I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]

By rethajk

320K 19.7K 383

Kiara Victora Lacynda, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang menjalani kejamnya kehidupan di dalam sebuah... More

#1 Kiara
#2 Charlie
#3 Istri?
#4 Iya atau iya?
#5 Moroi, Dhampir dan strigoi
#6 Gaun wanita
#7 Kita
#8 Menikah
#9 MIXED BLOOD
#10 MIXED BLOOD2
#11 Ada apa denganmu?
CAST
#12 Seandainya kita manusia
#13 Lamaran baru
#14 Hai, Hellen!
#15 Ingin Kiara
#16 Pergilah
#17 Kelepasan
#18 Harga diri Charlie
#19 Pagi
#20 Kau cantik, Kiara!
#21 Bayi?
#22 Gadis malam itu
#23 Maaf
#24 maaf(lagi)
#25 Rahasia besar
#26 Pergilah dengan tenang
#27 Selamat datang
#28 Pengkhianat
#29 Hukuman mati
#30 Hidup baru
#31 Theo Anthony
#32 penyesalan
#34 kembali
#35 Ozzy
#36 Sikap turunan
#37 Korban lagi
#38 Makhluk penuh dosa
#39 Aku kekasihmu
#40 Tinggal dan pergi
#41 kesendirian
#42
tanya
Season 2?

#33 Balasan

5.4K 385 5
By rethajk

Charlie POV

Perasaan bahagia memenuhi dadaku saat ini. Aku pun bergegas pergi menuju ke dunia manusia. Aku akan menemui Kiara, juga anakku.

Aku sampai di depan sebuah rumah kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan istanaku. Aku ragu untuk mengetuk pintunya karena merasa takut takut. Aku takut Kiara membenciku.

Karena perasaan itu, akhirnya aku memilih untuk melihat lewat jendela samping. Aroma Kiara memang samar-samar, namun aku yakin dia ada di dalam rumah itu.

Rinduku lenyap ketika mataku menangkap sosok wanita bermata ruby biru. Dia tampak lebih kurus dan rambutnya dipotong sebahu. Kecantikan dari wajahnya juga tidak memudar seiring berjalannya waktu.

Kiara menata beberapa piring di atas meja kayu. Dengan telaten, dia juga meletakkan makanan-makanan di meja itu, kemudian tersenyum sambil menoleh ke samping kanannya.

Bak tersambar petir, aku mematung dengan mata melotot. Jantungku seakan berhenti berdetak saat aku melihat sosok yang sedang dilempari senyuman oleh istriku. Dia melempar senyuman ke seorang pria jangkung yang se-ruangan dengan dirinya saat ini.

Kiara... Dia menikah lagi?

*****

Kiara POV

"Theo, kau yakin tidak mau ikut makan bersama? Anak-anak akan pulang sebentar lagi, tunggulah sebentar..."

"Tidak, Kiara. Aku kemari, kan hanya ingin mengantarkan obat untuk Ozzy"

"Theo, aku selalu merepotkanmu. Terima kasih untuk semuanya, ya..."

"Santai, Kiara. Aku sudah menganggap mereka sebagai anakku sendiri" katanya sambil mengelus pucuk kepalaku.

Aku kemudian mengantarnya menuju pintu depan. Hari ini bukan hari libur, pria itu pasti sangat sibuk, tapi dia langsung datang ketika aku bilang Ozzy bertengkar lagi. Dia amat peduli dengan anak-anakku.

Ah, Theo, seandainya aku bisa melakukan sesuatu untukmu...

"Sampai jumpa, Kiara!" seru Theo sambil berlari pergi.

Aku terkekeh kecil saat memperhatikan punggung Theo yang semakin lama, semakin menjauh. Pria itu pasti buru-buru kemari hingga meninggalkan pekerjaannya.

Aku berbalik, berniat masuk kembali ke dalam rumah, namun tiba-tiba jantungku berdebar kencang, napasku juga tercekat. Aku merasakan sesuatu yang aneh, seperti keberadaan... Charlie.

"Kiara..."

Aku langsung menoleh ke sumber suara yang memanggilku tadi. Suaranya lirih, namun cukup membuatku terkejut.

