Kellisa

Per Ssazzhra

933 11 3

"Jika benar itu cinta, mengapa terasa menyakitkan?" - Kellisa - "Sampai saat ini, aku belum menemukan seseora... Més

1
2
3
4
5
6
7
9

8

41 1 0
Per Ssazzhra


Kellisa baru saja duduk di kursinya. Tiba-tiba Derry muncul dengan senyuman riang, menghampiri mejanya.

"Sendirian aja, Kel?"

"Hm."

"Lagian ngapain? Gimana udah belajar tadi malam? Katanya mau ulangan ya?"

Kellisa mengangguk saja.

"Tadi udah sarapan belum?"

"Udah."

"Sarapan apaan?"

"Roti."

"Tadi diantar siapa?"

"Bang Trian."

Kellisa sibuk membalik halaman buku paketnya. Sementara Derry mengamati gadis itu lekat-lekat.

"Lagi sariawan ya?"

"Nggak."

"Lagi sakit gigi?"

"Nggak."

"Lah terus kenapa jawabannya singkat-singkat gitu?"

"Kellisa." Panggil seseorang membuat Derry dan Kellisa menoleh ke arah sumber suara.

Bagas berdiri di depan meja Kellisa. Dia menatap Kellisa datar. "Bantuin ambil buku paket di perpus."

Mata Kellisa membulat, "Eh, oke." Lantas berdiri dan mengikuti langkah Bagas keluar dari kelas.

"Sorry ya, Der." Ucapnya pada Derry yang masih bengong di kursinya.

Mereka sudah ada di perpustakaan saat ini. Kellisa mengikuti langkah Bagas. Mengambil buku-buku paket matematika di rak paling atas. Membuat Kellisa harus berjinjit karena cewek itu tidak sampai mengambil buku.

"Ish." Gerutu Kellisa, bersusah payah mengambil buku.

Bagas menoleh, tangannya mengambil buku yang hendak Kellisa ambil.

"Apa gunanya punya mulut sih? Tinggal bilang tolong ambilin kan bisa?" Bagas berkata membuat Kellisa jadi sungkan.

"Mm. Maaf."

Setelah mengambil semua buku paket. Kellisa menunggui Bagas yang masih berdiri di depan pustakawan. Meminjam buku-buku tersebut.

"Gas. Ulang tahun sekolah bentar lagi ya?" Tanya Kellisa membuka pembicaraan ketika mereka melewati koridor sekolah yang mulai ramai.

"Iya." Jawab Bagas tanpa menoleh.

"Emangnya tanggal berapa sih?"

"22 Desember."

Kellisa mengangguk dan ber-oh ria. Dia berusaha menyamai langkah Bagas yang lebar-lebar.

"Ada acara apa aja di ulang tahun sekolah?"

"Ada lomba-lomba sama nanti ada malam pentas juga dari anak teater sama anak band."

"Rame dong?"

"Iya. Datang aja kali aja kamu bisa ketemu Derry." Gumam Bagas.

Kellisa mengernyit. Dia menghentikan langkahnya. "Emang kenapa, Gas? Kalau ada Derry emang kenapa?" Kellisa bertanya dengan nada tak suka.

Bagas menoleh, "Ya, kan kamu suka sama dia. Tapi jangan dekat-dekat Derry deh."

Kellisa terdiam. "Tau ah. Siapa juga yang suka sama Derry. Lagian aku mau deket sama siapapun bukan urusanmu."

Kellisa mendahului Bagas, berbelok menuju kelasnya.

"Derry spesial kan, Kel? Kamu pikir aku nggak tau." Gumam Bagas, melangkahkan kakinya pelan.

***

Kellisa mengaduk-aduk nasi gorengnya dengan tak nafsu. Dwi dan Tiara duduk dihadapannya. Mereka sedang ada di kantin sekarang.

"Kamu galauin apaan sih, Kel?" Tanya Dwi yang sedang menyedot es tehnya.

"Nggak tau nih." Jawabnya pelan.

"Ulangan tadi susah ya? Kamu nggak bisa jawab apa gimana?" Tanya Tiara juga.

"Enggak kok. Aku udah belajar. Aku bisa jawab."

"Lah terus kenapa?"

