LOVE DULU BUAT PART INI
***
"Maaf mas belum bisa jemput kamu, nanti biar Pangeran yang menjemputmu sekalian ke rumah bunda." Afiqah mendesah mendengar itu. Hari ini ada pertemuan keluarga namun Arsena mendapat tugas tambahan sehingga pria itu tidak bisa menjemputnya dan akan menyusul nanti malam.
Afiqah mematikan ponselnya kemudian memandang jalanan. Ia duduk di samping pos satpam menunggu pangeran. Sebenarnya ia belum tahu seperti apa rupa pangeran tersebut. Semoga saja ia pria yang baik dan enak di ajak bicara. Ia takut canggung, apalagi mereka belum saling mengenal. Ia menunggu lebih dari tiga puluh menit namun orang yang di tunggunya tak kunjung nampak.
"Mbak Afiqah?" Afiqah mendongak ketika namanya di sebut.
Ia terkejut mendapati seorang pemuda yang seumuran dengannya. Pemuda itu menggunakan kaos putih dilapisi jaket hitam dengan celana jins. Cukup sederhana tapi terlihat sangat keren dan pas di tubuh pria itu.
"Iya." Mungkinkah dia pangeran. Dilihat wajahnya yang hampir mirip dengan Putri. Jadi ia memutuskan untuk menjawab.
"Password-nya?" Mata pria itu menatapnya tajam. Memandanginya seakan sedang menilai. Afiqah di buat gugup, karena di nilai sedemikian rupa.
"Hah???" Afiqah bingung, perasaan tadi Arsena tidak mengatakan apapun kenapa pria ini meminta password.
"Kamu Pangeran utusan Mas Arsena." Lanjut Afiqah asal bicara.
"Benar seratus buat kamu." Afiqah hanya menggeleng-geleng mendengar itu. Padahal ia hanya asal bicara. Memang ada kayak gitu, kayak menang undian aja. Ternyata Pangeran orang yang aneh.
"Jadi mbak sama saya ngak usah basa-basi kayak orang baru kenal. Saya Pangeran keponakan mas Arse. Ngak perlu canggung anggap saja adik mbak sendiri."
"Iya."
"Ibu hamil sudah lapar belum?" Tanya pangeran ketika mereka tiba di depan gerbang. Tempat ia memarkirkan motor.
"Belum." Tadi ia habis makan banyak dengan Dhea.
"Alhamdulillah uangku tidak berkurang, kita berarti bisa langsung ke rumah nenek." Guman pria itu namun masih bisa di dengar Afiqah.
"Apa???"
"Ah tidak ada apa-apa, ayo naik yang lain sudah menunggu." Pangeran memberikan helm kepada Afiqah. Diterima gadis itu dengan baik.
"Jangan ragu untuk pegangan sama keponakanmu yang ganteng ini. Karena kadang kuda hitam-ku ini suka rewel kalo di jalanan." Afiqah mengikuti apa yang di bilang pria itu, ia memegang pinggiran jaket Pangeran. Ia juga sempat melirik motor hitam milik Pangeran. Begitu gagah dan mewah. Khas motor anak orang kaya.
Ketika Pangeran melaju di jalan raya. Ternyata pria itu menaikkan kecepatannya dan ngebut itu membuatnya takut. Mau tidak mau ia memeluk pinggang pangeran karena takut. Dalam hati ia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Tubuhnya merinding di sepanjang perjalanan. Sekarang Afiqah paham kata rewel yang pria ini maksud adalah ngebut. Afiqah hanya bisa pasrah di sepanjang jalan.
Pangeran akhirnya menghentikan motornya di halaman rumah bunda Reyna. Afiqah bernapas lega, baru kali ini ia naik motor dengan kecepatan yang gila. Bahkan kepalanya sampai pusing. Ia bersumpah tidak ingin lagi di bonceng oleh pangeran. Ini terakhir kalinya.
"Kamu apakan istri saya?" Suara itu membuat ke duanya menoleh. Afiqah masih berada di motor dengan tangan memeluk pinggang Pangeran erat. Sedangkan pangeran diam melongo menatap omnya berdiri di hadapannya. Bukannya Arsena ada kerjaan tambahan tapi kenapa pria itu malah berdiri di sini. Dihadapan mereka dengan memasang wajah galak.
"Mas Arse." Afiqah langsung melepaskan pegangannya. Ia turun dari motor tersebut tanpa melepas helm.
"Lah Om kok disini, katanya ada urusan?"
"Kartu merah." Ujar Arsena sambil berkacak pinggang. Pangeran menatap Arsena takut, ketika mendengar itu. Ia langsung turun dari motor dan bersimpuh di hadapan Arsena sambil memohon maaf. Afiqah menatap mereka bingung memang apa yang harus di takutkan dengan kata kartu merah.
"Jangan dong om, nanti pangeran ngak bisa naik kuda hitam-pangeran lagi."
"Ngak ada tapi-tapian. Ini hukuman karena kamu mengendarai motor dengan kecepatan 100km/jam dan berpelukan dengan istri saya."
"Om plissss. Lagian Kanjeng ratu tiba dengan selamat tanpa kekurangan satupun. Kalau ngak pelukan nanti jatuh om, lagiankan juga udah jadi saudara masa salah. Sekarangkan mbak Afiqah udah jadi Tante aku." Arsena menggeleng menolak permohonan Pangeran.