Mataku memanas saat mendapati Charlie sudah ada di hadapanku. Matanya berair, rambutnya gondrong sampai ke bahu, dan bibirnya bergetar. Dia tampak berantakan.

Aku mengucek mataku beberapa kali untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi, namun pria di hadapanku itu terlalu nyata untuk disebut mimpi. Dia benar-benar Charlie.

"Kiara... Maaf.... Aku tidak.... Mempercayaimu..." isak Charlie sambil tertunduk.

Melihatnya seperti itu, membuat dadaku terasa sakit. Mataku memanas, bersiap mengeluarkan air mata, namun aku bersikeras untuk menahannya. Aku tidak ingin luluh semudah itu!

"Bagaimana dengan Zycka?" sindirku.

"Dia bukan vampir, dia strigoi yang sengaja ingin menghancurkanku"

"Palet?"

"Aku... Membunuhnya"

Mataku melotot seketika, kemudian dengan cepat aku mendekat padanya. "Kenapa kau membunuhnya?" tanyaku sambil memukul dada Charlie.

"KENAPA KAU MEMBUNUH PALET?!!"

Tanpa aku sadari, air mataku sudah mengalir deras. Tanganku juga terus memukul Charlie, namun Charlie tidak berkutik. Pria itu masih menunduk menyembunyikan tangisannya.

"KATAKAN! KENAPA MEMBUNUH PALET?!"

"Kiara... Maaf... Aku sudah hancur..."

Aku meyeka air mataku dengan cepat, kemudian menatap Charlie yang masih tertunduk.

Ya tuhan, aku benar-benar marah pada laki-laki ini, namun aku tidak sanggup mendengar dia terisak-isak. Hidupnya pasti berat selama ini, dia juga pasti dihantui rasa bersalah. Penampilannya bahkan berantakan seperti ini...

"Charlie... Tenanglah" lirihku sambil memeluknya.

Charlie balik memelukku, dia juga tak henti-hentinya mengucapkan maaf sambil terisak.

Ah, apa yang aku lakukan?

Aku langsung mendorong tubuh Charlie, membuat pelukan kami terlepas. Dengan berat hati, aku masuk ke dalam rumahku dan mengunci rapat-rapat pintu, juga beberapa jendela. Bersamaan dengan itu, air mataku mengalir deras.

Aku tidak siap bertemu dengan Charlie saat ini. Meski aku sangat merindukannya dan sangat khawatir padanya, namun aku masih tidak bisa memaafkan tindakannya di hari itu.

Tak berselang lama setelah itu, terdengar bunyi ketokan dari pintu depan. Awalnya, aku hanya terdiam karena mengira itu adalah Charlie, namun saat aku mendengar teriakan Ozzy, aku bergegas membuka pintu.

"Ibu, kenapa menangis?" tanya Ozzy sambil memegang kedua pipiku. Ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya.

"Apa karena pria itu?" tanya Ozzy sambil menunjuk Charlie yang sedang dipeluk oleh Camilla.

Aku tertegun sesaat ketika melihat Charlie yang tersenyum bahagia, lalu menciumi pucuk kepala Camilla. Tentu Camilla menerima ayahnya. Gadis itu dari awal selalu menantikan kedatangan Charlie. Dia ingin mendapat sosok ayah.

"Tidak" jawabku pelan.

Aku terus memandangi Charlie, menebak-nebak apa yang terjadi padanya selama beberapa tahun ini hingga penampilannya menjadi seperti ini. Seingatku, pria itu adalah pria angkuh yang selalu memikirkan penampilannya, namun entah apa yang terjadi padanya hari ini.

Menyadari pandanganku, Charlie kemudian bergerak mendekat padaku. Tangan Charlie hendak menyentuh pucuk kepalaku, namun Ozzy dengan cepat memegang tangannya. Hal itu sontak membuat Charlie terkejut dan langsung menarik tangannya. Dia seolah menghindari pertengkaran dengan Ozzy.

"Kiara, tolong maafkan aku"

"Berhenti bicara pada ibu saya" ucap Ozzy dengan sinis.

