 98
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
157K 17.2K 23
"𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝 𝙮𝙤𝙪𝙧𝙨𝙚𝙡𝙛, 𝙜𝙞𝙧𝙡. 𝙄 𝙬𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙚 𝙞𝙩" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...