Bye My First

By hon3ybush

19.8K 2.2K 366

Donghyuck benci Mark Lee. Dia punya senyum yang aneh, suka menyendiri di kamar dengan Max--pomeranian kesayan... More

II. Get Over It
III. BFG and Matilda
IV. Graduation
V. Jeno dan Jaemin
VI. Mark si Singa Kecil dan Teman-temannya
VII. New Space, Still on the Same Page
VIII. Jeno dan Jaemin 2
IX. Date
X. Last Christmas (Two Years Ago)
XI. Jeno dan Jaemin: Start!
XII. Dog Days are Over (Part 1)
XIII. Dog Days are Over (Part 2)
XIV. A Letter
XV. Before Christmas
XVI. This Christmas
A Mark on History (Part 1)

I. Last Christmas

4.6K 335 33
By hon3ybush

Lee Donghyuck senang bernyanyi. Ingatan paling awal mengenai kegemaran tersebut adalah saat usianya empat tahun, dia mencoba menirukan sebuah lagu yang terputar di radio. Meski hanya mampu menggumamkan melodi, Donghyuck mengulang-ulangnya tanpa rasa bosan.

Donghyuck ingat, saat itu ibunya datang menjemput dari tempat penitipan anak dengan raut muka yang membuat dirinya sedih. Lalu, begitu saja dia menggumamkan lagu yang ia dengar tadi sebelum tidur siang. Sang ibu berhenti berjalan, mereka bertukar tatapan. Saat melihat senyum ibunya dan betapa menyenangkan mereka bernyanyi hingga sampai di rumah, Donghyuck percaya bahwa lagu tersebut ajaib.

Hingga usianya beranjak dewasa, menyanyi adalah kegiatan yang paling ia sukai. Entah di tengah kebosanan maupun kesedihan.

Seperti sekarang.

"This year, to save me from tears, I'll give it to someone special."

Di ruang karaoke yang sempit, berteriak kencang-kencang meski mikrofon di tangan berfungsi dengan baik.

Tanpa memedulikan keluhan teman-temannya yang menonton dari belakang, atau orang-orang di luar sana, Donghyuck menyanyikan lagu lama terkenal yang sekarang menjadi anthem untuknya.

"Lee Donghyuck, karaoke kali ini kau yang bayar!" Renjun, teman sparring sehari-hari, berteriak mencoba mengalahkan suara dari speaker.

Donghyuck hanya mengangguk tak acuh, menantikan sampai lirik lagu di layar kembali.

"Someone...," Donghyuck menyelesaikan lagu pilihannya. Setelah nilai sempurna tampil di layar, dia menghela napas. Merasakan tepukan pelan di bahu, Donghyuk membalikkan badan. Kini dia bisa melihat ketiga temannya yang tidak lagi memasang wajah kesal seperti tadi.

"Mau makan rabokki?" Jeno, yang menepuk bahunya, menawarkan.

"Kau yang bayar?" dia bertanya, memasang wajah semenyedihkan mungkin.

Mendapatkan jawaban berupa anggukan, Donghyuck segera memeluk teman sejak kecilnya itu.

...

Mungkin setelah jalan-jalan hari ini, begitu sampai di rumah, dia akan bilang pada ibunya bahwa Seoul sudah tidak aman lagi dan mereka harus pindah secepat mungkin. Pindah sekolah, pindah tempat kerja, mengganti nama kalau perlu.

Lee Donghyuck memang sedramatik itu.

Teman-temannya tahu. Sebab mereka memandang dengan wajah memohon agar dia tidak sampai melakukan sesuatu yang membuat mereka malu.

Seperti sembunyi di bawah meja, atau berlari keluar dari restoran setelah baru saja memesan menu.

"Kupikir, Mark Hyung masih di Kanada."

Fuck, Donghyuck masih tidak bisa bersikap biasa saja tiap kali mendengar nama tersebut.

Dia merengut, menatap Jeno yang duduk di sebelahnya. Anak laki-laki itu hanya tersenyum penuh pengertian. Memang dari ketiga teman dekat Donghyuck, hanya Jeno yang bersikap seperti manusia biasa.

