love dulu part ini
***
Mas khawatir sama kamu, dek..
-
-
Arsena terdiam membaca beberapa artikel di internet. Saat ini ia sedang duduk di warung makan bersama Rendi sahabatnya. Mereka sedang istirahat makan siang. Mereka makan di salah satu warung dekat kantor.
"Baca apa Bro serius banget?" Tanya Rendi sambil mengunyah makanannya.
"Ini berita tentang Gejayan memanggil di Jogjakarta, udah baca?" Rendi mengangguk menjawab itu. Ia agak ngeri juga baca berita itu. Dimana para mahasiswa seluruh Jogja berkumpul untuk demonstrasi. Kalian pasti tahu mahasiswa pasti punya segala macam ide untuk demo. Kadang ia heran dengan sikap kritis para mahasiswa. Gejayan ini juga harus membuat polisi siaga 24 jam di tempat agar tidak jadi kerusuhan.
"Akhir-akhir ini aku punya firasat buruk. Apalagi sekarang bener-bener lagi demo besar-besaran. Kemarin Jakarta, Makassar, Jogjakarta, pasti di Solo tinggal menunggu hitungan hari. Apalagi sekarang anak STM ikut-ikutan ricuh di tengah demo." Jelas Arsena sambil terkekeh, ia merasa heran dengan anak STM yang ikut demo tapi mereka tidak tahu apa yang mereka perjuangkan.
Rendi memicingkan matanya menatap Arsena bingung apa yang perlu di khawatirkan dengan demo bukannya mereka sudah terlatih. Bahkan di tengah kerusuhanpun mereka pernah merasakan, dulu mereka sampai tidak tidur 24 jam.
"Apa itu?"
"Soal demo yang terjadi akhir-akhir ini membuatku gelisah. Afiqah juga begitu bahkan dia ingin aku mundur dari kepolisian sama seperti kemauan ibuku." Jelas Arsena frustasi. Walau ia menganggap kedua perempuan itu terlalu berlebihan. Ia tidak akan mati hanya karena demo. Buktinya dia masih hidup sampai sekarang bahkan ia juga pernah dilibatkan misi berat seperti menangkap teroris dan sebagainya.
"Pasti ada suatu alasan yang membuat mereka seperti itu?"
"Sebenarnya Pamanku pernah meninggal karena kerusuhan demo." Jawab Arsena. Hal itu sontak membuat Rendi terkejut. Ya jelas aja kalau gitu.
"Berarti mereka kayak gitu takut hal itu terjadi juga sama Lo!" Balas Rendi.
"Afiqah belum tau hal itu. Jadi dulu ibu larang masuk polisi karena itu." Ucap Arsena.
"Lah terus kok Afi kalau belum tahu jadi ikut-ikutan larang lo bukannya lo masuk polisi karena dia bukan gua jadi bingung ngak ngerti sama jalan pikiran istri Lo padahal bapaknya sendiri juga polisi kenapa dia juga ngak khawatirin bapaknya?" Tanya Rendi yang bingung.
"Nah itu alasannya. Mungkin Afi punya firasat buruk taukan ibu-ibu hamil mereka pasti punya pikiran negatif dimana dia takut kehilangan suaminya. Makanya dia berpikir seperti itu, seharusnya dek Afi jangan baca berita itu. Apalagi kalau dia juga tahu masalah kakaknya bunda pasti dia tambah merengek minta keluar dari polisi."
"Nah keputusan Lo sendiri apa? Gua yakin keluar dari kepolisian pun hidup Lo terjamin."
"Entahlah, mungkin nanti aku mau sharing sama bunda dan bapak mertua dulu." Arsena mendesah kemudian meletakkan ponselnya dan ikut melahap makanannya.
"Pikirin baik-baik bro. Kalau lu keluar juga ada hati yang kehilangan juga." Arsena mendelik mendengar ucapan Rendi. Hati siapa yang kehilangan. Apa jangan-jangan selama ini ada yang menyukainya.
"Siapa?"
"Gua lah bro, siapa lagi????" Jawab Rendi sambil merentangkan tangannya meminta peluk.
"Jijik, kalau kamu mah bodo amat!!! Mau merasa kehilangan atau apapun itu...."
"Makanya cari pasangan jangan jadi jomblo!"
"Jadi jomblo kok betah."Rendi tersenyum kecut mendengar itu. Nasib memang jadi jomblo. Ngak ada yang peduliin. Ambyar kalo gini deh.... Batin Rendi merenungi nasibnya.
****
Afiqah bersorak senang karena Arsena mengajaknya ke pasar malam. Kebetulan sekali ia ingin kesini sekalian menaiki beberapa wahana. Ia ingin naik ombak, bianglala dan lain-lain. Dia mengandeng erat tangan Arsena, tempat ini begitu ramai. Ia takut berpisah dengan Arsena.
