AURORA BOREALIS [ ✓ ]

By Mejikubillu

1.9M 89.5K 3.3K

"Jangan memandang seseorang hanya dari yang tampak saja." Itulah kalimat yang mampu membuat orang bertanya-ta... More

01. AURORABOREALIS • KINGSTON
02. AURORABOREALIS • MURID BARU
03. AURORABOREALIS • SEAN ATAU ALISTER
04. AURORABOREALIS • KELUARGA ALISON
05. AURORABOREALIS • KINGSTON VS DALTON
06. AURORABOREALIS • PACAR SAYA?
08. AURORABOREALIS • KEDATANGAN ALGER
09. AURORABOREALIS • KINGSTON VS ALGER
10. AURORABOREALIS • KISAH TERSEMBUNYI
11. AURORABOREALIS • GERTAKAN ALASKA
12. AURORABOREALIS • ANGEL ALGER
13. AURORABOREALIS • JADI ANGEL ALGER ITU?
14. AURORABOREALIS • EMOSI BOREALIS
15. AURORABOREALIS • PERTEMUAN BISNIS
16. AURORABOREALIS • INSIDEN ROOFTOP SMA PANGERAN
17. AURORABOREALIS • HUKUMAN
18. AURORABOREALIS • PERTOLONGAN ANGEL ALGER
19. AURORABOREALIS • BENAR BERAKHIR
20. AURORABOREALIS • TERBONGKAR
21. AURORABOREALIS • SISI KERAS
22. AURORABOREALIS • PERTUNANGAN
23. AURORABOREALIS • RUANG SENDU
24. AURORABOREALIS • TITIK RAPUH
25. AURORABOREALIS • HANTAMAN MARKAS KINGSTON
26. AURORABOREALIS • KENYATAAN MENGEJUTKAN
27. AURORABOREALIS • SEBUAH PILIHAN
28. AURORABOREALIS • LAPANGAN BRAJA
29. AURORABOREALIS • TENTANG PILU
30. AURORABOREALIS • TEROR JALAN KENCANA
31. AURORABOREALIS • AMARAH DAN TANGIS
32. AURORABOREALIS • AKSI AURORA [I]
33. AURORABOREALIS • AKSI AURORA [II]
34. AURORABOREALIS • SATU ALIANSI
35. AURORABOREALIS • MISI PERDANA
36. AURORABOREALIS • SAMBARAN HATI
37. AURORABOREALIS • EMOSI AURORA
38. AURORABOREALIS • KERAGUAN
39. AURORABOREALIS • PERTANDINGAN BASKET
40. AURORABOREALIS • JEBAKAN
41. AURORABOREALIS • RUMIT
42. AURORABOREALIS • HATI YANG HANCUR
43. AURORABOREALIS • HITAM ABU-ABU
44. AURORABOREALIS • MENUJU PUNCAKNYA
45. AURORABOREALIS • PENENTUAN AKHIR
46. AURORABOREALIS • DEKAP LUKA
EXTRA CHAPTER • WAR
EXTRA CHAPTER • AKHIR YANG SESUNGGUHNYA
PRE ORDER AURORA BOREALIS

07. AURORABOREALIS • OMBAK HATI

38.8K 2K 75
By Mejikubillu

|AURORA BOREALIS|Bagian 7|

••••

Pagi ini cowok berjaket jeans abu-abu tengah duduk diatas motornya yang terparkir didepan sebuah rumah sederhana bercat putih gading.

Dia Borealis Gareth Alison.

Setia menunggu sang pacar. Edeline Amalia. Memang itu kebiasaan Borealis sejak dua bulan yang lalu. Menjemput dan mengantar Edeline, perempuan berperawakan cukup ideal dengan rambut panjang menutupi punggungnya yang senantiasa tertata rapih.

"Maaf lama, tadi Kak Nesa minta dibuatin sarapan dulu," ucap Edeline, khas dengan suara lembutnya.

"Iya nggak apa."

