Grow Up [ ✓ ]

Autorstwa HwangLuv

548K 68.1K 18K

[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia diha... Więcej

01. Memory
02. Am i fine?
03. I'm sorry, I can't..
04. Bleedin'
05. I'm Scared
06. Hematoma
07. Family Goals
08. Secret Untold
09. Hallway
10. Not that Easy
11. Going Over
12. Re-
13. DrUNk
14. Back To 2009
15. Tears
16. Selfish
17. So?
18. Again
19. The Final
20. Suicide?
22. HAPPY BIRTHDAY HWANG JANIM! <3
23. The Bells of Happiness
24. Kang Sowoon
25. ACCIDENT!
26. End
27. Tears.2
28. Sweet Scars
29. After All
30. SINGLE CONCERT : HI HYUNJIN!
Last but not Least
31. A Second Chance
day by day:: 2021.
GROW UP COMPLETED, other works?
OTHER NOVEL?
RESTOCK SEKARANG!

21. Return

13.4K 1.9K 645
Autorstwa HwangLuv

•••

"Hyunjin waktu pertama kali kemo terus-terusan nangis. Saya inget banget."

Dokter Kang tertawa kala mengingat masa lalu yang pernah terjadi antara dia dan Hyunjin. Hyunjin baru selesai kemo tadi. Namun Dokter Kang memutuskan untuk tidak pergi dan menemani Hyunjin. Dikarenakan Seohyun ada kepentingan, Dokter Kang yang menggantikannya untuk menjaga Hyunjin.

"Wah iya? Nggak inget." Hyunjin tertawa kecil menanggapi.

Seperti biasa, Hyunjin hanya berbaring. Dokter Kang dengan senang hati duduk menjaga Hyunjin di samping kasurnya. Takut-takut dia ada keluhan, atau efek kemo itu terasa. Maka Dokter Kang bisa langsung menanganinya.

"Iya. Dulu kamu nangisnya kencang. Sampai ruangan sebelah komplen. Terus saya kasih tontonan di televisi. Waktu itu film UP baru rilis. Karena film itu kamu berhenti nangis dan bisa ketawa." Terang Dokter Kang.

Hyunjin sebenarnya tidak ingat semua yang diceritakan oleh Dokter Kang. Memang sebagian masih terekam dengan jelas, tapi beberapa memori hilang begitu saja. Hingga Dokter Kang perlu bercerita lebih ekstra supaya Hyunjin ingat.

"Eh, dulu saya sampai stadium dua, ya?"

"Iya. Habis itu sembuh lagi. Sekarang juga, sebentar lagi pasti sembuh." Dokter Kang mengepal kedua tangannya, mengangkatnya. Memberi semangat pada Hyunjin supaya tidak putus asa.

"Bedanya, dulu kamu takut suntikan, susah minum obat, cengeng lagi. Haha. Sekarang kamu sudah dewasa, jadi idola, punya banyak penggemar yang selalu dukung kamu. Jadi saya yakin, kamu pasti lebih cepat sembuhnya." Ujarnya lagi. Hyunjin tersenyum, membenarkan perkataan Dokter Kang.

"Hari ini ada tamu yang mau datang katanya. Tapi kenapa belum ada, ya?" Dokter Kang melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Pukul dua siang. Hyunjin sendiri tidak tahu siapa yang dimaksud tamu oleh Dokter Kang. Mungkin itu tamu untuknya, bukan untuk Hyunjin.

"Oke, sambil nunggu, kita ngobrol lagi."

"Saya kemarin-kemarin hampir.. saya stres." Ujar Hyunjin tiba-tiba.

"Ya. Saya tau. Saya lihat rekaman kamera pengintai. Kamu hampir terjun ke lantai bawah." Ragu, namun Dokter Kang akhirnya mengatakan yang sebenarnya.

"Malam itu auranya beda." Hyunjin berucap lagi.

"Kalau ada apa-apa, cerita sama saya. Ponsel saya aktif dua puluh empat jam untuk kamu. Telepon, dan saya pasti segera datang."

