Kamu satu-satunya wanita yang akan mas dekap dalam keadaan apapun.
-
-
Arsena melepaskan pelukannya ketika mendengar suara tangis dari Afiqah. Ia baru sadar jika ada Afiqah di sana. Apalagi gadis itu menangis. Pasti Afiqah berpikir yang tidak-tidak padanya. Afiqah juga belum mengenal siapa gadis ini.
"Sebentar put," ujar Arsena.
"Dek." Panggil Arsena.
Afiqah tidak menjawab. Gadis itu terus menangis tidak menutupi rasa kecewanya pada Arsena. Ia sebal dengan Arsena yang tega selingkuh di depannya.
"Mas Arse jahat.. pergi!!"
"Afi ngak mau lihat Mas Arse selama-lamanya." Rajuk Afiqah sambil terisak. Hatinya terlanjur sakit. Apalagi gadis yang bicara dengan Arsena lebih cantik dari dirinya.
"Loh..loh kok gitu. Kamu kenapa dek?" Tanya Arsena bingung. Apa salahnya? Kenapa Afiqah sampai begitu marah padanya?
"Mas Arse selingkuh." Seketika tawa Arsena pecah begitu juga dengan putri. Hal itu membuat Afiqah makin menangis. Ia seperti di permalukan oleh dua orang itu. Dua orang itu seakan mentertawakan nasibnya yang malang karena mereka selama ini selingkuh di belakangnya dan dia seperti orang bodoh yang selalu takluk dan luluh oleh kata-kata manis Arsena.
"Mas lupa kamu belum kenal sama Putri." Ujar Arsena mengingat Putri tidak hadir di pernikahannya karena sibuk ujian sekolah.
"Afi hiks...ngak mau.. hikss.... kenal...hikss..." Mendengar ucapan Arsena semakin membuat Afiqah sedih. Mana ada istri yang mau dikemanakan dengan selingkuhan suaminya.
"Loh kenapa?" Arsena duduk mendekat ke arah Afiqah.
"Mas bodoh atau apa masa mau ngenalin selingkuhan sama Afiqah hikss...hikss...hiks..."
"Memang siapa yang selingkuh?"
"Mas sama wanita itu lah!" Tunjuk Afiqah dengan nada kesal. Ia menangis kembali rasanya begitu sakit. Namun di mata Arsena ini terlihat lucu. Ini kedua kali ia melihat Afiqah cemburu namun ini yang lebih lucu.
"Kenalin aku Indah Laksani Anggara Putri." Ujar gadis itu. Afiqah terdiam mendengar nama terakhir gadis itu mengingatkannya akan nama terakhir Arsena. Yaitu Arsena Anggara Putra. Nama keluarganya sama seperti nama Arsena. Jangan-jangan mereka saudara.
"Keponakannya mas Arse kembarannya Pangeran, anaknya mas Ahwan dan mbak Sheila." Lanjut Arsena. Sontak hal itu membuat Afiqah malu setengah mati. Apalagi ia sudah menangis di depan umum seperti ini. Ia menyesal dulu tidak menanyakan seperti apa anak mas Ahwan dan mbak Sheila yang kebetulan sekolah di luar kota. Mengingat Ahwan mengurus perusahaan di Jakarta.
"Mas Arse Jahat.." tangis Afiqah pecah saking malunya. Bahkan Putri merasa sedikit bersalah karena hal ini.
"Maaf ya mas.." ucap Putri tidak enak hati. Awalnya terasa lucu namun melihat Afiqah yang terus menangis malah membuatnya bersalah.
"Ngak papa put, maklum lagi hamil." Ujar Arsena.
"Kalau gitu Putri pulang dulu, jangan lupa Minggu depan acara keluarga mas."
"Mau mas anterin?" Tawar Arsena.
"Udah di jemput Pangeran di depan." Tolak Putri secara halus.
Setelah itu Putri pamit dengan Afiqah dan Arsena. Ia kembali ke tempat dimana pangeran akan menjemputnya.
Arsena kembali ke Afiqah. Gadisnya yang cantik itu masih menangis. Ada rasa bersalah membuat Afiqah menangis. Arsena mendekat mendekap erat gadis itu. Untungnya Afiqah tidak menolak malah mengalungkan lengannya ke leher Arsena.
"Pulang yuk sudah malam.." bujuk Arsena. Ia juga tidak ingin orang-orang semakin menatap mereka penuh minat. Karena Afiqah masih menangis. Ia takut di kira berbuat jahat kepada Afiqah.
"Mas Arse Jahat.."
"Iya mas jahat, maafin mas ya. Mas janji ngak kayak gitu lagi." Ucap Arsena lembut. Kemudian Arsena mengangkat gadis itu, menggendongnya seperti anak kecil di depan seperti seorang ayah yang mengendong anak perempuannya yang sedang merajuk. Hal itu menarik perhatian orang-orang. Namun Arsena tidak malu, justru ia tidak mempedulikan hal itu. Afiqah yang terlanjur malu. Ia membenamkan wajahnya ke dada Arsena menyembunyikan diri di sana.
"Kamu mau makan apa dek?" Tanya Arsena mengingat mereka belum makan apapun.
Afiqah mendongak ke arah Arsena. Tiba-tiba bau sosis bakar masuk ke dalam Indra penciumannya. Ia jadi makan itu.
