The Silver Bullet and His Sni...

Bởi FlameOfDante

12.3K 604 81

Sebutir pil APTX 4869 diselipkan di dalam surat berisi peringatan untuk Shinichi. Hadiah terakhir dari Touru... Xem Thêm

2
3
4
5
6

1

2.7K 113 7
Bởi FlameOfDante


Conan memegang pinggiran toilet sementara terbatuk dengan keras hingga tubuhnya terguncang. Cairan merah memenuhi poseline itu dan menciprat ke kulitnya. Tangannya gemetar hebat oleh otot syaraf yang tidak lagi bisa dikendalikannya. Sementara tubuhnya menggigil keras, berkebalikan dengan panas yang menguar dari kulitnya. Membuatnya telah lama jatuh terduduk, tidak kuat menyangga tubuh yang kini semakin terasa asing.

Ia tahu tubuh kecilnya sudah diambang batas menjadi wadah dari sebagian besar organ dalam yang tetap berukuran organ orang dewasa, seperti jantung dan livernya. Sedangkan paru-parunya berubah menjadi organ anak-anak. Tinggal menghitung jari sampai ia mencapai batas tubuhnya tidak mampu menanggung anomali itu. Conan memukul lemah poseline itu, terisak frustasi karena tubuh yang menghianatinya sebelum ia bisa menghancurkan Organisasi Hitam. Setelah sejauh ini, ia kalah karena keterbatasan dirinya sendiri.

Tiba-tiba tangan yang besar menyangga punggungnya. "Boya, aku kira ini sudah saatnya pergi ke rumah sakit," suara Akai Shuichi, atau yang kini dipanggil sebagai Okiya Subaru terdengar dekat di telinganya. Pria itu mengusap darah yang mengotori pipi Conan.

Conan menggeleng. "Aku tidak bisa, Okiya-san." Pria itu terdiam mendengar jawabannya. Menganalisis perkataannya; bukan tidak mau, tapi tidak bisa. Pria itu meraih lengah telanjang Conan dan mengamati bilur-bilur yang ada disana.

"Kau mengingatkanku pada penderita kanker. Terkadang antibiotik memberikan efek tertentu pada tubuh penggunanya."

Conan tertawa, tapi tidak ada humor dalam suaranya. "Kanker. Kau bisa memanggilnya begitu."

Pria itu mengangkatnya dalam gendongan dan untuk kali ini Conan membiarkannya. Ia tidak punya tenaga untuk berlagak seperti orang dewasa. Dan jika Conan yang membuatnya menjadi pesakitan seperti ini, peduli setan ia akan memanfaatkannya. Menggunakan tubuh anak-anaknya, Conan merangkul leher Okiya dan membenamkan wajahnya yang panas kesana. Suhu tubuh pria itu terasa dingin di kulitnya.

Semenjak tubuhnya semakin melemah akibat organ dalam yang berhenti berfungsi mengikuti tubuhnya yang mengecil, Haibara memaksanya untuk kembali tinggal di rumahnya sehingga gadis itu bisa memantaunya. Terlebih Shinichi tidak bisa membiarkan kedua Mouri membawanya ke rumah sakit dan membuat semua orang tahu ada yang janggal pada tubuhnya. Shinichi terpaksa mengambil tindakan drastis dengan menarik Conan pergi, membuat alasan bahwa ia kini tinggal di Amerika bersama kedua orang tuanya. Perpisahan itu sangat singkat dan mendadak, menghancurkan detektif cilik hingga membuat curiga teman-temannya di kepolisian. Tapi kedatangan ibunya dengan kamuflase sebagai ibu Conan, membungkam protes atau curiga banyak orang. Kini ia tinggal secara rahasia di Mansion Kudou, dalam pengawasan 24 jam oleh Haibara dan Akai, sementara tubuhnya makin lama semakin melemah.

Satu-satunya cara agar ia bisa sembuh hanya kembali ke tubuhnya yang semula. Haibara tidak berhenti mencari jalan untuk membuat penawar permanen. Semenjak ia sakit, gadis itu tidak pernah keluar dari lab, kecuali untuk cek up rutin. Dan memerintahkan Akai Shuichi untuk mengawasinya 24 jam. Hingga membuat pria itu tidur di kamar yang sama dengan Conan.

Ponsel Kudou Shinichi terus berkedip-kedip dengan telepon dan pesan masuk dari Ran. Ia sudah berhenti menghubunginya sejak beberapa bulan lalu dan mencuri kunci mansion Kudou, sehingga gadis itu tidak bisa tiba-tiba masuk. Itu pun tidak menghentikan Ran untuk berkunjung; tampak cemas dan gugup saat memohon diijinkan masuk pada Okiya Subaru. Tapi pria itu dengan tenang hanya berkata bahwa ia mendapatkan pesan dari pemilik rumah untuk tidak mengijinkan siapapun masuk, ya, bahkan teman masa kecil sekalipun. Pria itu menjelaskan bahwa kasus yang di kerjakan Kudou Shinichi membuat tempat ini cukup berbahaya dan meminta Ran untuk tidak datang kembali.