Kellisa mengangkat wajahnya. Menetap Dwi dan Tiara bergantian. "Kalau ada cowok yang bilang jangan dekat-dekat sama cowok lain itu maksudnya apaan ya?"

"Mungkin dia suka kamu." Balas Dwi.

"Atau mungkin dia cuman ngingatin kamu sebagai temen."

Kellisa mengerucutkan bibirnya, merasa bingung.

"Lagian siapa sih yang ngomong gitu?"

"Bagas."

Tiara menyikut lengan Dwi, memberikan tatapan mata penuh arti.

"Kel. Kamu ngerasa nggak sih? Bagas itu beda kalo sama kamu."

"Beda gimana?"

"Ya, jadi kayak peduli gitu dan nggak irit ngomong. Kalau sama yang lain kan dia gitu tuh. Dingin bener."

"Hm, aku nggak tau ya. Emang kalian ngerasa gitu ya?"

"Iya." Jawab Dwi dan Tiara kompak.

"Biasa aja ah." Kellisa mengelak.

"Ye. Masa sih? Tapi nih ya. Kalau disuruh milih Derry atau Bagas kamu pilih siapa, Kel?"

"Hm?" Kellisa memandang ke arah sosok Bagas yang baru saja masuk ke dalam kantin dengan sahabatnya Ruro. "nggak tau."

"Yaelah. Tinggal pilih aja loh." Dwi melongos.

***

Kellisa menuju gerbang sekolahnya. Dia menepuk-nepuk pundak yang terasa pegal habis mengerjakan dua ulangan hari ini. Rasanya energinya terkuras habis.

Sekilas dia melihat Bagas duduk di jok motornya. Sedang sibuk mengetik sesuatu dengan ponselnya. Kellisa mengacuhkannya, memilih duduk di depan gerbang sekolah.

Kellisa merasa kepalanya pusing. Dia berharap Trian akan menjemputnya segera.

"Kellisa?" Panggil Bagas, cowok itu mendekat. Memandang wajah Kellisa yang memucat. "kamu nggak papa?" tanyanya dengan nada khawatir.

Kellisa tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

"Muka kamu pucat, Kel."

Kellisa merasakan pandangannya memburam dan tiba-tiba saja menggelap.

***

Bagas baru saja mendapat telpon dari Trian. Katanya dia tidak bisa menjemput Kellisa karena masih ada latihan futsal dan meminta Bagas mengantar Kellisa pulang.

Bagas mendekati Kellisa yang sedang duduk di depan gerbang sekolah. Awalnya, dia merasa biasa saja. Tetapi ketika dilihatnya gadis itu tampak pucat, dia jadi khawatir.

Kellisa pingsan, syukurnya Bagas dengan sigap membawanya ke UKS. Lebih tepatnya menggendong Kellisa. Membuat anak-anak yang sedang menuju parkiran menoleh kaget dan saling berbisik-bisik.

"Kellisa nggak papa kan, Mbak?" Tanya Bagas pada Mbak Aulia penjaga UKS.

"Nggak papa, Gas. Dia cuman kecapean aja kok."

Bagas mengangguk paham. Dia duduk di dekat ranjang Kellisa. Gadis itu tampak tertidur pulas dengan wajah yang masih pucat.

Bagas memperhatikan wajah Kellisa. Membuatnya mengaggumi kecantikan gadis itu.

"Mm.." Kellisa mulai membuka matanya. Membuat Bagas tersadar dan memasang ekspresi datar. "aku dimana?"

"UKS."

"Kok aku bisa ada di sini?" Tanya Kellisa dengan suara serak.

"Tadi kamu pingsan."

"Kamu yang bawa aku ke sini?"

"Iya."

Kellisa langsung terkejut, dia bangkit dari tidurnya. Duduk diatas ranjang, "Ya ampun, Gas. Maaf ya. Aku udah ngerepotin kamu. Kamu kan harusnya udah pulang malah jagain aku di UKS."

Sudut bibir Bagas terangkat, dia memalingkan mukanya sambil berkata, "Nggak papa."

Bagas berdiri, mengambil teh hangat yang dibuatkan Mbak Aulia tadi. Menyodorkannya ke arah Kellisa.

"Thanks ya, Gas."