"Dokter-nim, kalau sekarang, boleh cerita?" Tanya Hyunjin polos. Dokter Kang mengangguk mantap.

"Mama punya hubungan sama Dokter Jungwoo. Papa juga, punya pasangan baru. Mereka cerai."

Dokter Kang menunduk. Sejujurnya dia sudah melarang Jungwoo untuk mendekati Seohyun. Dokter Kang dan Jungwoo sama-sama menjadi orang penting di rumah sakit ini. Meski begitu, keduanya sering sekali berselisih paham.

Ketika mendapat kabar Hyunjin masuk rumah sakit ini, Dokter Kang langsung mencari data-data dan menemukan fakta bahwa Hyunjin dan dirinya pernah bertemu di Las Vegas. Ketika Dokter Kang belum se-profesional sekarang.

Dokter Kang langsung mengambil tanggung jawab atas Hyunjin. Dia tidak akan membiarkan Jungwoo yang menangani Hyunjin sendirian. Dokter Kang yakin, Jungwoo tidak akan semengerti dirinya pada Hyunjin.

Pernah sekali, Dokter Kang memergoki Jungwoo memberi karangan bunga pada Seohyun. Itu benar-benar terjadi di depan matanya. Sejak saat itu, Dokter Kang yakin ada yang tidak beres dengan rumah tangga Seohyun. Dan itu benar adanya.

Dokter Kang kemudian melarang Jungwoo untuk dekat-dekat dengan Seohyun karena takut berpengaruh pada psikis Hyunjin. Namun, Jungwoo masih tetap melakukannya. Jungwoo juga sering diam-diam masuk ke ruangan Hyunjin.

Dengan beralasan mengecek pasien, Jungwoo bisa masuk seenaknya. Padahal maksud utamanya hanya untuk bertemu Seohyun, Ibu Hyunjin.

"Ya, jangan terlalu dipikirkan. Jungwoo juga orang baik. Dia bisa saja yang menangani kemoterapi kamu minggu depan."

"Jangan. Jangan Dokter Jungwoo." Sela Hyunjin.

"Kenapa?"

"Takut diracunin."

Dokter Kang tertawa, sampai terbahak-bahak. Matanya yang sipit meneteskan air karena puas tertawa. Hyunjin hanya diam. Karena merasa tidak ada yang lucu dari ucapannya. "Kenapa, Dokter Kang?" Tanyanya polos.

"Dokter disini sudah menjalani sumpah dokter bertahun-tahun lalu. Ini realita, Hyunjin-ssi. Jangan dikait-kaitkan dengan drama atau telenovela."

Percakapan mereka tidak sampai di sana. Hyunjin terus menceritakan segala hal yang terjadi pada dirinya. Apalagi setelah dia mengidap penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Hyunjin menceritakan betapa tidak ramahnya Dokter Ahrang, yang menangani Hyunjin jauh sebelum Dokter Kang.

Mereka sama sekali tidak kehabisan topik. Hyunjin menceritakan hal-hal tidak penting yang terus direspon balik oleh Dokter Kang. Semisal Hyunjin menceritakan Kkami dan Hannie, kedua anjing miliknya yang sudah lama tidak ia lihat lagi.

Keduanya tenggelam dalam perbincangan biasa yang terasa sangat menyenangkan.

•••

"Ne, Hyunjin-ssi, tamunya sudah datang."

Hyunjin meringis. Dia baru terlelap sebentar. Lalu terpaksa bangun karena mendengar suara Dokter Kang. Tubuhnya seperti remuk saja. Tulang-tulangnya terasa ngilu, dan matanya sedikit berkunang-kunang.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling, hanya tampak orang-orang berdiri dengan masker dan topi. Banyak sekali. Hyunjin sempat menghitungnya, dan jumlahnya ada delapan. Setelah itu, barulah matanya bisa terfokus.