Conan melihat gadis itu pergi dari balik tirai. melihatnya hancur, bahunya merosot dan matanya sembab. Tapi ia hidup. Itu yang membuatnya bisa memalingkan tubuh dan berjalan keluar dari masa lalunya. Janjinya dua tahun lalu adalah sebuah kenangan lama yang tidak bisa terwujud, sementara saat ini ia masih terjebak di dalam tubuh anak-anak dan waktu terus berputar. Tak lama lagi Ran akan lulus dari SMA, memilih Universitas dan bertemu dengan orang-orang baru. Sementara Shinichi tetap terjebak dalam waktu yang berhenti. Tidak adil untuk Ran harus menunggu pada sesuatu yang tidak pasti. Sementara ia sendiri seperti sedang menggapai benang harapan yang makin tipis. Seandainya penawar itu berhasil dibuat, itu bukan jaminan untuk membuatnya berhenti bersembunyi sementara Organisasi Hitam masih di luar sana, terus memburu dirinya dan Sherry. Serta mengancam keselamatan orang-orang terdekatnya. Bahkan sampai mengirimkan sniper untuk paman Kogoro, walau mereka hanya sekedar curiga dan tidak tahu siapa diri Conan sebenarnya.

Shuichi mendudukkannya di ranjang dan bergerak untuk mematikan ponsel Kudou Shinichi, seolah bisa membaca pikiran Conan.

Ya, ini saatnya mereka benar-benar harus berpisah. Ia tidak bisa terus menerus membuat Ran menunggu sementara perasaannya sendiri semakin berubah. Ya, ia mencintai Ran. Ia tetap menjadi wanita istimewa dalam hidupnya. Tapi tidak lagi dengan cara romantik.

Ia melirik lembaran surat terlipat di meja samping tempat tidur. Tampak tidak istimewa diantara buku-buku bacaannya. Surat yang dikirimkan tepat saat Amuro Tooru menghilang dari kafe Poirot tempatnya bekerja sambilan. Surat tanpa nama tapi mengirimkan pesan yang sangat penting;

'Silver Bullet, Jika aku mengirimkan surat ini maka mereka mendapatkanku dan Lost Child sedang bergerak. Jika ini terjadi, tidak akan lama sampai mereka mengetahui identitasmu. Apapun rencanamu, lakukan sekarang sebelum terlambat. Untuk cenderamata terakhir, aku akan memberimu kenang-kenangan tak terlupakan.'

Kenang-kenangan berupa sebutir pil APTX 4869 yang kini sedang berada di tangan Haibara untuk di teliti. Jika rencana mereka berhasil, tidak kurang dari seminggu penawarnya bisa dibuat. Dan sekarang adalah misi Conan untuk menarik dirinya dari kehidupannya yang sekarang dan membersihkan jejaknya. Tapi sebelum itu, ia perlu bertemu dengan Pencuri yang akan melakukan pertunjukannya malam ini.

"Akai-san," nama yang dipakai Conan untuk memanggil pria itu, membuat agen FBI itu duduk tegak dan mengamatinya dengan serius. "Mau kah malam ini kau membantuku menangkap Phantom Pencuri? Ada sesuatu yang penting yang harus kukatakan padanya."

Pria itu menaikkan alis.

Conan menyeringai, ada warna merah yang tertinggal di sela giginya. "Jangan lupa bawa sniper rifles."

Malam menjelang dan ia menemukan Akai Shuichi sudah menunggunya dengan pakaian serba hitam. Tubuhnya yang berotot tampak jelas pada baju press body itu. Ia tidak lagi memakai wig nya yang mencolok, alih-alih topi hitam yang menutupi sebagian besar rambut keritingnya. Mata hijaunya tidak lagi tertutupi kacamata, menunjukkan dengan jelas mata buas predator. Pria itu menatap sekilas pada Conan yang dibalut pakaian sama hitamnya, sebelum mengikatkan syal ungu gelap disekeliling leher Conan hingga menutupi sebagian wajahnya. "Trims."

"Tidak ingin melihatmu sakit, boya."

Seperti yang direncanakan, Conan dan Shuichi datang pada perhelatan pencurian akbar yang akan dilakukan di Musium Beika. Helikopter yang berterbangan di langit, menyorot dan menyinari puncak kepala orang-orang yang berkumpul seperti sedang berdemo. Tapi alih-alih menyerukan kekesalan atau spanduk protes, mereka menyerukan cintanya pada KID sambil mengangkat tinggi-tinggi spanduk penuh tulisan cinta.

Shuichi dengan ahli melompat masuk melewati pagar tinggi dan menyelinap diantara bayangan pepohonan. Mereka menuju koridor sepi untuk mencungkil salah satu jendelanya. Berjalan diantara bayangan, mereka melewati ruangan tempat berlian di simpan dimana Inspektur Nakamori sedang berteriak-teriak kesal penuh semangat sambil mengacung-acungkan kepalan tangan ke udara. Di dekatnya Hakuba Saguru berdiri waspada dan mencurigai semua orang. Ia bisa melihat Sera berdiri bersama Ran dan Sonoko yang berbicara dengan penuh ekspresi, Conan bertaruh, sedang menghujat dirinya.