Tidak terima ayahnya diperlakukan begitu oleh Ozzy, Camilla akhirnya mengambil langkah mendekat pada saudara kembarnya. "Berani sekali kau tidak sopan pada ayah"

"Milla, pria itu bukan ayah kita. Hubungan kita berakhir dengannya di saat dia memutuskan untuk tidak mempercayai ibu!" teriak Ozzy dengan penuh amarah.

Aku terkejut setengah mati. Aku heran bagaimana Ozzy bisa tahu tentang Charlie. Apa Camilla menceritakannya?

"Kau kan tidak tahu hal apa saja yang sudah ayah alami!" balas Camilla tak mau kalah.

Karena kesal, Ozzy langsung menarikku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan. Dia menatap mataku dalam. Aku bisa melihat amarah yang ada di matanya mendadak hilang dan berganti dengan rasa cemas. Anakku itu kemudian memelukku dengan sangat erat.

"Aku tidak akan memaafkan orang itu karena membuat ibu menangis... Aku akan membalaskan dendam ibu" bisiknya.

Tidak. Hal yang paling aku takutkan akan terjadi. Sejarah akan terulang. Charlie yang ditipu akan diserang oleh anaknya sendiri, lalu Ozzy di masa depan akan dihasut dan dimanfaatkan oleh vampir lain hingga dia juga ikut mengulang kejadian ini.

Aku melepaskan pelukan Ozzy, kemudian menyentuh pipi kanannya, sambil berkata, "Kau tidak boleh mengulang sejarah, anakku. Kau harus memaafkan ayahmu".

"Lalu kenapa ibu tidak memaafkan ayah?"

"Ibu memaafkan ayahmu, tapi belum bisa menerimanya kembali"

Ozzy menghela napas, lalu berjalan mendahuluiku menuju meja makan. Dia duduk di salah satu kursi yang ada disana. Sambil tersenyum, Ozzy menepuk-nepuk perutnya. Anak itu berisyarat bahwa dia sedang lapar dan butuh makan.

Ozzy, aku tahu kau melakukan ini untuk mengalihkan perhatianku.

Dengan tersenyum, aku melangkah mendekati Ozzy. Aku menyiapkan makanan di piringnya, lalu dengan cepat duduk di sampingnya. Memperhatikan Ozzy yang sedang makan dengan lahap.

"Dimana kakakmu?" tanyaku penasaran karena tumben Helena tidak pulang tepat waktu.

"Dia ada di kamarnya. Dia langsung naik melalui jendela kamarnya karena tidak ingin bicara dengan pria itu"

"Ozzy, sejak kapan kalian tahu kalau ayah kalian masih hidup?"

Ozzy menghentikan aktivitasnya, kemudian menatap kedua mataku. Dia tersenyum simpul sambil berkata, "Sangat lama... Saat itu, Aku dan kakak tanpa sengaja mendengar ibu dan Milla mengobrol".

Aku sungguh terkejut mendengar ucapan Ozzy. Aku tidak menyangka dia dan Helena sudah mengetahui hal ini sejak lama. Itu membuatku jadi mengkhawatirkan Helena. Helena juga pasti tahu kalau dia bukan anak kandungku, kan?

"Tidak perlu khawatir, Bu. Kakak menyayangi ibu dengan sepenuh hatinya" ucap Ozzy seolah bisa membaca pikiranku.

*****

Charlie POV

"Ayah!"

Aku terkejut dan spontan menoleh ke sumber seruan itu. Saat aku menoleh, aku melihat 3 orang anak remaja dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Seorang gadis berambut pirang, dengan senyuman lebar di wajahnya langsung melompat ke arahku, dia memeluk tubuhku erat.

Bersamaan dengan itu, sebuah ingatan asing masuk ke dalam kepalaku. Ingatan yang menunjukkan Kiara saat sedang hamil, perjuangannya merawat anak-anaknya, dan cara dia mendidik anak-anaknya. Itu membuat air mataku menetes tanpa sadar.

"Putriku" ucapku sambil membalas pelukannya.

Ingatan Camilla membuatku merasa bahagia sekaligus merasa semakin bersalah. Pantas Kiara enggan memaafkanku, melihat apa yang dia alami selama ini bukan hal yang mudah, namun aku justru datang padanya hanya bermodalkan kata 'maaf'. Dia memang berhak marah padaku.

