My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 67.1K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-1
MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-16
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-21
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-39
MPL-40
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-11

29.2K 1.8K 19
By fatifides2_

Hari semakin siang. Matahari perlahan semakin ke barat. Cuaca siang ini begitu panas. Ditambah banyak pekerjaan yang harus diselesaikan membuat Devan menjadi gusar.

Terlalu jenuh di ruang kerja Devan memutuskan meninggalkannya, keluar mencari udara segar dan mengistirahatkan pikirannya sejenak.

Devan berjalan tanpa arah mengelilingi pack hous terserah langkah kakinya. Sesaat ia teringat bahwa Matnya sedang membersihkan bagian kiri pack hous, tempat yang tak terpakai itu.

Devanio bergeges ke sana. Memantau seberapa persen ia telah menyelesaikan pelerjaannya yang dibantu oleh beberapa Maid.

Sesampainya di sana, ia dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa. Tak disangka ia akan melihat Matenya yang diangkat oleh Betanya di hadapan Maid-Maidnya dan semuanya terlihat baik-baik saja.

Tak ingin melihatnya terlalu lama, Devan melangkahkan kakinya menuju kamar.

Ia masuk ke dalam kemar mandi, menghidupkan shower, membiarkan air mengalir deras membasahi tubuhnya. Entah mengapa seluruh tubuhnya serasa panas.

Mendengar suara pintu terbuka, Devan keluar dari kamar mandi. Ia menemuka Matenya di sana. Tak menunggu lama, ia menghampiri Matenya, berdiri di belakang gadis itu.

"Habis ngapain saja kamu?" Mendengar suara dari belakang ia terkejut dan sepontan berbalik ke belakang.

Aurora mendapati Devan yang basah kuyup dari ramput hingga kakinya dengan pandangan ke bawah menahan amarah. Dengan sedikit takut Aurora memberanikan diri menghampiri Devan.

"Aku memberishkan pack hause bersama para Maid, kau juga susah tau itu kan?" Melihat devan berjàlan mendekat, Aurora refleks mundur perlahan.

Langkah mundur aurora terhenti. Tak ada jalan lagi untuknya. Ia telah menyentuh pintu di belakangnya. Sementara Devan terus melangkahkan kakinya.

Mata Aurora terpejam saat Devan telah berjarah satu meter di depannya. Devan semakin menghilangkan jarak antara mereka. Sementara aurora semakin memejamkan matanya. Datak jantungnya semakin cepat. Entah apa yang akan Devan lakukan kepadanya.

"Kau yakin?" bisik Devan tepat di telinga kanan Aurora sembari menghirup aroma memabukkan Matenya kuat-kuat.

"Yha," jawab Aurora singkat dan memberanikan diri membuka matanya. Merasakan hembusan napas Devan di kulit lehernya membuatnya tak dapat menghirup udara sektar.

"Baiklah, aku percaya itu." Devan mencium leher Aurora beberapa kali. Aurora yang merasakannya diam mematung dan menutup matanya kembali, merasakan aliran aneh di dalam tubuhnya.

Devan menghentikan ciumannya dan melangkah mundur, memberikan jarak antara mereka. Aurora menatap Devan sedikit takut. Devan hanya memberinya senyuman tipis dan meninggalkan Aurora tanpa sepatah kata pun.

*****

Pesta pernikahan akan diadakan tiga hari lagi. Segala persiapan akan dimulai hari ini. Mulai dari dekorasi, baju pengantin dan masih banyak lagi.


"Lihat ini kak, bagus banget gaunnya! Gimana kalau pakai ini saja kak?" ujar Derin dengan menunjukkan gambar model gaun pengantin yang terdapat di buku.

"Enggak, terlalu terbuka, ketat lagi. Aku nggak suka," ucap Rora setelah melihat gambar yang ditunjuk oleh Derin.

Setelah mendengar jawaban Rora ia membuka buka halaman selanjutnya. "Bagaimana kalau ini? Enggak ketat kok." Lagi-lagi ia menunjukkan gaun yang ia suka kepada calon kakak iparnya itu.

"Terlalu terbuka, terlalu kebawah." Dan lagi-lagi Rora tidak setuju dengan pilihannya.