Tapi berbeda dengan malam-malam pencurian sebelumnya, malam ini Conan tidak tertarik untuk mengamankan perhiasan itu ataupun berburu KID. Ia hanya ingin bicara. Conan mencengkeram bahu Shuichi yang terus berlari naik, tanpa melambat, menuju atap; melewati semua jebakan yang terpasang dengan lihai seperti seekor jaguar. Pria itu baru berhenti saat mereka sampai di salah satu atap gedung, tempat yang ia prediksi dipakai sebagai landasan KID untuk kabur.

"Ladies and Gantleman!—" ia bisa mendengar suara KID diantara sorot cahaya dan gemuruh seruan yang menandakan pencurian di mulai. Shuichi menariknya berdiri dalam bayangan. Pakaian serba hitam memberi mereka kamuflase sempurna. Sementara mata hijau pria itu terbuka lebar, tajam, mengamati sekitarnya dengan waspada.

Pria itu mengambil teropong tangannya dan sikapnya berubah menjadi serius. "Aku melihat ada dua orang Sniper di gedung Utara dan dua lagi di Timur."

"Aku tahu," saat pria itu menoleh, ia melihat Conan sudah melihat ke arah yang sama dengan mengaktifkan pengelihatan malam dalam kacamatanya. "Mereka selalu ada pada setiap pencurian KID."

"B.O... mengapa mereka ada di Pencurian KID?"

"Mereka berada pada divisi yang berbeda dengan Gin. Mereka mengkhususkan diri dalam pencurian. Kemampuan mereka tidak sebagus Chinati sehingga itu akan menguntungkanmu. Tapi pria dengan kode nama Snake sangat lihai kabur."

"Apa kau ingin menangkapnya?"

Conan menggeleng, "Tidak sekarang. Aku hanya ingin kau melindungi KID sementara aku bicara padanya. Jika kau beruntung menembak salah satunya," Conan menyeringai, "Aku pastikan Inspektur Nakamori atau Inspektur Megure mendapatkannya."

"Tembakanku tidak pernah beruntung, boya," kata pria itu sambil memposisikan diri. "Tembakanku akurat."

Conan berjalan menuju sinar bulan yang menerangi sebagian atap itu. Purnama kali ini begitu besar hingga seolah memenuhi sebagian langit. Udara dingin dan perasaan diawasi membuat bulu di tengkuknya berdiri. Tapi ia menepis itu karena ia tahu Shuichi akan melindunginya.

"Tantei-kun~!" suara KID tiba-tiba terdengar. "Aku kira kau pergi ke Amerika!" tentu saja KID tahu tentang hal itu, batin Conan. "Mengapa kau ada disini semetara yang lain mengira mu pergi kesana?"

Conan berbalik menghadapnya. Cahaya bulan di belakang Conan menyinari monocle dan membuat mata Indigo pencuri itu berkilau keperakan. "Seperti yang sudah kau tahu, KID. Ada alasan mengapa semua orang mengganggapku pergi. Tapi sebelum itu, aku ingin membicarakan hal yang penting denganmu." Pemuda itu berjalan ke arahnya, seolah percaya Conan tidak akan menendangnya dengan bola sepak atau menusukkan jarum bius ke lehernya. Melihat ekspresi dan nada suara Conan, membuat pemuda dalam selubung itu mengangguk dan berkata, "Aku mendengarkan," sambil berdiri dengan cara yang berbahaya di pinggiran gedung, seolah angin kencang yang mengibarkan jubahnya tidak membuatnya takut terjatuh. Tentu saja ia The Phantom Magician, lagi pula.

Tapi sebelum Conan sempat bicara, desingan peluru terdengar di kejauhan dan instingnya yang saat ini sedang waspada membuat tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Ia menarik jatuh KID, tapi dengan bersamaan membuat lesatan peluru itu menggores lengannya. KID mengumpat sebelum desingan peluru kembali terdengar, tapi kali ini berasal dari arah berlawanan.

KID mendongak dengan mata lebar. Terkejut saat melihat Akai Shuichi dengan Senjatanya, menembak akurat para Snipernya. Desis kesakitan Conan membuat KID kembali tersadar dan menekan luka di lengan Conan. "Kau tertembak," suaranya cemas.

"Hanya tergores."

"Tidak ada anak normal yang bilang hanya tergores saat terkena peluru!"

"Kau tahu aku lain dari anak kecil kebanyakan, KID."

"Kau membawa Sniper." Wajah pokernya tidak menunjukkan apapun, tapi Conan tahu pemuda itu khawatir. Lagi pula ini bukan pertama kalinya mereka di terjang peluru bersamaan. Seperti ada kesepakatan tersembunyi diantara mereka untuk tidak mengungkapkan rahasia satu sama lain. Tapi Conan tahu, ini adalah saatnya.

"Aku tahu selalu ada Sniper yang datang setiap pencurianmu. Kau mencuri untuk membawa mereka keluar, kan? Orang-orang Hitam."

KID terkesiap. Tapi ia berhasil mempertahankan wajah pokernya. "Apa maksudmu? Aku pencuri, tentu saja aku mencuri."