"Hyunjin-ah,"

Jisung yang pertama kali melepas maskernya. Wajahnya langsung memerah karena menahan tangis. Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah Jisung mengetahui yang sebenarnya. Dia sangat tertekan, dan bahkan sampai hari ini, Jisung belum bisa menerima kenyataan.

"Hai." Hyunjin tersenyum. Melihat ke arah kanan. Kedelapan orang itu mengelilinginya. Tujuh member Stray Kids, dan Dokter Kang. Tapi setelahnya, Dokter Kang pamit. Tidak ingin mengganggu.

Lebih baik dia mengajak manager Stray Kids yang juga datang untuk membicarakan kesehatan Hyunjin.

"Hyung jangan gini, dong, jangan gini," Jeongin berbicara dengan asal. Membuat Hyunjin terkekeh pelan. "Iya, nanti sembuh. Tunggu aja." Balas Hyunjin meyakinkan.

Dua bodyguard menjaga di luar pintu. Kedatangan mereka sebetulnya sangat dirahasiakan dan tersembunyi. Sehingga tak ada satupun sasaeng fans yang mengikuti. Meski begitu, kehadiran bodyguard tetap dibutuhkan.

"Jisung katanya susah makan ya? Ah, jelek, nggak boleh gitu." Ucap Hyunjin. Untuk mengatakan itu, dia harus terlebih dahulu menguatkan dirinya untuk tidak berkaca-kaca.

"Ditinggal gue pengobatan aja lo nggak makan. Apalagi kalau.."

"Kalau apa, hah? Lo jangan kemana-mana. Lo tetep disini. Lo harus terus bareng-bareng sama kita semua." Sergah Jisung, tak ingin mendengar Hyunjin mengatakan hal-hal yang buruk.

"Iya. Hyunnie jangan kemana-mana, ya." Minho menambahkan.

Semua member membuka maskernya satu-persatu. Kini, nampak ekspresi sebenarnya dari tiap member. Ada yang tersenyum –terpaksa, ada juga yang bibirnya menekuk, cemberut.

"Innie juga nih, nggak mau olahraga kalau Hyunjin nggak ada." Chan merangkul Jeongin yang ada di sampingnya.

Hyunjin senang. Keluarganya datang. Meski tidak sempurna lagi. Hyunjin tetap kuat. Meski satu keluarganya hancur, dan yang satunya lagi tidak sempurna.

Mereka sempat mengobrol sedikit tentang berita yang menyebar. Chan mengatakan kalau pihak JYP sudah mengurus itu semua. Semua berita bohong dan komentar jahat akan dilaporkan pada pihak berwajib. Itu membuat Hyunjin sedikit lega.

Felix memutar bola matanya kesana kemari. Tidak ingin melihat ke arah Hyunjin. Dia juga sedang berusaha agar air mata yang menumpuk di pelupuk matanya supaya tidak terjatuh. Apalagi di hadapan Hyunjin.

"Hyung, kayaknya gue nggak kuat ngerap lagi." Hyunjin berkata demikian, sembari tersenyum kecil ke arah Chan.

"Off mic aja nggak apa-apa, Hyun." Chan menelan ludahnya, demi apapun, dia ingin menangis saja.

Teringat ketika Chan memarahi Hyunjin karena dia selalu melakukan kesalahan dalam rapnya. Sehingga itu membuat Chan emosi yang kemudian melempar kertas lirik tepat ke wajah Hyunjin. Itu perbuatan terkeji yang paling Chan sesali.

"Nanti gue bantu.." Suara Jisung gemetar. "Gue ambil part rap lo kalo lo capek." Sambungnya.

Jeongin menyembunyikan wajahnya ke belakang tubuh Chan. Chan merangkul Jeongin, mengusap-usap punggungnya. Terdengar isakan pelan dari sana. Yang namanya tangisan adik kecil, akan menular pada kakak-kakaknya. Dan, terjadilah.

"Gue ke kamar mandi dulu." Felix bergegas. Ada sebuah pintu di ruangan Hyunjin, kamar mandi. Dia langsung masuk ke sana. Lalu mengunci pintunya.