The devils and Lee Jeno, kalau kata kekasih dari kakak si [redacted].

"Jangan berlebihan! Sudah biarkan saja!" Renjun dari seberang meja menarik nampan yang melindungi identitas Donghyuck. Dia menjerit terkejut.

Bagus.

Kini satu restoran menaruh pandangan pada mereka. Termasuk Mark Lee.

...

"Jelaskan secara logis kenapa kita harus menunggu sampai orang itu dan teman-temannya selesai makan? Huh? Jelaskan!" Donghyuck menghentakkan kaki berulang, kesal bukan main. Di dalam saku jaket, kedua tangannya mengepal kuat.

"Karena Mark Hyung senior kita?" Jaemin yang sejak tadi terlihat tidak peduli akhirnya membuka suara. Di antara mereka bertiga, dialah yang paling akrab dengan makhluk menyebalkan itu. Dasar para Leo!

"Lagipula, dia sudah mengajak untuk makan es krim bersama. Dan sebelum kalian putus--"

"Bla! Bla! Bla!" Donghyuck segera berteriak, kedua telapak tangan menghalangi telinganya yang dingin.

Renjun menatap jengah, Jeno hanya memerhatikan tanpa ekspresi.

Biar saja! Mereka tidak mengerti perasaannya sebagai anak sekolahan yang masih pemula dalam hubungan romantis.

"Kau terlalu keras kepala, Hyuck."

"Katakan itu pada temanmu," dia menjawab segera, menantang Jaemin.

"Jangan merusak liburan kita yang sebentar lagi berakhir," Jeno menengahi, dengan mudah menghentikan Jaemin yang siap untuk berargumen seharian (bila memang itu yang Donghyuck inginkan).

Mereka diam, memerhatikan Mark bersama teman-temannya yang masih berada di kasir restoran.

Kilas balik dua puluh menit lalu, laki-laki yang lebih tua setahun itu menghampiri meja mereka dan mengundang makan es krim bersama. Ketiga teman Donghyuck, yang dia pikir bisa bekerja sama dengannya, segera menyetujui ajakan tersebut.

Tidak sampai setengah jam mereka menyelesaikan makan lalu keluar dari sana. Pegawai-pegawai restoran (yang sudah terbiasa melihat empat anak sekolahan menghabiskan waktu di meja itu-itu saja hampir tiap hari) antara senang dan bingung saat mereka membayar makan lalu keluar dari sana.

Semua ini karena si laki-laki menyebalkan!

Harusnya mereka menghabiskan minggu terakhir bulan Desember bersama-sama. Apalagi setelah liburan musim dingin, keempatnya akan disibukan oleh pendaftaran universitas.

"Hai," si brengsek menyapa, begitu kasual. Seolah empat bulan yang lalu tidak ada arti baginya. Seolah dia terbiasa mematahkan hati anak sekolahan.

Mungkin memang terbiasa, Donghyuck meringis sedih.

Siapa yang tidak jatuh hati pada Mark Lee? Mark Lee yang begitu populer di sekolah, yang menjadi urban legend di sekolah-sekolah lain, yang ia--

Tidak!

Tidak. Donghyuck menggeleng cepat. Harus enyah semua perasaan dan pemikiran terkait laki-laki sialan itu. Dia akan lulus sebentar lagi, sibuk mempersiapkan diri menjadi mahasiswa baru, sibuk bertemu teman-teman baru.

"Hyuck?" Mark berdiri tidak jauh darinya. Kelihatan khawatir--mungkin takut akan membua malu bila dekat dengan Donghyuck yang berdiri seperti orang bodoh di tengah jalan.

Donghyuck berdehem, merapatkan jaketnya, lalu berjalan lebih dahulu dari mereka. Dia bisa mendengar Jaemin dan Mark bertukar cerita selama liburan musim dingin, juga suara tawa Jeno mendengar ejekan Renjun pada senior mereka itu.

Donghyuck tidak bisa membenci teman-temannya yang akrab dengan Mark Lee. Lagipula, mereka sudah lama berteman. Jauh sebelum dia datang.