Conan menghela napas, "Tidak usah menyangkal. Jika benar, kau tidak akan mengembalikan semua barang curianmu. Aku tahu kau sedang mencari sebuah benda spesifik. Apapun itu, ada pihak ketiga yang juga mencarinya. Kemungkinan besar kau melakukannya juga untuk menggiring mereka keluar," Conan menelengkan kepala, "Lagi pula aku tahu Paman Toichi bukan meninggal karena kecelakaan."

Terdengar suara terkesiap kaget saat ia menyebut nama Kaito KID pertama. Conan tahu ia sudah mengusik rasa ingin tahu KID sekaligus rasa was-wasnya. "Apa yang kau tahu, Meitantei-chan?"

"Aku tahu siapa kau KID. Atau harus kupanggil Kuroba Kaito? Lagi pula ayahmu adalah ayah babtisku, seperti ayahku padamu," ia melihat Kaito menelan ludah. "Jika kau tak percaya, kau bisa menghubungi ibumu. Tapi bukan itu alasanku menghubungimu tiba-tiba seperti sekarang." Conan menatap langit penuh bintang diatas kepala mereka. Karena mereka berada jauh dari lampu-lampu perkotaan, bintang-bintang tampak bersinar lebih terang dari pada biasanya. "Aku ingin meminta bantuanmu dalam waktu dekat, KID. Aku akan membutuhkan bantuanmu, bantuan banyak orang." Lalu mengalihkan pandangannya kembali pada teman masa kecil yang sudah lama dilupakannya jika bukan karena ayahnya.

"Kalau begitu, paling tidak kau harus memanggilku Kaito, Kudou-kun," pemuda itu meraih mawar biru dalam udara dan memberikannya pada Conan. "Jika benar kau adalah saudara babtis-ku, maka kita tidak perlu lagi terlalu formal." Seringai miringnya kembali lagi, "Siapa sangka seorang pencuri sepertiku punya saudara babtis seorang detektif!" Conan memutar bola matanya, tapi menerima bunga itu.

"Aku kira kau membenci detektif, KID."

"Kau lain, Meitantei-chan! Tidak ada Pengeritik semenarik dirimu. Kalau kau datang, pencurian selalu tidak membosankan! Kau tidak seperti Nakamori-keibu yang konyol atau HAKUBA—" seolah namanya sudah cukup jelas menunjukkan betapa membuat frustasinya detektif yang satu itu. Sesuatu yang membuat Conan tertawa mendengarnya. "—Aku suka tawamu. Kau cute."

Conan merona.

"Jadi, kau membuat yang lain mengiramu pergi ke Amerika untuk bersembunyi, Meitantei? Dari orang-orang yang juga menembakku?"

"Bisa dibilang begitu. Tapi sepertinya kita perlu melanjutkan pembicaraan ini di tempat lain," terdengar langkah kaki di anak tangga. "em... jadi, bagaimana aku bisa menghubungimu?"

"Well, aku yang akan menghubungimu," kata pemuda itu sambil berjalan mundur menuju pinggiran atap gedung.

"Peringatan untukmu, di Mansion Kudou ada agen FBI yang sedang bersembunyi dan ia seorang sniper," bersamaan dengan itu Shuichi keluar dari bayangan dan meraih Conan dalam gendongan.

KID terkikik sambil melompat ke udara, tapi sebelum itu ia berseru, "Tidak ada yang bisa menghentikan KAITO KID bahkan seorang FBI, Shin-chan!"

"HEI!" tapi pemuda itu sudah lenyap di tengah udara malam. "Bakaito," bisik Conan sambil membenamkan hidung dinginnya ke dalam syal, sementara Shuichi membawanya turun dengan langkah cepat, keluar dari atap gedung. Dalam gendongan, Conan membuka Ponsel Kudou Shinichi. "Moshi-moshi, Megure-keibu?—"

Conan menatap tayangan televisi yang memberitakan soal penangkapan Sniper dalam festival pencurian KID. Dalam wawancara, Megure-keibu menyatakan bahwa Sniper itu berhasil di lumpuhkan oleh anggota divisi satu yang tidak ingin disebutkan namanya. Alasan yang dipakai polisi untuk melindungi Shinichi yang tidak ingin namanya terseret.

Ia masih bisa mengingat bagaimana kagetnya Megure saat mendapat telepon tiba-tiba dari Kudou Shinichi yang lama menghilang, dan memberitahunya bahwa ia akan menemukan empat Sniper yang tertembak dalam festival pencurian KID. Tapi sayangnya, mereka hanya menemukan tiga orang, dan sekali lagi Snake kabur dari tangan polisi. Hanya ada jejak darah yang tertinggal dan selongsong peluru. Ia tidak bisa menahan kikikan saat mengingat wajah Nakamori-keibu begitu melihat divisi satu berhambur masuk dan menangkap ketiga sniper itu, yang kini sedang dalam introgasi ketat kepolisian. Tapi yang seperti Conan duga, ketiganya hanya tentara bayaran. Bukan merupakan anggota penting B.O hingga harus memiliki kode nama.