"Sosis bakar yang gede." Arsena berhenti sebentar kemudian mengikuti arah yang Afiqah tunjuk. Yaitu stand sosis bakar. Stand itu ramai sekali yang mengantri.
"Kamu mau ikut mas ngantri atau mas aja yang ngantri." Arsena mengatakan itu karena Afiqah memeluknya erat dalam gendongan ia tidak ingin asal menurunkan gadisnya ini. Ia takut Afiqah merajuk kembali.
"Mas yang antri."
"Kamu tunggu sini, jangan kemana-mana seperti tadi. Kalau ada Andreas teriak panggil nama mas tiga kali." Arsena menurunkan Afiqah hati-hati. Lalu membantunya duduk di kursi terdekat. Afiqah tertawa kecil mendengar itu. Namun ia mengangguk menuruti ucapan Arsena.
Beberapa menit kemudian Arsena datang membawa 2 sosis bakar jumbo. Satu ia berikan pada Afiqah dan satunya untuk dirinya sendiri. Awalnya Arsena tidak tertarik namun mengantri selama hampir dua puluh menit membuatnya tergiur. Ternyata rasanya enak, begitu sosis itu masuk ke mulutnya. Bahkan Arsena tidak sadar telah menghabiskan sosis itu hingga habis. Pandangannya beralih ke arah Afiqah yang masih mencoba menghabiskan sosis itu. Nampaknya Afiqah lama sekali makan itu. Membuat Arsena ingin membantunya juga.
Merasa di perhatikan Afiqah menoleh. Keningnya berkerut melihat tatapan Arsena pada sosisnya. Ternyata Arsena telah menghabiskan makanannya terlebih dahulu.
"Mas mau?" Afiqah tidak tega melihat raut wajah Arsena yang seperti sangar ingin memakan makanannya.
"Buat kamu aja dek." Namun Afiqah malah mengarahkan makanannya ke mulut Arsena. Seakan-akan meminta Arsena untuk menghabisinya. Arsena yang tergoda mengigit sebagian dari milik Afiqah. Namun Afiqah malah menyodori Arsena terus hingga pria itu memakannya hingga habis.
Afiqah tertawa melihat noda saos dan mayones menempel di pipi Arsena. Gadis itu membersihkan noda tersebut dengan tangannya. Mengelus pipi kanan Arsena.
"Kamu sengaja-kan dek?" Pria itu menggenggam tangan Afiqah yang sibuk membersihkan noda.
"Enggak ya mas, ngak sengaja." Balas Afiqah.
"Tapi nggak papa kok dek, mas seneng kamu jadi perhatian sama mas. Biasanya-kan kamu malu untuk melakukan itu. Jadi kapan lagi di perhatikan sama kamu." Ujar Arsena. Mengingat selama ini hanya dialah yang menunjukkan rasa perhatian sedang Afiqah jarang sekali memperhatikannya.
"Maafkan mas soal yang tadi. Mas lupa ngasih tahu kamu tentang Putri dan Pangeran. Nanti kalau acara keluarga mas akan kenalkan kamu sama mereka."
"Iya mas Arse, Afi juga salah jarang menanyakan tentang kehidupan mas Arse. Afi jadi merasa bersalah karena selama ini Afi ngak tahu apa-apa tentang mas Arse. Mas terus yang bertanya kepada Afi tapi Afi tidak pernah melakukan itu. Mas terus yang meminta Afiqah bercerita jika sedih, tapi Afi ngak pernah meminta mas untuk bercerita. Bahkan Afi tidak pernah tahu kapan mas sedih, terluka karena mas selalu menunjukkan betapa bahagia dan kuatnya mas di depan Afi.. hiks...hikss...hikss.." Afiqah langsung memeluk Arsena erat. Ia merasa kurang mengerti Arsena luar dalam. Pria itu menyimpan semaunya sendiri. Tapi bodohnya ia seakan tidak ingin tahu.
"Jangan menangis sayang, tidak apa-apa kok. Mas ngerti, bukannya kamu tidak peka sama mas tapi semuanya butuh waktu. Mas tidak memaksa agar kamu peka sama mas. Tapi mas yakin kamu akan belajar secara perlahan bagaimana perhatian dan peduli sama mas. Semuanya butuh waktu dan tidak perlu terburu-buru."
"Maaf." Ujar Afiqah.
Arsena menghapus air mata Afiqah. Lalu mencium kening gadis itu dalam.
"Mas Arse?" Panggil Afiqah.
"Iya."
"Kalau Mas Arse sedih dan butuh sandaran jangan takut untuk memeluk Afi. Karena Afi mau menjadi satu-satunya orang yang mas datangi saat mas terluka." Arsena kemudian mengelus kepala Afiqah pelan.
"Tentu saja dek, kamu satu-satunya wanita yang akan mas dekap dalam keadaan apapun."
****
Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_
Kira-kira kalian setuju ngak kalau Arsena keluar dari kepolisian?
Muter otak lagi biar bab ini panjang wkwkwkk 😁
Sudah tingkat berapa ke-bucinan kalian wahai kaum jomblo yang butuh pendamping? Wkwkwkk padahal author juga jomblo...
Ayuk viralkan cerita ini...