"Perbuatan yang kamu perbuat itu salah," ujar Arsena marah. Ia tadi tidak sengaja mendapati Pangeran sedang ngebut. Ia tidak suka itu apalagi membawa anak dan istrinya. Ia takut terjadi apa-apa dan yang membuatnya mendidih adalah istrinya berpelukan dengan Pangeran. Ia jadi teringat Afiqah yang memeluk Andreas. Ia tidak suka hal itu.
"Ingat pangeran saya tidak suka berbagi walau sama keponakan saya sendiri. Sekarang berikan harta Karun-mu itu." Pangeran tertawa dalam hati, ketika tahu bahwa omnya itu cemburu. Dia jadi tahu kelemahan seorang Arsena.
"Maafin pangeran ya mbak." Bukannya menuruti perkataan Arsena. Pangeran malah memeluk Afiqah hal itu membuat Arsena marah. Pria itu langsung menarik tangan Pangeran yang bertengger di bahu istrinya lalu memutar tubuh Pangeran agar menjauh dari Afiqah.
"Om masak mau Deket sama Tante aja ngak boleh." Protes Pangeran yang memang sengaja ingin mencari masalah dengan Arsena.
"Argh.." pangeran meringis karena tangannya di putar dan di kunci oleh tubuh Arsena.
"Ngak boleh!! Mana harta Karun kamu sebelum om bawa motor kamu ke kantor polisi."
Mau tidak mau Pangeran memberikan SIM dan STNK ke Arsena dengan pasrah. Lalu menatap nanar ke kuda hitam kesayangan-nya. Ini kali ketiga Arsena menghukumnya. Itu tandanya ia tidak bisa balapan nanti malam.
"Mas Arse, kok Pangeran di gituin kasihan dia." Arsena memasukan surat tersebut ke dalam kantongnya. Arsena menghela napas, kemudian membukakan helm yang berada di kepala Afiqah. Pria itu mengabaikan apa yang Afiqah katakan.
"Hey siapa yang suruh kamu masuk!" Seru Arsena ketika melihat pangeran ingin masuk.
"Apalagi si om.."
"Bawa masuk nih helm." Pangeran mengambil helm yang di berikan Arsena dengan cemberut lalu masuk ke dalam rumah.
"Mas Arse Jangan terlalu keras sama pangeran!!" Tegur Afiqah tidak suka dengan sikap Arsena yang seperti anak kecil.
"Biarin dek, lagian dia naik motor ngak punya aturan mentang-mentang omnya polisi bukan berarti dia bisa seenaknya. Terus apaan coba tadi dia baru kenal sama kamu aja minta peluk." Afiqah meringis, suaminya ini benar-benar ahli dalam mencurigai suatu hal, tahu dari mana Arsena jika tadi Pangeran memaksanya untuk memeluk pria itu.
"Tapi mas...-"
"Ngak papa ya dek. Mas udah sering hukum dia kayak gitu. Lagian mas tidak akan membiarkan kamu dalam bahaya, jadi jika ada orang yang berpotensi menyakiti kamu. Maka mas akan ambil tindakan." Ujar Arsena sambil memegang bahu Afiqah. Lalu mengecup kening gadis itu. Membuat Afiqah bersemu malu.
"Mas ngak marahin Afi?"
"Kenapa harus marahin kamu dek?"
"Tadi Afi peluk Pangeran."
"Yang salahkan Pangeran bukan kamu. Jadi untuk apa mas marahin kamu, lebih baik mas peluk kamu." Arsena memeluk erat Afiqah yang hanya sebatas bahunya itu.
Afiqah hanya menggelengkan kepala tidak mengerti dengan jalan pikiran Arsena. Biasanya itu tokoh pria di novel pasti juga akan melampiaskan kecemburuannya pada si cewek. Tapi Arsena malah melampiaskan pada Pangeran.
"Mas Arse Katanya sibuk kok disini? Tahu gitu tadi pulang sama mas aja." Afiqah mengatakan itu di saat suaminya melepaskan pelukannya.
"Udah selesai tugasnya, terus langsung kesini. Mas nyesel nyuruh Pangeran jemput kamu. Kamu baik-baik aja kan? Anak kita juga-kan?" Arsena bersimpuh mengelus perut Afiqah khawatir.
"Tenang aman kok mas." Ujar Afiqah sambil mengambil topi polisi yang melekat di kepala Arsena lalu memakainya di kepala.
"Alhamdulillah."
"Cocok ngak mas?" Tanya gadis itu sambil berpose di hadapan Arsena.
"Cantik, makannya mas ngak rela berbagi sama yang lain. Apalagi sama pangeran, padahalkan pangerannya kamu itu hanya mas seorang."
"Apaan sih mas gombal terus.." ujar Afiqah menutup rasa malunya.
Pria itu kemudian bangkit ingin menuntun Afiqah masuk ke dalam rumah bundanya.
"Mas sebentar," Afiqah menarik lengan baju Arsena.
"Ada apa?"
"Fotoin Afi mas." Itu adalah kata-kata keramat bagi Arsena. Bagai petir yang menyambar di telinganya. Sepertinya ia akan menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikan yang satu ini.
*****
SPAM NEXT DI SINI YA!!!
1000 KOMEN BUAT PART INI
Masih pemanasan....
Gimana pangeran menurut kalian??
Author mesti mutar otak nih biar bisa 80 bab 😂😂 ada yang mau kasih ide apa gitu...
Jangan lupa follow Instagram @wgulla_
Loveyouuu