Kaito belum mengunjunginya sejak saat itu, mungkin karena tidak ingin menarik perhatian Snake dan sedikit banyak Conan merasa bersyukur diberikan waktu untuk mengurus hal lain tanpa diusik oleh pencuri usil itu. Tapi sesekali ia melihat merpati terbang pergi dari jendela kamarnya, dan jika ada kamera terpasang di kakinya, maka Conan pura-pura tidak lihat.

Sekalipun hidup serumah dengan orang dewasa dan agen FBI, Conan merasa tidak harus menyembunyikan karakternya yang sesungguhnya. Lagi pula, di antara semua agen FBI yang dikenalnya, Shuichi tidak pernah memperlakukannya seperti anak kecil. Seolah ia sudah curiga atau diam-diam malah sudah tahu identitas Conan sebenarnya. Bahkan Jodie-Sensei dan James, sekalipun mereka mendengarkan pendapat Conan, mereka masih memperlakukannya seperti anak kecil. Mungkin mereka memang menganggapnya jenius dan aset, tapi mereka tidak curiga ada yang jauh lebih dari itu. Tidak seperti Akai Shuichi.

Pria itu memang pengecualian. Selain seorang sniper, ia juga adalah otak operasi. Ia berpikir dengan cara Shinichi atau bahkan Gin berpikir. Ia juga punya kecerdasan yang setara atau bahkan mungkin menyaingi Shinichi. Tidak hanya begitu mudah beradaptasi, pria itu juga dengan mudah menyerap keahlian baru yang diajarkan ibunya seperti make up atau memasak. Bahkan ia mengajari dirinya sendiri cara berkebun dan ilmu teknik sebagai bagian dari identitasnya sebagai Okiya Subaru. Bahkan Shinichi pun pasti kesulitan melakukan semua itu sekaligus.

Melihat kekacauan yang dilakukan Organisasi hitam di Perncurian KID, makin membulatkan tekadnya untuk benar-benar total dalam menangani kasus ini. Keputusan untuk meninggalkan kehidupan lamanya sudah final. Ia lakukan demi keselamatan orang-orang terdekatnya. Malam itu, dengan tangan gemetar, Conan menelepon Ran dengan suara Shinichi dan sekali lagi membuatnya menangis. Ia harap yang untuk terakhir kalinya. "—Maafkan aku, Ran. Jangan menungguku lagi. Selamat tinggal."

"Shinichi! Shin—"

"Apa kau harus melakukan itu?" tanya Haibara yang melihatnya menutup ponselnya dengan mata sembab.

Conan menarik napas panjang sambil menutup mata. Berusaha kembali menguasai diri. "Kau tahu kasus ini adalah kasus seumur hidup Haibara. Mungkin dulu aku terlalu naif untuk berharap setelah berhasil menuntaskannya, aku bisa kembali kepada Ran. Tapi Organisasi hitam tidak hanya satu, mereka ada di seluruh dunia, mereka ada sejak lebih dari satu abad lalu. Bahkan aku sendiri tidak yakin, jika kita berhasil menangkap Anakota, kita akan benar-benar selesai menuntaskan mereka sampai ke akar-akarnya. Sekalipun kepala mereka dipenggal, Organisasi Hitam bukan jenis organisasi yang akan hancur dengan mudah, mereka seperti parasit, menancapkan akarnya ke manapun bahkan dalam badan hukum sendiri."

"Tapi Mouri—"

"Dan perasaanku pada Ran tidak seperti itu." Conan tersenyum kecut. "Aku mencintainya dengan seluruh jiwaku, seperti aku mencintaimu atau ibuku," ia menggelengkan kepala, "Sulit untuk mencintainya dengan cara lain setelah tidur sambil dibacakan buku cerita, dirawat ketika sakit, dimarahi atau bahkan mandi bersama seperti aku adalah adiknya." Pipi Conan merona, "Dan ia akan membunuhku jika tahu aku adalah Shinichi, tapi aku juga tidak bisa hidup disisinya dengan membohonginya seumur hidup. Jadi keputusan ini adalah yang terbaik untuk kami berdua. Mungkin ia terluka, tapi Ran wanita kuat, ia akan menemukan kebahagiaannya dengan mudah, sementara itu tugas kita untuk menjaganya."

"Kudou-kun..."

"Obatnya, Haibara."

"Kau ingin melakukannya disini atau di rumahmu?"

"Di rumahku lebih baik. Aku tidak ingin berjalan jauh setelah meminum benda ini."

Haibara mengangguk, "Aku akan mengecek-mu nanti."

"Trims, Ai."

Saat Conan kembali ke Mansion Kudou, ia melihat Akai sedang duduk menonton televisi sambil menyesap Bourbon. Ia tahu pria itu tidak akan tidur sebelum Conan, atau sebelum menyusur sekitar Mansion dan mengaktifkan semua alaram yang dipasangnya diam-diam. "Okiya-san."

"Boya?"

"Seandainya nanti kau mendengarku berteriak kesakitan atau menjerit seperti mau mati, tolong biarkan saja dan jangan masuk ke kamar kak Shinichi, ya."