Kellisa meminum teh hangatnya perlahan. "Kamu pulang aja. Aku dijemput Bang Trian kok."

"Kak Trian nggak bisa."

"Hah?" Kellisa kaget, hampir saja dia tersedak.

"Dia minta tolong aku, antarin kamu pulang."

Kellisa merasakan degupan jantungannya tak beraturan. Dia meminum teh hangatnya lagi. Tidak berkomentar soal Bagas yang akan mengantarnya pulang.

"Aku minta maaf, Gas."

"Soal apa?" Tanya Bagas. Kini mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Kellisa.

"Aku ngegas banget tadi pagi."

Bagas melirik Kellisa lewat kaca spion kirinya. "Oh, soal Derry?"

"Iya. Aku pikir kamu benar. Harusnya aku nggak usah terlalu dekat sama Derry."

"Hm. Tapi itu keputusanmu sih, Kel."

Bagus mendingan kamu nggak usah dekat-dekat sama player kayak dia. Batin Bagas.

"Gas. Aku boleh nanya nggak?" Kellisa mendadak gugup.

"Soal apa?"

Motor Bagas berhenti di lampu merah. Bagas menoleh ke belakang, membuat Kellisa menjaga jarak. Entah mengapa, melihat Bagas dari jarak dekat berbahaya bagi perasaannya.

"Kamu kenapa terlalu baik sama aku? Aku takut aku salah paham." Ucap Kellisa polos.

Bagas terkekeh geli.

Kellisa mengernyit tak paham. "Kamu kesambet, Gas?"

"Ehm." Bagas berdehem. Menetralkan suaranya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku, Gas."

Bagas menoleh ke depan, melajukan motornya dengan kencang membuat Kellisa terdorong ke depan dan memegang erat pinggang Bagas.

"Perasaanmu aja kali." Ucap Bagas dingin sedangkan dalam hati sibuk merutuki diri sendiri kenapa tidak berusaha jujur soal perasaannya.

Sementara Kellisa sibuk berasumsi dengan perasaannya sendiri.

***

"Tadi kok kamu bisa pingsan?" Tanya Trian dengan nada khawatir.

"Aku kecapean aja kok." Jawab Kellisa kemudian, dia merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

"Syukur, ada Bagas. Kalau nggak ada Bagas gimana?"

"Yaelah. Lagian aku kan nggak papa, Bang."

"Nggak papa apanya? Sampai pingsan gitu. Kamu lupa minum obat penambah darah ya?"

Kellisa hanya menyeringai. Trian duduk di tepi kasur. Mengacak rambut Kellisa dengan kasar.

"Jangan gitu lagi, Kel."

"Iya-iya. Btw, Abang tadi kemana sih?"

"Latian futsal. Maaf ya? Besok-besok kalau Abang latian futsal lagi, kamu sama Bagas aja ya pulangnya."

"Eh. Kok gitu?"

"Bagas itu baik, Kel. Kalau sama Bagas Abang percaya. Kalau sama si Derry Abang nggak percaya."

Kellisa berdecak sebal. Lagi-lagi orang-orang membahas Derry.

"Mukamu kenapa langsung cemberut gitu?"

"Mana ada."

"Kamu tuh suka apa benci sih sama Derry?"

"Ya, nggak tau."

"Coba sama Bagas aja. Kan Abang setuju jadinya."

"Hah? Apanya sama Bagas?"

"Nggak papa."

"Ish. Rese amat sih." Kellisa mencubit tangan kakaknya dengan keras.

"Ampun. Ampun." Trian berusaha menghindari cubitan Kellisa.

***

Diana turun dari motor Derry. Cewek cantik idaman satu sekolah itu berangkat sekolah bareng Derry. Kellisa yang baru saja diantar Trian lantas menoleh sebentar dan melewati mereka berdua begitu saja.

Ck, dasar buaya. Bisa-bisanya aku kemarin suka sama cowok model gitu.

"Ssst. Itu si Derry sama siapa tuh?"

"Diana. Anak kelas X-2."

"Cantik amat ya?" Tiara menimpali.

"Kell. Jangan suka sama Derry deh." Kata Dwi membuat Kellisa melirik ke arahnya.

"Nggak. Nggak. Sejak tau dari Yansen aku waspada kok."

