Hollow

By mockingjaybirdx

139K 17.6K 4.2K

In which Jeff and April broke up and learn to navigate their life through a series of heartbreaks and misfort... More

Prologue: Congratulations, glad you're doing great
Shouldn't you be out there breaking hearts?
I think we should stay in love
She's thunderstorms
How do I recover from you?
The best at being the worst
and I spend all night stuck on a puzzle
If you know that I'm lonely
Untuk Apa / Untuk Apa?
All my demons run wild
All my demons have your smile
I don't want your body but I hate to think about you with somebody else
Drive safe
You were the sweetest apparition, such a pretty vision
Both of you and I we're hollow
Along with its consequences
Still a part of your home
Be my mistake
Do you feel that I can see your soul?
Liability
50 Proof
Break my heart again
Lose
I think I've seen this film before
Right where you left me
You know when it's time to go
I'm so proud I got to love you once
Credits
After Credits Scene

Nobody's winning in this tale of past and future love

4.5K 622 91
By mockingjaybirdx

—Jeff

Bukan Mentari yang membuat gue memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Senja.

Though, god I wish it was, for the sake of everything to be simpler.

Ketika kalian sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun lamanya, cinta bukan lagi satu-satunya faktor yang menentukan apakah hubungan kalian akan bertahan lebih lama atau tidak. Insane amount of patience, resilience, and selflessness also have to come in play.

Gue dan Senja, tidak memiliki ketiganya dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan apa yang kami miliki ini.

"It's always you, it's always about you! Iya 'kan, Jeff? Kamu yang harus selalu jadi center of everything, kamu yang harus selalu jadi perhatian semua orang. Dan itu juga kenapa selalu kamu yang mulai main api duluan—"

"God fucking dammit—aku? Aku yang main api duluan kata kamu? Explain Mikael, then. Apa yang kamu lakuin sama Mikael dulu hah? Apa itu namanya kalo bukan 'main api duluan'? Nja, sekali-sekali kamu yang perlu cek ego kamu sendiri and stop projecting your mistake on someone else"

"Oh you wanna talk about Mikael? You wanna go there? Oke. Kamu bisa bawa-bawa Mikael, aku juga bisa bawa-bawa Shanaz. Or Alya. Or Mita. Or whoever liaison officer you're shagging at the backstage without me knowing anything. Itu yang kamu mau?"

"Hey, lagi mikir apa?"

Gue mendongak mendapati Mentari tengah tersenyum simpatik dengan satu nampan McDonald's penuh makanan. It seems like, me and her, have fallen into the routine of talking to and being with each other almost everyday. Chat kami semakin intens, ditambah dengan panggilan telepon berdurasi panjang yang terkadang mengisi waktu kosong gue sebelum terlelap. Kami juga makin sering bertemu—nggak hanya saat weekend saja, tapi di jam-jam after hour hari kerja pun gue ataupun dia kerap saling mengajak untuk sekedar nongkrong bareng.

Seperti malam ini. Gue yang kebetulan baru menyelesaikan meeting di area Kebayoran, dekat dengan kantor start-up tempat Mentari bekerja, memutuskan untuk menghubunginya, mengajak makan malam. And as we share pretty much the same braincell, nggak butuh waktu lama buat kami berdua untuk memutuskan makan di restoran cepat saji favorit warga ini.

"Emang gue keliatan lagi mikir?" gue bertanya balik kepadanya sambil terkekeh ringan. Dengan sigap, gue pun turut membantu Mentari mendisitribusikan makanan yang ada di atas tray tersebut di atas meja kami.

Satu paket Big Mac untuk gue dan satu paket spicy chicken dan sundae untuknya.

"Banget," Mentari menjawab sambil duduk di hadapan gue. "What is it?"

Gue hanya mengangkat bahu singkat sembari membuka bungkusan Big Mac gue. "Nothing, just studio stuff"

"Baru dapet inspirasi lagi apa gimana nih?" ia tersenyum jenaka, jemarinya perlahan menguliti ayam krispi di depannya, sesekali mengecup ujung-ujungnya akibat panas dari potongan ayam yang belum mereda.

"Sort of..." gue hanya menjawab dengan sedikit mengawang.

"...Yang seharusnya get an ego check itu kamu, Jeff. I am not your accessory nor am I your property. Kamu nggak bisa ngatur apa yang harus aku lakuin dan apa yang nggak harus aku lakuin..."

"...I'm just asking you to behave, Nja. Di sana tadi banyak orang, dan kamu lashing out ke Sam kayak gitu, I think that's very childish of you."

"...oh so now I'm childish?"

"...yeah and that's not even the first time. Kamu selalu gitu, selalu meledak semau kamu setiap ada orang lain yang nggak sejalan dengan kamu. You know what, Nja? The world doesn't revolve around you. Nggak semuanya harus ikut apa mau kamu."