"Kamu nggak marah kan?"

Borealis menggeleng.

"Del, apa nggak bisa Kak Nesa buat sarapan sendiri? Dia udah dewasa."

Edeline tersenyum.

"Dia kakak aku Rey, aku harus baik sama dia."

"Tapi kan kamu mau sekolah Del, harusnya dia yang buatin kamu sarapan, bukan gini."

Edeline menggeleng.

"Aku melakukan ini juga dengan senang hati Rey, jadi kamu nggak usah khawatir ya."

Borealis meraih tangan Edeline dan mengusapnya pelan, "ini yang buat aku sayang sama kamu, kamu terlalu baik."

Edeline tersenyum. Senyum yang selalu membuatnya terlihat baik-baik saja. Bahkan justru jika dibandingkan senyum asli dan palsunya. Borealis yakin jauh lebih banyak senyum palsu yang Edeline tampakan.

"Udah yuk berangkat, ntar telat lagi," ajak Edeline.

Edeline menaiki jog belakang motor Borealis. Tanpa disuruh tangannya melingkar dipinggang Borealis dan menempelkan pipinya dipunggung Borealis.

"Jangan pergi ya Rey, dengan keadaan kita yang berbeda, aku mohon jangan buat kamu menjauh dari aku," ucap Edeline lirih, namun bisa didengar oleh Borealis.

Gue nggak akan ninggalin lo Edeline, meskipun dunia menolak lo, gue akan selalu jadi orang pertama yang akan menerima lo setulus hati.

Borealis mengusap punggung tangan Edeline yang melingkar dipinggangnya.

🌈🌠

Perempuan bersurai panjang lurus dengan bandana pink menghiasinya sedang berdiri didepan pintu kelas IPA 2. Dia Alana. Alana Putri.

"Mana sih Aurora, udah jam segini belum berangkat," gumamnya.

Dia melihat ponselnya dan mencoba menghubungi Aurora, namun nihil. Masih tidak ada jawaban.

Ini sudah kali ke 17 dia menghubungi Aurora, tapi masih tetap saja tidak ada jawaban.

Dari kejauhan nampak 4 cowok berparas tinggi sedang berjalan dengan canda tawa di lorong menuju koridor kelas IPS. Siapa lagi jika bukan Kingston. Ya meskipun tanpa formasi lengkap.

Alana berlari menghampiri keempatnya. Tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang disekitarnya.

"Alister," panggilnya.

"Ekhm," suara dehaman Ganendra dibuat-buat, "duh ada yang mau ngebucin nih George."

Ya.

Memang sudah banyak yang tau jika Alana menyimpan rasa pada Alister, bagaimana tidak sikap salah tingkahnya sangat terlihat ketika ada Alister membuat semua orang bisa menebak.

"Apa?" tanya Alister datar.

"Jangan cuek-cuek amat napa Al," sahut Ganendra.

"Um- itu–" seketika Alana menjadi gugup.

"Tuh kan Al, Alana jadi gugup gitu," timpal George.

"Berisik lo!" sarkas Alister.

Wajah Alana memerah seketika.

"Lo ada perlu apa?" tanya Alister.

"Um-A-aurora dimana?"

Alister menyernyit. "Lo pikir gue nyokapnya, ya mana gue tau."

"Kan kemarin kalian pulang bareng, ya mungkin dia bilang dia bakal nggak masuk hari ini."

Sean, George dan Ganendra saling tatap. Alister memang tidak tau tentang hal ini, sebab kemarin dia pulang kerumah. Padahal dia bersikeras untuk ikut baku hantam menghadapi Dalton.

Tapi Borealis, sang ketua Kingston tidak mengijinkan, dan menyuruhnya untuk pulang dan istirahat. Akhirnya dengan berat hati dia menurut.

"Dia nggak masuk hari ini apa?" tanya Alister.

"Entah, tapi dia belum berangkat sampai sekarang, padahal bentar lagi bel" jawab Alana, "udah coba dihubungi tapi nggak ada jawaban."