Dwi dan Tiara mengangguk, "Kamu nggak patah hatikan?"

"Hm? Ngapain? Cih."

"Udah, Kel. Sama Bagas aja. Kami dukung."

"Ck, kalian apaan sih."

***

"Kamu denger nggak, Gas?" Ruro membuka pembicaraan saat dia dan Bagas sedang berada di ruang osis.

"Apaan?"

"Diana sama Derry. Pacaran. Wah gila aja tuh Derry. Kemarin-kemarin ngejer Kellisa sekarang udah dapat Diana aja."

"Kamu serius?" Mata Bagas membelalak tak percaya.

"Ya iyalah. Semua juga udah tau kali. Kalau Kellisa dimainin aja. Denger-denger dia taruhan sama teman-temannya. Kalau berhasil buat baper Kellisa dan bisa buat Kellisa suka sama dia. Mereka traktir Derry selama seminggu."

Rahang Bagas mengeras dan tangannya mengepal kuat, "Keterlaluan!"

"Iya, masih aja ada deh. Cowok kayak gitu. Kasian si Kellisa jadi korban PHP."

***

Kellisa duduk di bawah pohon rindang. Dia berada di taman belakang sekolah sekarang. Dia memeluk lututnya. Daun-daun yang jatuh diabaikannya.

"Aku pikir aku udah nggak suka sama Derry. Tapi kok lihat Derry sama Diana sakit ya?"

Kellisa mendongak. Merasakan pandangannya memburam. Matanya mulai basah.

"Kok aku bego banget sih? Harusnya sejak awal sadar dong kalau Derry itu cuman mainin aku. Sekarang dia udah jadian sama cewek lain. Aku kesel banget. Aku pengen mukul tuh cowok sampe babak belur, tapi aku siapanya sih?"

Kellisa terisak. Dia sengaja menghindar dari keramaian dulu karena ingin menenangkan hatinya.

Sebuah tangan mengelus lembut puncak kepalanya. Membuat Kellisa mendongak. "Bagas?" Panggilnya.

Bagas berdiri di depannya, tangannya menyodorkan air mineral ke arah Kellisa.

"Makasih, Gas." Kellisa mengambil air mineral tersebut.

"Kamu nggak papa?" Tanya Bagas, saat Kellisa sibuk menghapus sisa-sisa air matanya.

Kellisa tersenyum kecil. Matanya masih merah dan dia hanya menunduk dalam.

"Harusnya aku dengerin kamu saat itu, Gas." Lirih Kellisa.

Bagas duduk di samping Kellisa. Menatap lurus ke arah bunga-bunga mawar yang merekah.

"Aku emang bodoh, Gas."

"Nggak."

"Sejak awal aku tau, kalau sebenarnya Derry nggak mungkin suka sama aku. Buktinya selama satu tahun suka sama cowok itu. Dia nggak pernah ngajak aku jalan. Kok aku bego banget sih, Gas?"

"Nggak, Kel."

Kellisa terisak lagi, menutup wajahnya dengan tangan, "Aku malu sumpah."

"Udah nggak papa, Kel. Harusnya dia yang malu udah mainin kamu."

Kellisa mengangguk, dia menyenderkan kepalanya di bahu Bagas.

"Pinjem pundakmu bentar ya, Gas. Aku capek." Kata Kellisa seraya memejamkan mata.

***

Continua llegint

You'll Also Like

345K 40.1K 27
"𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒐𝒖𝒍𝒅 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌 𝒎𝒚 𝒉𝒆𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏 𝒕𝒘𝒐 𝒃𝒖𝒕 𝒘𝒉𝒆𝒏 𝒊𝒕 𝒉𝒆𝒂𝒍𝒔, 𝒊𝒕 𝒃𝒆𝒂𝒕𝒔 𝒇𝒐𝒓 𝒚𝒐𝒖" ...
478K 38.5K 19
Indian Chronicles Book III My Husband, My Tyrant. When Peace Becomes Suffocation. Jahnvi Khanna has everything in her life, a supporting family, a hi...
The Royal Chauhans Per Rivika

Literatura romàntica

368K 21.1K 40
The story continues to unfold, with secrets unraveling and new dangers lurking in the shadows. The Chauhan family must stay united and face the chall...
920K 83K 38
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...