Walaupun saat itu, Jaemin dan Jeno sudah siap menghampiri rumah Mark. Mungkin ingin meminta penjelasan, mungkin juga mengajak adu panco--yang sering kali dibahas oleh mereka semua, bahwa Mark akan kalah bila melawan Jeno maupun Jaemin.

Sampai sekarang, orang-orang di sekitar mereka hanya tahu bahwa Mark memutuskan Donghyuck demi menjalani pendidikan sebagai mahasiswa universitas ternama. Karena memang seperti itulah yang Mark katakan.

"Aku akan sangat sibuk. Terlalu sibuk. Aku tidak mau sampai nantinya kita akan menyalahkan hubungan ini, atau saling menunjuk."

Donghyuck saat itu hanya mendorong Mark sampai terjatuh ke atas kasur, lalu berlari pulang sambil menangis.

Dia benci. Benci bahwa Mark mempunyai prioritas dalam hidupnya, dan Donghyuck tidak bisa berada di sana dalam posisi yang setara. Padahal waktu itu, dia yang sudah kelas tiga tengah sibuk mempersiapkan diri untuk CSAT. Donghyuck menangis semalaman, tidak masuk dua hari, dan hanya bilang "Aku baik-baik saja. Hanya malas," pada ketiga temannya.

Lalu malam hari setelah CSAT, Donghyuck mendapat kabar bahwa Mark tengah kencan dengan teman wanitanya di sebuah pusat belanja. Yang cantik, mungil, dan mempunyai senyum menyegarkan.

Egois sekali.

Jeno dan Jaemin berulang kali menanyakan apakah mereka boleh melakukan sesuatu pada Mark. Sementara Renjun berbaik hati menemaninya bermain game--meski laki-laki itu sama sekali tidak suka.

"Sudahlah," kata Donghyuck serak akibat menahan tangis. Dia mengabaikan bagaimana besar rasa keinginan untuk mengguncang-guncang tubuh mantan kekasihnya--mungkin juga melemparnya dari atap rumah.

Karena seluruh kekacauan yang terjadi hari itu, tidak hanya Donghyuck, bahkan Johnny--kakak tiri Mark-- ikut mencurigai motif dari keputusan sang adik yang begitu... tiba-tiba.

Sudahlah, kata Donghyuck dalam hati. Kata tersebut menjadi mantra selama beberapa bulan terakhir ini.

Untuk apa dia mencurigai keinginan Mark memutuskan hubungan mereka? Toh, tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula.

"Kau ingin rasa apa?" Jaemin menyenggol sikunya.

"Wizard's halloween."

"Ew, Hyuck?!" Jaemin juga Renjun menatapnya dengan wajah tersinggung. Jeno hanya tertawa. Sementara dia menghindari tatapan Mark.

"Kenapa? Aku sedang ingin itu."

"Ini pasti karena Mark Hyung." Renjun menggeleng-geleng sedih.

Terlalu awal, Huang Renjun!

Atau mungkin tidak akan pernah ada waktu yang tepat, di mana mereka bisa menertawakan hubungan dirinya dan Mark yang kandas setelah berjalan satu tahun lebih dua bulan.

Lelaki sialan yang berdiri tepat di depan mesin kasir hanya bergumam "Apa-apaan kau, Renjun", sambil mengalihkan wajahnya ke depan. Tidak apa. Donghyuck juga tidak ingin melihat wajah menggelikan itu.

Wajah yang membuat Donghyuck ingat akan kesalahan terbodohnya di masa remaja.

Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati es krim di tengah musim dingin. Sementara Donghyuck menyesali pilihan rasa es krimnya.

"Bagaimana dengan hasil CSAT kalian?"

Bullshit. Seolah Mark dan Jaemin tidak bertemu hampir tiap minggu saja.

Sementara keduanya memiliki ikatan persaudaraan yang erat, Jeno juga memandang Mark seperti kakak laki-laki yang dia idolakan. Renjun pun sempat memiliki rasa suka di awal-awal masa remaja mereka--cerita dari Johnny, Ibu Mark, dan Renjun sendiri.