"Conan-kun?" ia berdiri waspada dengan permintaan aneh itu.

"Aku akan baik-baik saja. Itu hanya efek samping dari obat penawar. Kau hanya perlu memberitahu Haibara saat kau tidak lagi mendengar teriakanku. Dan mungkin aku akan dalam kondisi tidak terlalu fit. Jadi aku serahkan mansion ini di tanganmu—"

"penaw—Conan—"

"—Kau bisa melakukan itu untukku, Akai-san?"

Pria itu terdiam sejenak, lalu mengangguk singkat, "Tentu saja."

"Trims, Okiya-san." ia masih bisa merasakan tatapan pria itu di punggungnya saat berjalan pergi. Ia tidak rahu apa yang dipikirkan pria itu sekarang, tapi Conan mempercayai pria itu akan selalu menghormati privasinya. Paling tidak ia sudah memperingatkan sebelum pria itu panik karena mendengar teriakannya. Teriakan tidak akan pernah bisa di cegah saat meminum APTX, kecuali ia mendapat sedatif.

Conan melepaskan seluruh pakaiannya dan menyusup masuk ke dalam selimut sebelum menelan pil dan menegak air. Belum sempat ia meletakkan gelasnya kembali ke meja lampu, rasa sakit yang amat sangat menyerangnya seperti menusuk tepat ke jantungnya hingga ia melepaskan gelas itu dan membuatnya pecah di lantai. Ia menggertakkan giginya menahan teriakan, tapi ia tahu tidak sampai beberapa detik setelah itu ia akan tenggelam dalam kesakitan tanpa mampu menahannya. Tulang-tulangnya bergemeletak dan luka akibat peluru terbuka karena gerakannya. Seharusnya ia mempertimbangkah hal itu, tapi Shinichi tidak punya pilihan lain kecuali menahan rasa sakitnya hingga berjam-jam ke depan karena ia tahu perubahan ini tidak akan secepat penawar sementara. Haibara memperingatkannya, perubahan kali ini akan bergerak jauh lebih lambat karena ia juga menyesuaikan organ dalam Conan menuju organ manusia dewasa.

Saat Shinichi membuka mata, ia mendengar suara Haibara sebelum melihatnya dengan tatapannya yang tak fokus, "Semua baik-baik saja. Istirahatlah, Kudou-kun," dan Shinichi kembali masuk ke dalam pusaran kesadaran yang hilang timbul. Entah itu hanya mimpi atau tidak, tapi ia sempat mengira melihat Shuichi mengusap kepalanya, dan suara berat pria itu menyuruhnya kembali menutup mata.

Saat ia akhirnya benar-benar bisa membuka matanya kembali, ia tidak tahu sudah berapa lama ia tak sadarkan diri. Kepalanya masih berdenyut-denyut keras, membuatnya kembali menutup mata saat mencoba duduk. Tiba-tiba ada tangan kuat yang menyangga punggung dan bahunya. "Hati-hati, boya..."

"Okiya-san," suaranya serak, tapi tak dipungkiri lagi adalah suara Kudou Shinichi. Ia menatap telapak tangannya. Telapak yang bergetar hebat, tapi juga kembali seperti telapak yang dikenalinya, besar dengan jari-jarinya yang panjang dan bekas luka pemain violin.

"Aku membuat sarapan ringan," tangannya yang besar meraih pinggang Shinichi, memposisikannya supaya lebih mudah menjangkau mangkuknya yang mengepul. Suara beratnya membuat Shinichi sadar, walau pria itu sedang memakai penyamaran Okiya Subaru, tapi ia tidak memakai choker di lehernya. "Haibara-san berkata kau akan butuh banyak energi."

"Dia benar, Kudou-kun," sahut Haibara di ambang pintu. Tidak tampak ingin masuk atau seruangan dengan Akai Shuichi. "Tubuhmu sekarang seperti orang yang baru bangun dari koma selama dua tahun."

"Kenapa?" bisik Shinichi terkejut. "Tidak biasanya seperti itu."

"Karena obat Penawar yang permanen tidak mengembalikan waktu yang terbuang, sekalipun seharusnya sekarang kau 17 tahun, tapi tubuhmu adalah tubuh remaja 15 tahun. Penawar ini mengembalikannya seperti semula, secara bertahap, seolah tubuhmu yang berumur 15 tahun itu tidak pernah digunakan selama dua tahun ini," Haibara mengecek nadinya. "Yang aku takutkan, dengan semua yang pernah dialami tubuhmu, setelah berkali-kali mengecil dan membesar secara singkat, tubuhmu membentuk antibodi yang menyebabkan melemahkan sistem imun-mu. Tidak ada kompikasi adalah sebuah keajaiban. Coba bayangkan ilmu medis modern macam mana yang bisa menjelaskan mengapa kau bisa selamat setelah jantungmu dipaksa membesar dan mengecil dalam waktu singkat?"

"Kau menciptakan keajaiban, Ai... terima kasih. Sungguh. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu, aku bisa hidup dengan sistem imun yang sedikit rendah dari orang normal," kata Shinichi sambil tersenyum lebar.