Ada wastafel, serta cermin. Felix melihat pantulan dirinya lewat cermin. "Yongbok kuat, Yongbok nggak boleh nangis," Felix terus mengulang ucapan itu sambil membasuh wajahnya dengan air. "Ayo dong berhenti. Gue nggak mau nangis." Dia terus menggerutu sendirian.

"Hyun, ini nggak lucu loh." Changbin berucap. Sambil sesekali menatap wajah Hyunjin yang justru terlihat tak ada beban sama sekali.

Hyunjin berusaha untuk duduk. Jisung segera membantunya. Dan ketika Hyunjin duduk, dia seperti merasa sedikit kesakitan. Entah apa. Yang jelas, dia meringis. Hyunjin kemudian menatap lurus, ke arah Changbin yang sedang berdiri di ujung ranjangnya.

"Gue nggak ngelucu, hyung," Hyunjin mengangkat tangan kirinya yang dipasangi infusan. Lalu dia menyisir rambut menggunakan tangan. Iya, sama seperti dulu. Kemoterapi itu sangat keras dan membuat rambutnya mudah rontok. Rambutnya rontok begitu saja. Changbin yang melihatnya hanya bisa berdecak, kemudian mulai berkaca-kaca. "Jangan gitu, lah. Gue lemah." Ujar Changbin.

Seungmin menimpali, "Nanti gue beliin shampo yang anti rontok, oke?" Katanya, seakan yang baru saja dilihatnya bukan apa-apa. Seungmin sebenarnya sedih. Namun dia tidak ingin memperburuk suasana. Karena itu dia berusaha menjadi moodboster.

"Nggak usah. Botak juga nggak apa-apa. Hyunjin bald nanti jadi trending topik di twitter." Hyunjin masih berusaha untuk tersenyum.

Hening. Semuanya diam. Menunduk dalam. Hyunjin juga kehabisan bahasan. Mereka semua menjadi manekin. Dia tahu, member sedang sedih. Tapi Hyunjin juga kebingungan, bagaimana untuk membuat mereka tersenyum lagi?

"Ah, gue tau!" Chan tiba-tiba berkata, suaranya membuat semua orang terkejut, termasuk Hyunjin.

"Gue tadi bawa kertas origami, bentar," Chan mengambil sesuatu dari tas selempang yang dikenakannya. Mengeluarkan satu plastik kertas origami berwarna-warni. Diantara dua belas warna yang tersedia, Chan hanya memilih satu.

Dia membagikan warna biru pada setiap orang. Hanya. Hanya warna biru.

Ketika Minho meminta warna kuning, Chan menolak. Dia bilang warna biru mewakili perasaan mereka dan keadaan hari ini. Member lain akhirnya menurut-menurut saja. Meski tidak paham sama sekali maksud dari perkataan Chan.

"Ne, kita buat burung bangau hari ini," Chan mulai melipat kertas itu. Yang diikuti member lain.

Tebak sesuatu! Hyunjin kesulitan. Dia hanya memperhatikan Chan dan yang lainnya membuat burung. Dan dalam sekejap, mereka berhasil. Sedangkan kertas origami milik Hyunjin belum terlipat sama sekali.

"Llama jelek nggak bisa buat burung ya? Sini gue ajarin." Jisung duduk di tepian kasur Hyunjin. Pegal juga jika harus terus-terusan berdiri. Jisung ini sedikit modus.

"Kayak gini, ya," Jisung melipat kertas milik Hyunjin. Hyunjin memperhatikannya dengan teliti. Jisung sangat telaten dan rapih, meski kelakuannya berbanding terbalik. Hyunjin terus mengangguk-angguk. "Ngerti?" Tanya Jisung setelah bentuk burung berhasil dibuatnya.

"Nggak." Balas Hyunjin apa adanya.