Alister menatap ketiga temannya yang tiba-tiba terdiam.

"Ada yang kalian tutupin?" tanya Alister.

Ganendra menggeleng.

"Jawab!" ketus Alister.

"Santai," ucap Sean.

"Kenapa kalian diem! Jawab!"

"Na, lo mending ke kelas deh, kita mau ngomong berempat," perintah Sean.

Alana menurut, dia berbalik dan menuju kelasnya.

"Kita ke rooftop sekarang!" ucap Sean.

Mereka berjalan menuju rooftop di belakang sekolah.

Rooftop adalah markas kedua Kingston, disini mereka biasanya berunding tentang rencana baku hantam ataupun penyerangan ke geng lain. Karena di rooftop ini dianggap tempat yang aman dari cepu.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Alister.

"Aurora masuk rumah sakit kemarin, dia nolong Rey dari Leon," ucap Sean.

"Dia luka? Atau dia kena pisau Leon?" tanya Alister.

"Dia kena hantam kayu, terus pingsan, kita juga nggak tau, tiba-tiba muncul gitu aja," jawab George.

"Awalnya gue pikir dia antek-anteknya Theodoric, anak Dalton, soalnya dia kayak tau tentang Leon, padahal ngga sembarang orang tau tentang anggota Dalton" Sean menghela nafas kasar, "tapi tiba-tiba dia muncul melindungi Rey dari serangan Leon, anak Dalton."

"Terus sekarang dia gimana?" tanya Alister.

"Kitapun nggak tau, tapi kata Bos, Dokter bilang nggak ada yang parah," sahut George.

"Gue yakin, cewek kayak Aurora itu kuat, jadi dia pasti baik-baik aja," timpal Ganendra.

🌈🌠

Edeline Amalia.

Nama yang selama 2 bulan terakhir akrab menjadi perbincangan diantara para penggemar Borealis, ketua Kingston.

Bahkan tak jarang guru yang membicarakannya, karena seorang Ratu olimpiade bahasa bisa berpacaran dengan brandal SMA Pangeran.

"Edeline?" panggil Bu Daila ketika Edeline berjalan keluar kelasnya.

"Iya ada apa Bu?"

"Materi untuk olimpiade bahasa nanti kamu ambil dimeja Bu Guru ya."

"Oh baik, Bu."

"Dan nanti setelah istirahat kamu temui Ibu, kita bahas materinya."

"Iya Bu."

Satu minggu lagi adalah olimpiade Bahasa, seperti olimpiade-olimpiade sebelumnya pasti Edeline Amalia yang selalu mewakili sekolah.

Perempuan cantik, pintar dan sederhana itu adalah salah satu murid teladan di SMA Pangeran.

Tak jarang banyak yang mencoba mendekatinya namun sayang dia lebih memilih berhubungan dengan Borealis Gareth Alison. Ketua Kingston yang bar bar.

"Del, mau ke kantin nggak?" tanya Sandra, salah satu sahabat Edeline.

"Enggak deh San, mau ke perpus aja. Coba ajak Jelita siapa tau mau."

"Dia lagi video call sama pacarnya tuh, ngebucin biasa."

"Oh gitu, ya udah gue mau ke perpus dulu ya."

Edeline berjalan menuju perpustakaan.

Setelah memasuki perpustakaan dia menuju rak tempat novel-novel tertata rapih.

Dia Edeline, perempuan yang sering menghabiskan waktu istirahatnya untuk membaca di perpustakaan. Daripada membuang-buang uang untuk makan dikantin lebih baik membaca di perpustakaan, begitu pikirnya.

Ketika tangannya akan mengambil salah satu buku tebal, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan membalikan tubuhnya.

"Eh," kaget Edeline.

"Gue tau lo belum makan," ucap seorang cowok sambil memberikan sebungkus roti dan air mineral.

Dia Galura Sean Hambali.