Aku menoleh pada Ozzy, anak laki-laki berambut pirang dengan mata biru. Wajahnya menunjukkan bahwa dia marah besar. Dia bahkan menatap mataku dengan dipenuhi amarah.

Rasanya sedikit aneh saat bertatapan seperti ini. Aku seolah sedang bercermin dan melihat pantulan diriku sendiri. Secara fisik, dia memang mirip dengan Kiara, namun auranya sangat mirip denganku.

Di samping Ozzy, berdirilah Helena dengan wajah datar. Melihat wajah manisnya membuatku teringat pada Hellen. Mereka sangat mirip dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Menyadari aku yang memperhatikan dirinya, Helena kemudian melompat tinggi menuju sebuah jendela di lantai 2. Tindakannya itu membuat aku khawatir, namun dia terlihat baik-baik saja. Dia seperti sudah terbiasa melakukan hal ekstrem seperti tadi.

"IBU, BUKA PINTUNYA!!" teriak Ozzy sambil mengetuk pintu rumah Kiara berkali-kali.

Tak lama, pintu itu terbuka menampakkan Kiara dengan air mata yang masih mengalir di sudut matanya. Melihatnya begitu membuat dadaku sesak. Aku merasa gagal sebagai seorang pria.

"Ayah jangan bersedih" ucap Camilla masih dengan posisi memelukku.

Perasaan sedihku sedikit berkurang saat ini. Pelukan Camilla terasa hangat, karena itu aku langsung mencium pucuk kepalanya berkali-kali. Aku sangat bersyukur mengetahui putriku ini mau menerima ayahnya yang sudah menelantarkan dirinya.

Karena terlalu fokus pada Camilla, aku baru menyadari bahwa Kiara memperhatikanku dari tadi. Dia bahkan tidak berkedip sama sekali. Pandangannya tidak bisa diartikan, namun tetap ada kesedihan dari wajahnya.

Aku melepaskan pelukan Camilla dengan lembut, kemudian melangkah mendekati Kiara. Aku menggerakkan tanganku untuk menyentuh wajahnya, namun belum sempat aku mendaratkan tanganku, tangan Ozzy langsung mencengkeram kuat-kuat tanganku. Aku terkejut dan langsung menarik tanganku dari cengkeramannya. Aku tidak ingin terlibat perkelahian dengan anakku sendiri.

"Kiara, tolong maafkan aku"

"Berhenti bicara pada ibu saya" ucap Ozzy dengan sinis.

Camilla mengambil langkah mendekat pada saudara kembarnya, kemudian berkata, "Berani sekali kau tidak sopan pada ayah"

"Milla, pria itu bukan ayah kita. Hubungan kita berakhir dengannya di saat dia memutuskan untuk tidak mempercayai ibu!"

"Kau kan tidak tahu hal apa saja yang sudah ayah alami!"

Aku ingin memisahkan perdebatan mereka, namun sebelum aku melakukannya, Ozzy sudah masuk ke dalam rumah bersama kiara. Anak itu membanting pintu dengan keras hingga membuat aku dan Camilla terkejut secara bersamaan. Dia pasti melakukannya karena enggan melanjutkan perdebatan dengan saudari kembarnya.

Merasa tidak peduli dengan Ozzy yang terlihat sangat marah, kini Camilla langsung melompat untuk memelukku. Dia mengalungkan tangannya pada leherku.

"Ack! Camilla, kau menarik leher ayah terlalu erat"

"Ini kan balasan karena ayah pernah menyakiti ibu, hehe..."

.
.
.
Ayo vote!

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 503 8
Di dunia ini terdapat tiga ras yang mendominasi untuk saat ini, ras iblis, ras vampire dan satu lagi manusia, ketiganya memiliki perbedaan yang signi...
2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
548K 41.3K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...
294K 5.9K 14
"Mencintaimu seperti mencintai kematian" ─ Count Dracula "Hanya makhluk kegelapan seperti dirimu lah yang bisa mencintai dengan setulus hati" ─ Anna ...