"Dengan hasil kemarin? Aku harus mundur ke SeoSeongHan* atau entahlah, pergi ke luar negeri mungkin." Jaemin terlihat begitu santai, tanpa takut menyakiti perasaan teman-temannya. Perasaan Jeno.

Mark hanya mengangguk-angguk.

Anehnya, Jeno maupun Renjun terlihat tidak terkejut atau tersinggung sama sekali. Mungkin mereka sudah membicarakan hal ini tanpa Donghyuck. Meski sedih karena tertinggal akan banyak hal, dialah yang saat itu memutuskan untuk mengurung diri di rumah setelah CSAT selesai. Ini salahnya.

"Donghyuck, bagaimana denganmu?"

Donghyuck tidak tahu bagaimana otaknya bekerja, secepat apa pemikiran-pemikiran di sana datang lalu pergi. Dalam hitungan detik, dia menyerang wajah Mark menggunakan es krim kerucutnya yang belum tersentuh. Mengabaikan pekikan dari teman-teman dan pegawai di kasir, dia memerhatikan bagaimana biru dan coklat mewarnai wajah sang mantan. Saat es krim jatuh ke atas pangkuan Mark, saat itulah Donghyuck berbalik meninggalkan mereka.

...

"Donghyuck!"

Suara gedoran pintu lagi.

"Donghyuck! Aku tidak suka dengan caramu yang kekanak-kanakan seperti ini! Buka pintunya!"

Donghyuck tidak akan sudi membukakan pintu untuk Jaemin yang berteriak histeris. Tidak juga pada teman-temannya yang lain.

Beruntung sang ibu sedang bekerja, pulang malam. Kalau tidak dia akan membantu mereka membujuknya membukakan pintu dan berbicara seperti orang dewasa.

Orang dewasa, cih. Donghyuck masih delapan belas tahun.

Menyelimuti dirinya, dia bersiap-siap memasang headset untuk bermain game, sebelum mendengar suara yang dibenci.

"Donghyuck, we need to talk."

Mark hanya berbicara menggunakan bahasa ibu ketika dia gugup atau marah. Donghyuck tidak tahu yang mana. Mungkin keduanya.

Mungkin juga dia harus menghadapi masalah ini. Menerima kenyataan bahwa mereka memang sudah berakhir. Mungkin ini semua karena sejujurnya ada harapan kecil di dalam diri Donghyuck bahwa semua hanya mimpi. Atau suatu hari nanti mereka akan kembali bersama.

Naif, begitu kata-kata favorit Johnny sambil menggusak rambutnya gemas.

Daripada menghindar seperti empat bulan terakhir ini, Donghyuck bisa bersikap biasa saja dan kembali bermanja-manja pada keluarga Mark yang jelas lebih sayang padanya.

Dia menghela napas, membuka pintu perlahan.

Wajah Mark yang sudah bersih terlihat lebih dahulu, lalu wajah kesal Jaemin. Sementara Jeno dan Renjun duduk di lantai, membicarakan entah apa.

"Aku minta maaf," dia bilang dengan jelas dan tegas.

Kali ini, wajah terkejut mereka menimbulkan efek menggelitik dalam diri Donghyuck.

Mungkin bersikap sebagai pihak yang lebih dewasa tidak begitu buruk juga.

...

*SeoSeongHan = singkatan universitas bergengsi like SKY. Terdiri dari: Sogang, Sungkyunkwan, Hanyang.

...

a/n : halo! ini markhyuck pertama. fic nct pertama juga. karena pengen baca markhyuck mantanan tapi masih saling sayang, jadi kebikinlah ini fic. yang konsepnya ringan dan berisi kumpulan cerpen. Semoga suka <3

Continue Reading

You'll Also Like

9.1M 852K 63
MENIKAHI SULTAN KAYA RAYAπŸ’Έ Salah satu cara agar cepat menjadi kaya dengan cara yang instan adalah dengan mendapatkan suami yang kaya. Itulah impian...
663K 31.1K 50
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
313K 36.7K 27
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.7M 229K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...