"Kau ini. Kenapa memilih gaun-gaun yang seperti itu? Kau juga taukan, kakakmu tidak akan menyukainya juga." Lelah melihat usaha putrinya yang sia-sia Clara membuka suara.

"Mama, aku hanya ingin kak Devan tidak tahan ketika melihat kak Rora, hanya itu," jawab Derin memenyunkan bibir.

"Dan membuat kakakmu marah karena melihat tubuh matenya dilihat serigala lain begitu?" Mendengar pernyataan mamanya Derin mengembangkan bibirnya dan memperlihatkan gigi-gigi putihnya.

"Kau ini yha. Selalu saja menjahili kakakmu. Jika ia benar-benar mengeluarkan sisi amarahnya bagaimana?" Clara menjewer telinga putrinya yang membuar Derin merintih kesakitan.

"Maaf Nyonya!" Pemilik butik mendatangi mereka. "Begini, umtuk pengantin pria kami ada beberapa setelan jas yang bisa dipilih dan dicoba sekarang."

"Boleh, tapi saat ini Devan tidak bisa datang." Clara mencoba memikirkan jalan keluar.

"Bagaimana jika kak Fano saja yang mencobanya? Bukankah tubuh mereka sebelas dua belas," ucap Derin asal di tengah keheningan.

"Boleh juga. Kalau begitu cepat panggil dia!" Derin yang mendengar perintah Mamanya menatap Mamanya tak percaya.

"Biar aku saja." Rora berdiri dari duduknya, berjalan ke luar mencari Fano yang menungguereka di mobil.

Fano dan Rora memasuki butik setelah lima menit berlalu. Mereka langsung menemui Clara dan lainnya.

"Luna memanggil saya?" ucap Fano sopan sembari memberi hormat.

"Bisakah kamu melilihkan dan mencoba pakaian dan jas untuk Devan? Kalian sudah lama bersama, kamu pasti sudah tau seleranya."

"Baiklah jika itu perintah Luna," jawab Fano tak mengurangi rasa patuhnya kapada Clara yang sudah ia anggap seperti Ibunya sendiri. Ataupun sebaliknya.

"Baiklah, ayo ikut saya." Fano pergi mengikuti pemilik tersebut ke sebuah ruangan untuk mencari jas-jas yang cocok.

Selagi Fano mencoba jas, Derin mengajak Mamanya melihat lihat-lihat koleksi pakaian, sementara Rora masih memilih-milih model gaunnya.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Derin kembali dengan beberapa helai pakaian di tangannya yang akan dia beli. Begitupun juga Mama.

"Kak, ini untukmu!" Derin menyerahkan dua dres tanpa lengan, hanya kain tipis yang menggantung di kedua sisinya, yang satu berok panjang berwarna cream dan satunya berok pendek berwarna putih.

"Mama yang memilihnya untuk kakak. Kakak terima saja," ucap Derin berbisik setelah mendapatkan tatapan bertanya dari Rora.

"Tada! Bagaimana? Bagus kan?"
Pandangana kamu langsung tertuju pada dua orang yang telah berdiri di hadapan kami. Yha siapa lagi jika bukan pemilik butik dan Fano.

Namun, pandangan kami lebih mengarah tepat kepada Fano yang telah memakai jas berwarna merah maron, dengan kemeja putih dan rompi hitam di dalamnya, serta dari hitam menambah pesonanya.

"Waw, keren! Benar-benar keren. Seleramu tinggi juga kak. Aku suka bajunya." ujar Derin memuja penampilan Fano.

"Bagaimana, kamu menyukainya Rora?" Tanpa mengatakan apapun, Clara memilih meminta persetujuan Rora.

"Iya Mama, aku menyukainya," jawab Rora dengan senyuman di wajahnya yang dibalas oleh Fano.

"Oh iya! Bagaimana jika gaunnya ini saja?" Rora memperlihatkan sebuah gambar gaun berlengan panjang namun memperlihatkan kedua bahunya.

"Bagus, Mama setuju," ujar Clara melihat pilihan calon menantunya.

"Boleh, sepertinya Alpha Devan juga akan menyukainya. Tidak terlalu terbuka dan memperlihatlan lekuk tubuh." icap Fano memberikan pendapatnya.

"Baiklah, Aku pesan yang ini. Segera kirimkan bersama jas nya!"