Haibara menghela napas, tapi membalasnya dengan senyum kecil. Lalu pada Shuichi ia berkata, "Dan kau, rawat dia."

"Tentu, Putri."

"Huh," Haibara membuang wajahnya sambil menutup pintu.

Shinichi merona saat menyadari Shuichi mendengar semua pembicaraan mereka. Melihat Haibara tidak terlihat cemas, mungkin gadis itu sudah menjelaskan sesuatu pada pria itu.

Pada akhirnya, Shuichi menyuapinya karena tangannya terlalu gemetar untuk memegang sendok. Selama itu juga ia duduk di pangkuan pria itu dan bersandar padanya. Bahkan Shuichi perlu menangkup dagunya untuk membantunya membuka mulut.

Ia tahu dalam Persona-nya sebagai Okiya Subaru, membuat pria itu digambarkan sebagai sosok yang tidak berbahaya dan lemah lembut. Tapi dada keras berotot yang jadi sandarannya, atau lengan keras khas seorang pengguna bela diri, jelas membuktikan siapa pria dibalik Persona itu. Akai Shuichi adalah pria berbahaya, pria yang mampu melukai Gin dan membodohinya sekaligus!

"Aka—uh, Okiya-san..."

"Kudou-kun?"

"Uh, bisakah kau membantuku ke kamar mandi?"

"Tentu saja," Shinichi pikir pria itu akan membantunya berjalan, tapi rupanya ia salah besar saat pria itu alih-alih mengangkat tubuhnya dengan mudah. Shinichi yang telanjang di balik selimut menjerit kaget sambil menarik selimutnya menutupi tubuh. "Ah, maafkan aku, Kudou-kun. Aku tidak ingat jika kau tidak memakai apapun dibalik selimut." Tapi pria itu tidak menghentikan langkahnya. Ia dengan mudah menggeser tubuh Shinichi seolah ia tanpa beban dan menyangganya dengan satu lengan sehingga memaksa Shinichi untuk melingkarkan lengannya ke leher pria itu saat Akai memakai tangan bebasnya untuk membuka pintu kamar mandi. "Aku akan membawakan baju ganti," katanya sambil mendudukkannya di atas dudukan toilet. Sebelum pergi, ia mengisi bak mandi dengan air hangat.

Haibara menaikkan alis saat melihat Shinichi turun tangga dengan wajah merah padam dan dalam gendongan Akai Shuichi. Matanya berusaha menghindari tatapannya, sementara gadis kecil itu tersenyum miring. "Well, sepertinya aku tidak perlu mencarikan tongkat berjalan untukmu, Kudou-kun. Okiya-san bisa menggendongmu kemana-pun~"

"HAIBARA!"

Gadis itu mengibaskan tangannya. "Duduk disini dan biarkan aku memeriksamu," ujarnya menunjuk sofa di depan televisi. Lalu gadis itu mulai melakukan prosedur medis macam dokter pribadinya. "Tidak ada yang aneh dari suara napasmu. Sayangnya, kau tidak akan mencapai kondisi prima dalam waktu lama."

"Aku tulang berbalut kulit, Haibara!" Shinichi melihat pantulannya sendiri di cermin. Dan walaupun ia sudah menjadi dirinya yang seharusnya, ia tetap merasa seperti memandang wajah yang asing dengan begitu pucat dan cekungnya pipinya.

"Kau hanya sedikit kurus saja, Kudou-kun. Dengan makan dan istirahat yang cukup kau akan kembali seperti semula. Hanya saja otot-otot tubuhmu yang sekarang perlu dilatih."

"Kau tidak pernah bilang aku akan mengalami ini sebagai konsekuensinya. Bagaimana kita bisa melaksanakan rencana kita dengan kondisi tubuhku yang seperti ini—"

"Aku bilang akan ada konsekuensi, tapi aku tidak tahu seperti apa! Lagi pula seperti yang kubilang, pasti ada efek samping dari tubuh yang dibiarkan membesar dan mengecil berkali-kali seperti dirimu! Bersyukurlah hanya otot tubuhmu yang lemah, bukan jantungmu!"

Shinichi mengerutkan tubuh, dan otomatis juga menyadari ia berada dalam pangkuan Akai. "Uh, Okiya-san. Kau bisa menurunkanku—"

"Tetap disana," perintah Haibara sambil membawa jarum suntik untuk mengambil darah. "Aku belum selesai memeriksamu."

Butuh waktu lama untuk meyakinkan kedua orang over protektif itu untuk membiarkannya sendirian. Lagi pula siapa yang merencanakan konspirasi menjatuhkan sindikat rahasia dengan kondisi tubuh macam ini, seaktif apapun otaknya. Ia cukup waras untuk mengetahui ini belum saatnya bertindak, paling tidak sebelum ia bisa menghubungi Jodie dan meyakinkan FBI untuk membantunya. Ia berharap FBI bisa menghubungi agensi intelenjen lain karena siapapun tahu mereka tidak bisa mengandalkan Kepolisian Jepang karena penyusupan yang dilakukan B.O pada jaringannya.