"Yeh bego emang," Jisung menepuk dahinya. "Ngajarin lo bikin burung gini lebih susah daripada ngajarin lo ngerap." Gumamnya.

Hyunjin tertawa pelan. "Nanti kalau kalian kesini lagi, buat burung origami lagi, ya," pesan Hyunjin.

"Jangan gitu. Kan lo mau cepet keluar rumah sakit. Nanti kalau lo udah pulang ke dorm, kita bikin yang kayak ginian lagi di sana." Tukas Jisung. Yang diiya-kan oleh member lain.

Kasur Hyunjin dipenuhi dengan origami yang berbentuk sama ; burung. Satu member tidak hanya membuat satu burung, namun beberapa. Dibuat penuh kasur Hyunjin karenanya. Sambil mereka membuat burung, dan Hyunjin memperhatikan, sesekali mereka berbincang ria.

Setelah hampir setengah jam, Felix baru keluar dari kamar mandi. Dia langsung menghampiri kerumunan itu, melihat apa yang mereka lakukan. "Eh nggak ajak-ajak," cetusnya.

"Lo nya kemana aja?" Chan membalas. Felix hanya tersenyum, menunjukkan giginya yang rapih.

"Gue udah absen dari kuliahan berapa bulan, ya?" Tanya Hyunjin.

"Ya, dari sebelum tur, Hyun. Berarti sekitar empat bulanan lo nggak masuk." Jawab Chan.

Ngomong-ngomong, Hyunjin mengambil kuliah dengan jurusan practical english. Karena dia merasa skill-nya dalam bahasa inggris masih di level terendah. Jadi dia ingin mengembalikan bahasa inggrisnya yang pernah fasih ketika dia berusia sepuluh tahunan.

Felix sama sekali tidak terlihat sudah menangis. Wajar. Selama tiga puluh menit dia terus membasuh wajahnya dengan air. Hyunjin juga tidak menyadarinya sedikitpun.

Member-member diberi waktu dua jam untuk menjenguk Hyunjin. Setelahnya mereka harus segera pulang sebelum matahari terbenam. Pd-nim juga tidak memberi izin lebih dari itu. Karena peraturan yang sudah dibuat. Jika manager tidak ikut menjenguk, bisa saja mereka berada di sana lebih dari dua jam. Namun karena keberadaan manager yang mengawasi, waktu mereka terbatas.

Sesaat sebelum berpamitan, manager sempat melihat keadaan Hyunjin. Baru saja dua minggu Hyunjin sakit, manager merasa tubuhnya berubah sedikit lebih kurus. Disaat member-member lain sudah keluar dari ruangan, berjalan ke parkiran, manager masih berada di lantai tiga. Masih ingin berbincang sebentar dengan Hyunjin.

"Untuk kelangsungan karir kamu, maunya gimana?" Manager berdiri di samping kanan, Hyunjin duduk sambil melamun. "Nggak tau." Balasnya ketus. Masih berserakan origami di sana. Hyunjin melarang suster yang sempat datang untuk membereskan itu.

"Serius, Hyun, mau gimana? Kita bakal ngasih waktu untuk penyembuhan kamu, kok,"

Hyunjin melirik pada managernya. "Berapa lama?" Tanyanya.

"Enam bulan. Nanti pihak JYP mengumumkan di laman website kalau kamu hiatus karena masalah kesehatan. Setuju?"

"Iya."

"Baik. Cepat sembuh, dan segera kembali dalam enam bulan." Manager akhirnya pergi.

Untung saja Dokter Kang dan manager sempat mengobrol. Jika bukan karena Dokter Kang, mungkin saja manager akan bertindak egois, sesuka hatinya. Dokter Kang memohon dengan sangat, agar Hyunjin tetap berada di Stray Kids.

Manager tadinya berat hati mempertimbangkan. Namun Dokter Kang langsung berkata bahwa Stray Kids yang membuat Hyunjin akan semangat menjalani pengobatan. Andai kata Hyunjin dikeluarkan, kemungkinan dia stress sangat tinggi. Dan itu berpengaruh besar terhadap kesehatannya.