"Kebiasaan lo Del, lo selalu ke perpus buat ngegantiin makan lo kan, tapi lo butuh amunisi."

Edeline tersenyum.

"Makasih, tapi gue nggak laper."

"Del, nggak usah bohongin diri lo. Udah makan."

"Tapi di perpus nggak boleh makan, nanti kalo petugas perpus tau, pasti dimarahin Sean."

"Gue nggak peduli, yang penting lo makan dulu."

Sean menarik tangan Edeline dan membawanya duduk disebuah kursi.

"Makan Del, lo butuh makan."

Edeline terdiam.

Dia memang seperti itu. Selalu makan ketika sudah sampai rumah. Jika tidak terlalu mendesak dan lapar dia tidak akan membeli makanan di kantin.

Sean menyodorkan roti dan air kehadapan Edeline, "makan, please demi gue."

"Tapi–"

"Tapi apalagi sih Del, gue tau lo nggak suka ngerepotin orang. Tapi gue nggak merasa direpotin. Justru gue merasa aneh ketika biasanya gue beli makan dua dan sekarang cuma beli satu."

Akhirnya Edeline menerima pemberian Sean.

"Makasih Sean."

Sean tersenyum.

"Gue nggak mau orang yang gue sayang menderita Del, gue mohon jadi kuat ya demi gue," ucap Sean lirih.

"Tapi gue pacarnya Rey sekarang."

"Gue tau. Tapi apa salah kalo gue sayang sama lo."

Edeline terdiam.

"Dulu gue merelakan lo sama Leon, dan sekarang gue merelakan lo sama Rey, apa harus kayak gitu terus Del? Apa gue nggak pernah bisa singgah sebentar dihati lo?"

"Lo terlalu sempurna Sean."

Setetes bening jatuh dari pelupuk mata Edeline.

"Nggak Del, lo yang terlalu sempurna sampai sulit buat gue gapai."

"Lo pasti akan menemukan orang yang lebih baik Sean."

"Empat tahun Del, dan apa akan selamanya kayak gini?"

"Maaf Sean."

"Gue nggak tau, gue pengin marah sama lo tapi gue nggak bisa Del, perasaan ini terlalu dalam."

"Lupain tentang Edeline."

"Gue nggak bisa, bahkan sampai detik ini gue masih bisa berharap lo buka hati buat gue."

Hening.

"Kasih gue alesan Del, kenapa lo nggak mau buka hati buat gue? Biar gue intropeksi diri."

Edeline menggeleng.

"Lo bahkan selama hampir tiga tahun ini sekolah di SMA Pangeran, seolah-olah nggak pernah kenal gue Del, apa lo benci sama gue? Apa gue pernah melakukan kesalahan yang ngebuat lo kayak gini?"

"Enggak Sean."

"Terus kenapa Del? Tolong jawab."

Edeline mengusap pipinya yang basah dan kemudian berdiri.

"Maaf gue harus pergi."

Perempuan itu melangkah pergi, meninggalkan Sean sendirian.

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 139K 24
-SEGERA DI NOVELKAN Private acak follow dulu #3 in teen fiction #1 in humoris #teenfiction✔ #humoris✔ #romance✔ BANYAK PART YANG DI HAPUS. Mahesa Pra...
8.8M 363K 105
#1 in Teenfiction 6/04/2019 #2 in Teenfiction 18/01/2019 #1 in fiksi remaja 28/03/2019 #1 in Perasaan #1 in School 18/07/2019 #2 in SMA 27/03/2019 ...
3.1K 1.1K 49
Karena kekeliruan dalam mengenali presensi tubuh, Najma salah memeluk sembarang orang. Kesalahan itu menjadi alasan garis hidup Najma bersinggungan d...
NARENDRA By been

Teen Fiction

8.6M 813K 62
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Menjadi tawanan seorang ketua geng motor karena kesalahan mantan pacarnya? Itu adalah hal yang tidak pernah di bayangka...