Shinichi memegangi kaki kanannya yang gemetar tak terkendali dengan rasa linu pada persendiannya yang membuatnya berdesis kesakitan. "Kram?" tanya Shuichi sambil membantunya duduk di lantai dan meluruskan kakinya.

"Tidak. Hanya tiba-tiba kehilangan tenaga." Pria itu memijat pelan kakinya, perlahan dari tumitnya dan semakin naik. Shinichi menggigit bibirnya menahan sakit, tapi ia bisa merasakan ada air mata yang berhasil kabur.

"Jangan dipaksakan. Pemulihan memang selalu terasa lambat, tapi itu yang dibutuhkan tubuh. Semakin memaksanya, malah membuat cedera."

"Aku tahu," desah Shinichi. "Tapi itu tetap tidak mengurangi rasa frustasi."

Pria itu membantu Shinichi berdiri dan menyerahkan tongkat berjalannya. Tongkat itu terbuat dari logam khusus buatan profesor Agasha, sehingga ia lebih kuat dari pada tongkat pada umumnya dengan pedang panjang tersembunyi di dalamnya. Pria itu tidak pernah membiarkan hasil penemuannya biasa-biasa saja. Padahal tanpa senjata itu, tongkat ini sudah luar biasa kuat dan ringan dibanding tongkat yang dijual pada umumnya.

"Hei, Akai-san," bisik Shinichi, membuat pria itu sedikit merundukkan tubuhnya sambil membantu menopangnya berdiri. "Apa yang kau tahu soal Lost Child?"

Pria itu membeku. Shinichi bisa merasakan otot tegangnya dibalik kemeja itu dan aura berbahaya membuat bulu kuduknya berdiri.

"Dari mana kau mendengar nama itu, boya..." ia menarik dagu Shinichi, membuatnya memandang mata hijau gelapnya. Kedekatan mereka bahkan membuat Shinichi bisa mencium bau mint dari napas pria itu. "Kau tidak sedang terlibat sesuatu yang berbahaya lagi, kan?"

Shinichi mengerjap, "Sebenarnya aku mendapat surat," ia meraih lipatan kertas di sakunya untuk diperlihatkan pada pria itu, yang segera membacanya dengan ekspresi serius. Warna hijau matanya tampak tajam, sementara pria itu mencengkeram erat lengan Shinichi seolah menunjukkan sikap protektif saat membaca peringatan itu.

"Vermounth?"

"Tidak tahu. Tapi wanita itu selalu memanggilku Silver Bullet."

"Begitu juga denganku," keduanya saling bertukar pandang. Shinichi menggigit bibir, "Tapi sejak surat ini datang, aku tidak melihat Amuro Tooru lagi di kafe Poirot. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya... jadi siapa itu Lost Child?"

"Lost Child adalah kode yang diberikan pada seorang pembunuh bayaran. Ia spesialis pada eksekusi. Jika ia bergerak, ia tidak hanya mengeliminasi sasarannya, tapi juga semua orang terdekatnya."

"Kau pikir B.O mengirimkan orang itu untukku?"

"Tidak jika mereka tidak tahu kau masih hidup."

"Jadi mereka mengirimkannya untuk Conan."

"Tidak. Aku rasa tidak. Aku tidak tahu. Tidak ada yang tahu keterlibatanmu—"

"Kecuali PSB, dan Tooru menghilang."

Ada keheningan menegangkan diantara mereka. "Aku akan menyelidikinya. Untuk sementara tetaplah low profile." Pria itu meraih ponselnya untuk menghubungi Jodie. Shinichi cuma bisa berharap Gin lupa tentang dirinya. Lagi pula selama dua tahun ini, pria itu hanya tahu Conan yang telah menggagalkan rencananya.

"Kudou-kun. FBI akan menempatkan orang untuk berjaga di sekitar Mouri."

"Trims, Akai-san."

"Tidak perlu berterima kasih, Kudou-kun. Aku sudah berhutang nyawa padamu. Aku sudah menyiapkan makan siang. Ayo, aku akan membantumu berjalan," apa yang dimaksud membantunya berjalan rupanya adalah menggedong Shinichi seperti ia tidak lebih berat dari sekarung gandum. Sama sekali tidak memperdulikan protes dari nya dan tubuhnya tidak bergeming sekeras apapun Shinichi meronta. Pria itu hanya berkata dengan nada riang, "Ma... ma... jangan malu-malu. Kau sudah sering ku gendong—"

"Itu saat aku jadi Conan!"

"—terlalu banyak bergerak akan membuat capek. Kau perlu menghemat energi." Ia bisa membayangkan senyum miring khas Akai terpampang disana.

"TURUNKAN AKU, AKAI-SAN!

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

32.4K 2.2K 41
people read the book trust me on this one
149K 10.8K 104
This story isn't mine.just translation Crd to Original Author & Eng TranMm translate.
23.6K 590 20
Naruto Uzumaki is the eldest of four siblings, born into the Uzumaki family, renowned for their strong chakra and their special connection to the Nin...
49.8K 1.7K 94
Coming Into Your World I Fell In Love With You| "I'm...In love with someone who's in a TV show?! And he's not even in the show he's supposed to be a...