Akhirnya, manager setuju. Dengan syarat Hyunjin harus pulih dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Dokter Kang juga menyetujui. Dia yakin, Hyunjin akan cepat sembuh. Waktu enam bulan itu akan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

***

Media ramai memberitakan hiatusnya Hyunjin dari boygrup Stray Kids. Memang, kemarin website official JYP memberitahukan secara resmi, bahwa Hyunjin akan berhenti sementara dari aktifitasnya sebagai idol, atau juga MC. Dikarenakan masalah kesehatannya. Tidak dijelaskan lebih rinci.

Berbagai spekulasi mulai muncul lagi. Diantaranya, Dispatch yang berhasil membongkar fakta bahwa ada salah satu pasien di rumah sakit pusat Seoul atas nama JYPE. Membuat pengguna sosial media beranggapan bahwa itu adalah Hyunjin.

Sesekali juga tersebar foto Chan, Jisung, pernah juga Seungmin, yang datang malam-malam ke rumah sakit tanpa pengawasan manager. Foto-foto itu semakin viral dan membuat jagat maya heboh. Apalagi fandom mereka, yang semakin khawatir pada Hyunjin.

Akun instagram Stray Kids sempat tidak memposting apapun selama dua minggu penuh. Mereka bingung harus mengirim foto apa. Seungmin, dia jarang mengambil selca-nya sekarang. Jeongin juga lebih senang bermain game ketimbang melakukan selca. Dan Hyunjin, dia sama sekali tidak memposting apapun semenjak kejadian dia terjatuh di stage bulan lalu.

Fans sangat merindukan selca dari Hyunjin. Biasanya, itu yang selalu muncul ketika mereka membuka instagram karena Hyunjin tergolong sangat aktif. Namun sekarang, postingan terakhir Hyunjin sudah tenggelam karena selca-selca member lain.

Chan juga yang biasanya aktif melakukan siaran langsung di Vlive, sudah menghentikan kebiasaannya itu. Terakhir kali dia melakukan Channie's Room, Chan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja dan dia akan meninggalkan Vlive dalam jangka waktu yang cukup panjang. Banyak komentar Stays yang bilang bahwa mereka sedih.

Chan yang kuat seharusnya bisa menguatkan Stay. Tapi untuk kasus ini, Chan sangat lemah. Dia bahkan tidak membaca semua komentar dari Stay, karena Chan yakin seluruh isinya membahas Hyunjin.

Vlive terakhir itu Chan tutup dengan ucapan, "Aku ada di titik terendah, aku sedang berada di palung kerapuhan. Kuharap stay tidak mengikuti jejakku. Jangan menangisi yang sudah-sudah. Hyunjin kami baik-baik saja selama kalian tidak menangis. Selamat tidur dan kita akan bertemu jika aku sudah bisa berdiri tegak lagi."

Channie's Room berakhir di episode ke 67.

Formasi ketika perform mulai banyak dirubah. Part rap Hyunjin kebanyakan diambil oleh Jisung. Felix dan Minho benar-benar hanya tidur tiga sampai empat jam tiap harinya karena harus merubah koreo.

Berat badan Jisung turun hampir lima kilogram. Dia mogok makan. Beralasan hanya suka dengan masakan Hyunjin. Chan sempat marah besar padanya. Chan juga tidak memberi Jisung uang jatahnya untuk jajan sebelum dia mau makan. Dan Jisung, dia masih saja tidak ingin makan.

Kasarnya, Jisung bilang kalau masakan dapur terasa aneh semenjak ketidak hadiran Hyunjin. Mungkin saja karena chef Chan dan chef Changbin tidak semangat ketika memasak, membuat masakan mereka juga tidak membahagiakan.