"Kalo gue dikasih satu permintaan, gue pengen minta penyakit degeneratif dimusnahin dari dunia ini,"

Gue yang tengah melamun sambil mengunyah burger gue, mendongak saat suara Mentari membawa gue kembali ke dunia nyata. DI restoran cepat saji yang mulai menyepi, berdua bersama dirinya.

"Hah?"

Mentari mengangguk, kemudian mengelap jemarinya dengan tisu. "Mm-hm. Biar gue bisa makan fastfood—no wait, tepatnya biar gue bisa makan spicy chicken-nya McD tiap hari"

Mau nggak mau gue tersenyum mendengar statement-nya. "Enak banget emang? Kok gue selalu ngerasa ayamnya kepedesan ya?"

"You're just weak, man" Mentari berkelakar. "Selain pencipta bumbu indomi goreng, kayaknya siapapun di tim R&D-nya McD yang punya ide buat bikin spicy chicken ini harus dikasih gelar pahlawan nasional deh" ujarnya sambil menjilat sisa-sisa bumbu ayam di ujung jarinya.

Gue terkekeh geli mendengar celotehannya. Tanpa banyak berkata-kata, gue menyodorkan tisu gue padanya.

"Dilap pake tisu, Mentari. Kalo dijilat doang mah sama aja"

Mentari meringis kecil dan meraih tisu tersebut untuk mengelap jemarinya hingga bersih. "Iya iya ini gue lap. Maksud gue tuh biar sekalian nanti cuci tangannya gitu, Jeffri"

"Wow it's been a long time since someone called me that..." tanpa sadar gue menggumam.

"Apa? Jeffri?"

Gue menoleh ke arahnya sekilas, sedikit terkejut karena anak tersebut rupanya mendengarkan gumaman gue, kemudian mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Iya. Biasanya 'kan orang-orang manggil gue Jeff-Jeff doang—and no, I'm not gonna laugh kalo abis ini lo mlesetin nama gue jadi Jeffri Al-Bukhory ya."

Mentari tergelak. "Kok tau aja sih gue mau bilang gitu!"

"Old joke, man. Basi, madingnya udah terbit"

Gue dan Mentari melanjutkan makan malam kami sambil tertawa sedikit-sedikit. Pembicaraan kami banyak berputar di kegiatan kami di dunia musik. And this, I think this is the best part of being with her; gue nggak perlu menjelaskan apapun padanya. Mentari dan gue berbagi dunia dan sama, dan apa yang gue alami, dia juga mengalaminya. Hectic-nya tur, lelahnya recording, chaos-nya backstage—we both relate to the same story.

"Bentar, gue cuci tangan sama ke toilet dulu ya. Titip dompet sama HP" ujar Mentari seraya bangkit dari kursinya.

"Nggak ah gue tinggal" goda gue sambil tersenyum jenaka.

"Bodo amat, Jeff. Bodo amat"

"Kok nggak dipanggil Jeffri lagi?"

"Yaudah ulang. Bodo amat, Jeffri. Bodo amaaaaaat"

Gue tertawa ringan menatap Mentari yang melenggang santai menuju arah toilet. Menyandarkan tubuh gue di sandaran kursi, gue meraih ponsel gue sendiri untuk membunuh waktu tunggu.

Client brief, client brief, partnership offer, more partnership offer, more client brief—skip. Gue sedang tidak ingin bekerja malam ini. Besok aja gue review bareng Jamile sekalian abis recording. Sejak beralih full-time menjadi manager Enam Hari, anak itu sekarang mulai sedikit-sedikit gue mintai tolong untuk membantu gue me-manage personal business offer gue. Untungnya dia ikhlas dan gue tahu diri juga untuk memberikannya imbalan yang sesuai dengan apa yang dikerjakannya.

Menyingkirkan semua notifikasi tentang pekerjaan, yang tersisa hanya notifikasi dari beberapa individu, group chat, dan tentu saja, Enam Hari.

[WA Group – Enam Hari Tujuh Malam Kita Berdendang]

Imam Satria

Nyokap gue kangen tuh sama kalian

Katanya kenapa udah pada jarang main lagi ke rumah

Bramantyo

OSIAP TANTE

Besok kita mampir rumah Satria yuk guys silaturahmi :)

Adhiyaksa Wira

Ada yang kebawa casan gue gak sih td

Gue malah bawa pulang casan android coba

📷 Photo

Dodi Alamsyah

Ini bukan bang?

📷 Photo

Adhiyaksa Wira

Lah iya anjir

Kok bisa di elu dod

Dodi Alamsyah

Gue kira punya gue

Abis sama2 putih

Bramantyo

Wir casan lu mending lu namain dah, ketuker mulu

Kemaren sama punya jamile, sekarang sama punya dodi

Adhiyaksa Wira

@Bramantyo y

Btw tawaran lo td menarik sat @Imam Satria

Yuk kita silaturahmu :)

*silaturahmi

Bramantyo

SIlaturahmu

SIlaturahmi sama kamu

Sama siapa tuh wir :)

Adhiyaksa Wira

Bodoamat.