*****


Malam telah tiba. Lunar menampakkan cahaya indahnya. Menerangi makhluk-makhluknya di bumi tanpa terkecuali.

Selepas pulang Rora langsung berjalan menuju ruang kerja Devan. Salah seorang Maid memberi tahunya jika Devan mencari dirinya.

Tok.. tok

"Masuk!" Suara terdengar dari dalam sana setelah Rora mengetuk pintu.

Krek..

Pintu terbuka perlahan, menampakkan Devan yang sedang membolak-balik kertas yang berada di tangannya.

"Aku sudah pulang, untuk apa kamu mencariku?" Rora berjalan menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana.

"Mama dan Derin sudah pulang sedari tadi. Kemana saja kamu?" ucap Devan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jalan-jalan dengan Fano," jawab Rora tanpa beban. Yha setelah pergi selesai dari butik Rora berjalan-jalan berdua dengan Fano karna Clara dan Derin ada urusan di cafe dekat butik

Devanio POV

"Sudah waktunya makan malam, sebaiknya kita segera turun," kututup berkas di tanagnku dan berdiri, berjalan menghampiri Mateku.

Kuurungkan niatku untuk menggenggam tangannya ketika ada yang janggal di penglihatanku. Sebuah gelang, sebuah gelang yang melingkar cantik di pergelangan tangan kanannya.

"Gelang dari siapa?" Tanpa menunggunya aku langsung saja berjalan melewati pintu.

"Dari Fano," jawabnya polos dengan senyuman mengembang di wajahnya. Dia mengikutiku dari belakang, mencoba menyemakan langkahku.

"Kamu suka?" Kata itu keluar begitu saja dari mulutku dan dijawab anggukan kecil olehnya.

*****

Pukul 23.30 aku terbangun dari tidurku saat aku merasa ada sesuatu yang hilang.

Kubuka mataku perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mataku. Setalah metaku terbuka sempurna aku mulai mengedarkan pandanganku ke segala arah. Dan aku mengetahuinya, apa yang tidak ada di sini. Aurora.

Aurora. Rora, kemana dia? Bukankah semalam dia tidur di sampingku? Kepalaku serasa mau pecah, Eright terus saja mengoceh di dalam sana.

Tak ingin terjadi sesuatu yang buruk aku segera berjalan keluar mencari keberadaan Rora yang aku harap masih di pack hous dalam keadaan baik-baik saja. Yha semoga saja.

Lima menit aku berkeliling akhirnya kumerasakan aromanya. Lavender mint. Aku mengikuti aroma tersebut yang semakin lama semakin pekat.

Langkahku terhenti kala melihatnya. Aurora bersama seorang pria di sana. Dan lebih parahnya lagi ia sedang bergelanyut manja dalam dekapan pria bersebut dan sesekali pria itu memberikan ciuman di kepala Rora.

Apakah mereka berani bermain di belakangku sekarang? Kedua orang yang sangat dekat denganku menghianatiku? Mateku dan sahabat yang bahkan seperti saudaraku sendiri. FANO.







______________________________________

Pertama-persama aku mau minta maaf soal publikasi yang kemarin itu. Sebenernya belom selasai, tapi kepencet, jadinya aku unpublikasiin dan usahain hari ini sudah selesai biar bisa aku publikasiin.
Yang kedua aku berterima kasih banget sama kalian yang udah nyempetin biat membaca cerita aku.
Kalau ada kekurangan atau saran, komen aja nggak papa.
Kalau ada yang mau ngasih saran pembuatan alur juga silahkan silahkan saja DM aku... 😁

Dan yang paling penting :
Terus tungguin ceritanya, dan
Jangan lupa Vote dan Komennya
Terima kasih

Continue Reading

You'll Also Like

326K 19.9K 45
Kiara Victora Lacynda, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang menjalani kejamnya kehidupan di dalam sebuah panti asuhan sejak ia kecil. Kehidupan m...
21.5K 1.3K 21
"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah s...
1.1M 141K 47
"I'm Hanzel Lee Alpha of Dark Moon Pack reject you, Devia Alexander as my mate." Penolakannya terngiang-ngiang di kepalaku. Menghantarkan rasa bahagi...
1.1M 84.7K 58
[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjadi penerus kerajaan Demon, King of Demon...