Jeongin kehilangan teman bermain game-nya. Felix terlalu jago jika dibandingkan dengan Innie. Sehingga dia tidak mau bermain dengan Felix. Kadang, Jeongin mengirim pesan pada Hyunjin. Menyuruhnya untuk segera pulang, karena Jisung-hyung selalu marah-marah padanya. Jisung sekarang sangat sensitif. Untuk kesalahan kecil yang dilakukan Jeongin, Jisung sering membentak dengan suara yang lantang dan ucapan yang kasar.

Jeongin ingin Hyunjin cepat pulang. Ingin Hyunjin balik memarahi Jisung. Karena hyung yang lain seakan mengacuhkan pertengkaran Jisung dan Jeongin. Seringkali tidak ada yang melerai. Ketika Jeongin sudah menangis, barulah pertengkaran itu akan berakhir. Meski tidak dengan kata damai.

Hyunjin meminta maaf pada Jeongin. Dia belum bisa pulang. Belum bisa menemani Jeongin bermain game lagi. Belum bisa memasakkan sebuah masakan untuk Jisung lagi. Belum bisa kembali ke dorm karena dia belum sembuh.

Seungmin, kebiasaannya setiap malam sekarang adalah menelepon Hyunjin. Dulu, ketika Hyunjin masih tinggal di dorm, setiap sebelum tidur mereka akan mengobrol. Mereka tidur di kasur tingkat yang sama. Seungmin tidur di kasur atas dan Hyunjin tidur di kasur bawah. Mereka akan mulai membicarakan hal-hal di masa lalu sampai keduanya mulai mengantuk.

Tapi sekarang, Seungmin hanya bisa mendengar suara Hyunjin dari kejauhan, lewat telepon. Seungmin bahkan tidak akan tertidur sebelum Hyunjin mengangkat telepon darinya dan mengucapkan selamat tidur.

Hyunjin juga meminta maaf pada Seungmin. Dia tidak bisa selalu ada untuk mengangkat telepon dari Seungmin. Ada kalanya Hyunjin selesai kemo, dan jangankan untuk mengangkat telepon dari Seungmin, untuk duduk saja dia kadang kesulitan.

Terakhir mereka berkomunikasi, Seungmin bilang dia sangat merindukan kehadiran Hyunjin. Lalu, Hyunjin menyuruhnya untuk jangan tidur di kasur atas. Hyunjin menyuruh Seungmin untuk tidur di kasurnya saja. Tapi Seungmin bilang, dia tidak bisa.

Hyunjin bertanya kenapa Seungmin tidak bisa tidur di kasurnya? Padahal kasur itu pasti kosong. Kemudian Seungmin menjelaskan bahwa setiap malam Jisung tidur disana. Jisung akan memeluk guling Hyunjin sambil menangis dan mengatakan "Hyunjin cepat pulang, Hyunjin cepat pulang," Berkali-kali, sampai dia tidur.

Dorm tidak pernah baik-baik saja setelah Hyunjin tidak ada. Chan jarang menyapa member di pagi hari. Chan jarang tersenyum. Jisung berubah sensitif. Seungmin, Jeongin, Felix, adik-adik Hyunjin itu merasa sangat kehilangan, mereka jadi cengeng.

Minho, ketika dia merindukan Hyunjin, maka dia akan pergi ke kamarnya. Minho akan memakai pakaian Hyunjin. Dia sudah meminta izin apakah boleh atau tidak, dan Hyunjin dengan senang hati memperbolehkan Minho memakainya.

Changbin, dia yang paling lawak. Sering sekali Changbin melakukan video call dengan Hyunjin di pagi hari. Meminta Hyunjin mengajarinya resep baru untuk memasak sarapan bagi member lain. Hyunjin akan mulai menjelaskan, memberi tahu bahan-bahan, dan tahapan dalam memasak. Changbin banyak belajar memasak dari Hyunjin.

Ah, ya, keadaan sudah benar-benar berantakan. Tapi Hyunjin berusaha memperbaiki keadaan dorm meski dari kejauhan.