Bramantyo

Sama yg baru hijrah ya :)

Adhiyaksa Wira

BODO AMAT

Jeff Wiraprasetya

WKWKWKWKWKWKWKW

Susah wir udah hijrah

Cari yg lain aja

Bramantyo

Et bapak gak usah ikut2an cari yg laen cari yg laen

Adhiyaksa Wira

WKWKWKWK sukurin

Jeff Wiraprasetya

🖕🖕🖕🖕🖕🖕

Adhiyaksa Wira

Saya liat2 udah mulai berani story2 nih pemirsa

Imam Satria

Baek2 jeff

Btw serius pd mau ke rumah gue gak? Nyokap gue dah semangat mau masak nih

Jeff Wiraprasetya

Sikat

Bramantyo

SIKAT

Adhiyaksa Wira

Cuss

Dodi Alamsyah

Asik makan2~

Jamile Putri

[PENGUMUMAN]

BESOK TAKE GITAR DIMAJUIN JADI JAM 5

JEFF SATRIA STANDBY

Btw

Ikuuuuuut mau makan2 juga :(

Gue terkekeh geli atas percakapan mini substansi di grup tersebut. Dari jaman kuliah nggak ada berubahnya ini orang-orang emang ya.

Jujur, gue kira dulu kita nggak akan bisa sampai di titik ini. Dari jaman ribut-ribut sama Jun, hiatus karena kesibukan tugas akhir anak-anak, sampai pelan-pelan memulai lagi membuat brand, mengumpulkan audience, membangun antisipasi. Kalau orang liat Enam Hari sekarang kayaknya keren aja; followers udah banyak, manggung di mana-mana, tawaran kerjasama membanjir—nggak tau aja mereka dulu kita kalo mau manggung kudu adu jotos dulu.

Hahaha. Good ol' times.

"Emm... Misi, Kak Jeff?"

Gue mendongak dari layar ponsel hanya untuk mendapati dua orang remaja perempuan tengah berdiri di hadapan gue dengan senyum malu-malu. Gue mengangkat alis bingung, sebelum akhirnya menyadari apa maksud semua ini.

Well, ini salah satu yang bikin gue masih percaya nggak percaya gue dan Enam Hari udah ada di titik ini sekarang. Man, I friggin had people asking to take my pictures in public! I could never even dream about this back then.

"Yep, ada apa ya?"

Dua remaja itu saling tertawa malu dan berbisik satu sama lain sebelum akhirnya salah satunya berujar. "Itu... aku sama temenku ini fansnya Enam Hari... Boleh minta foto kak?"

See? See?

Gue baru akan membuka mulut untuk menjawab saat sosok Mentari tau-tau datang menghampiri meja kami dengan senyuman cerahnya.

"Did anyone say photo?" ia bertanya ramah. "Sini aku yang fotoin aja, kalian merapat aja ke sana sama Kak Jeff-nya"

Dua gadis itu menatap Mentari dengan ekspresi terkejut campur kagum selama beberapa saat sebelum mereka bergerak untuk berdiri di sisi gue. Satu di kanan, satu lagi di kiri.

"Mau pake hape siapa?" Mentari bertanya lagi, masih dengan intonasi ramah yang gue rasa bisa membuat segenap satpam dan customer service BCA iri karenanya.

"Hape aku aja, Kak. Makasih ya, Kak... Mentari" salah satu dari mereka berujar riang sambil mengulurkan ponselnya.

Kini, Mentari yang gantian terkejut. "Wait, kalian tau aku juga?"

Anak itu mengangguk. "Aku dengerin Kala Pagi juga, Kak. Lagunya enak-enak..." jawabnya malu-malu.

Dari tempat gue duduk, gue bisa melihat pipi Mentari merona, diikuti dengan sebuah senyuman manis yang gue yakin bisa langsung bikin gula darah orang-orang naik abis ini.

"Wah... Makasih..." Kini, gantian Mentari yang berujar dengan malu-malu. "Yaudah yuk sini aku fotoin dulu. Siap ya, one... two..."

Sembari memasang senyum dan bergaya dengan kedua gadis remaja tersebut, gue memperhatikan Mentari. She made it easy for people to like her. Semua orang yang mengenalnya pasti mengakui ini; menyukai Mentari adalah sesuatu yang natural—dari cara berbicaranya, cara dia membawa dirinya, cara dia tersenyum, cara dia bernyanyi, cara dia tertawa. She made it easy for people to love her.

And if I could, I probably would have.

Now the question is, could I?

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 152 42
[ Part of a trilogy; of you | 1 ] Saya hanya tidak mengerti, bagaimana buku ini harus diselesaikan. Lalu, di sebuah ujung jalan saya tidak tahu harus...
45.2K 8.1K 6
Semoga romcom semoga romcom semoga romcom....
1M 81.1K 56
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
346K 40K 41
Aman tapi tidak nyaman, atau nyaman tapi tidak aman? "Buat apa memilih salah satu jika bisa mendapat keduanya dalam satu waktu?" -- Orang pertama yan...