"Mas Arse, Afi mau naik itu, itu, sama itu." Pinta Afiqah sambil menunjuk beberapa wahana di hadapannya.
Arsena menatap ngeri wahana tersebut. Ia jadi membayangkan hal yang tidak-tidak. Seperti Afiqah yang akan jatuh jika menaiki wahana itu, muntah, pusing, sakit perut atau hal buruk lainnya. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada kandungan Afi dan ibu dari anaknya juga.
"Jangan naik itu ya dek, mas khawatir." Ucap Arsena dengan nada lirih.
Afiqah berdecak, ia melepaskan pegangannya dari Arsena sambil berkacak pinggang.
"Mas Arse jahat!!!"
"Jahat!!!"
"Terus mas Arse ngajak Afi ke sini mau ngapain. Kalau Afi sendiri tidak boleh naik wahana." Ucap Afi sebal.
"Kalau yang itu boleh." Tunjuk Arsena ke sebuah wahana komedi putar dimana orang-orang dan anak kecil menaiki kuda yang berputar dengan pelan di sana.
Afiqah mengikuti arah yang Arsena tunjuk. Ia langsung mengerucutkan bibirnya sebal. Ia benci dengan Arsena karena mempermainkannya.
"Mas, Afi itu hamil bukan sakit." Afiqah merajuk. Dan Arsena kewalahan melihat itu. Apalagi gadis itu enggan menatapnya.
"Ya sudah naik itu bagaimana." Ujar Arsena menunjukkan bianglala. Afiqah luluh dan mau. Lalu mereka membeli tiket dan mengantri untuk menaiki wahana itu.
Afiqah senang sekali ketika sudah masuk ke dalam sangkar. Apalagi disaat sangkar itu sudah berputar naik ke atas. Ia berseru senang sedangkan Arsena tidak henti berdoa dan berzikir agar tidak terjadi apa-apa pada mereka.
"Mas lihat bagus banget pemandangannya." Ucap Afiqah melihat lampu dari gedung-gedung dan rumah-rumah layaknya bintang yang berkelap-kelip di langit. Mereka sudah berada di ketinggian.
"Mas selfie yuk." Afiqah membuka aplikasi kamera kemudian bersiap akan berfoto. Sedang Arsena duduk dengan kaku di samping Afiqah.
"Mas ayok foto, mas takut ketinggian ya."
"Bukan takut ketinggian dek, ini mas takut wahananya ngak aman."
"Udah ah mas, yuk foto aja. Kan udah baca doa." Mendengar itu Arsena mau tidak mau menuruti. Ia ikut selfie bersama Afiqah.
Afiqah cemberut ketika Arsena memasang muka kaku. Ia kemudian menegur Arsena.
"Mas senyum, terus tangannya gini." Perintah Afiqah sambil menunjukkan gerakan tangan membentuk love ala K-Pop.
"Iya dek."
"Foto lagi mas." Ujar Afiqah padahal mereka sudah beberapa kali foto. Namun baru saja Afiqah ingin memencet tombol di kameranya. Perutnya bergejolak seiring turunnya wahana yang mereka naiki. Arsena yang berada di samping Afiqah tiba-tiba menerima serangan muntahan dari Afiqah.
"Hoek.. hoek.." kaos Arsena terkena muntahan Afiqah. Nah kan firasatnya benar. Arsena hanya pasrah bajunya kotor oleh muntahan Afiqah. Tangannya yang bebas mengelus punggung itu seraya menenangkan.
"Bang turun ini istri saya muntah." Teriak Arsena kepada abang-abang penjaga wahana, ia tidak peduli jadi sorotan orang-orang yang menatapnya aneh. Beruntung si Abang peka, padahal mereka baru tiga kali putaran. Tapi ia tidak tega melihat Afiqah seperti itu.
"Untung saja mas tidak jahat dek, coba kalau jahat mas lempar kamu dari sini." Ucap Arsena bercanda, Afiqah langsung mencubit lengan Arsena mendengar itu.
"Aww dek sakit... Aww.. Akkhh..." desis Arsena.
"Untung mas sayang, jadi mas rela di apa-apain sama kamu. Bahagia terus ya sayangku..." Ujar Arsena sambil mengelus kepala Afiqah.
***
gimana part ini?
mau lanjut atau stop?
1000 komen baru lanjutt
spam next di sini yaaa
Jangan lupa follow Instagram author @wgulla_
Atau instagram Arsena @arse_fa
Yuk viral kan cerita ini....
Give me like+coment
Love you.....