[ Apaan sih, ngetik ginian doang nangis, dasar aku :') ]

***

Lelaki jangkung itu melepas jas putihnya. Kemudian ia taruh di punggung kursi kerjanya. Dia lekas duduk. Menjambak rambutnya pelan sambil menunduk. Sesekali mengusap air mata yang terus turun. Dia sedang kacau.

"Ayolah, kenapa? Sudah dua bulan. Kenapa nggak ada kemajuan?"

Dia menggebrak mejanya sendiri. Ruangannya kosong. Hasil check-up dari Hyunjin yang dia ambil setiap minggu berserakan di atas meja. Setiap menjalani tes, Hyunjin tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya membaik. Itu membuat Dokter Kang sangat khawatir.

Sejak bulan lalu, berbagai cara sudah dilakukannya. Hyunjin pernah menjalani radioterapi, kemo dengan obat minum, dengan infusan juga. Semuanya pernah ia lakukan. Namun kenapa? Mereka justru menyebar lebih pesat. Tidak hanya di satu titik.

Hyunjin juga seperti kehilangan semangat dalam dirinya sendiri. Dokter Kang kerap melihat Hyunjin sedang menangis ketika dia masuk ke kamarnya. Tapi, Hyunjin tidak ingin bercerita apapun pada Dokter Kang.

Dokter Kang sampai menghubungi manager Stray Kids, supaya setiap hari diusahakan ada member yang datang untuk menjenguk. Siapa tahu itu bisa membuat mood Hyunjin membaik. Namun, manager tidak bisa menyanggupi. Jadwal Stray Kids padat. Dan ketika ada waktu luang, mereka pakai untuk beristirahat.

Sepertinya Hyunjin merasa dia sendirian. Karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Sedang Dokter Kang juga tidak hanya menangani Hyunjin. Ada dua-tiga pasien lain yang berada dalam tanggung jawabnya. Jadi, ada masanya Hyunjin benar-benar ditinggalkan sendirian.

Pernah sekali Dokter Kang membuat acara kecil-kecilan, mirip pesta, di halaman rumah sakit. Semua pasien boleh hadir. Banyak dari pasien kanker yang mengisi acara itu. Berbagai usia. Dari balita, sampai lansia. Mereka bernyanyi, membacakan puisi, dan acara terakhirnya menerbangkan balon-balon.

Hyunjin disini pasti akan disorot. Jadi, Dokter Kang membawa Hyunjin dengan menggunakan kursi roda. Hyunjin mengenakan kupluk hangat untuk menutupi kepalanya yang.. ya, begitulah. Kemudian memakai masker hitam yang menutupi sampai ke hidungnya.

Acara itu tidak membawa pengaruh apapun pada Hyunjin. Dia masih saja bersedih. Dokter Kang sampai bingung, dia harus melakukan apa? Jika terus saja seperti ini, maka obat itu sama saja tidak berguna.

"Bulan Juli Hyunjin harus keluar rumah sakit, tapi kalau begini.. Ah, bagaimana ini," Dokter Kang stres sendiri memikirkan Hyunjin.

Dua puluh hari lagi, Hyunjin akan berulang tahun. Maka, Dokter Kang meminta manager untuk mengosongkan jadwal Stray Kids di hari itu. Manager menyanggupi. Dokter Kang berharap banyak untuk ulang tahun Hyunjin kali ini. Semoga saja bisa membawa pengaruh baik terhadapnya.

•••

Fyi, maksud Chan bikin origami burung bangau dari kertas warna biru, karena warna biru itu lambang kesedihan. Burung bangau juga sama. Sama-sama melambangkan kesedihan. Chan pinter, kan, yak.

Tersenyum seperti ini lagi, Hyun. Kami merindukannya.

Kebayang aja waktu Hyunjin duduk mengu di kasurnya, ekspresinya kayak gini:v.

Imagine setiap Hyunjin nahan sakitnya dia, entah waktu kemo atau apapun, kira-kira kayak gini, hehe.





-This is just fiction, why do some people still ask "is this story real?" :')

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

124K 8.9K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
72K 7.3K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1M 84.2K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...