I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]

By rethajk

320K 19.7K 383

Kiara Victora Lacynda, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang menjalani kejamnya kehidupan di dalam sebuah... More

#1 Kiara
#2 Charlie
#3 Istri?
#4 Iya atau iya?
#5 Moroi, Dhampir dan strigoi
#6 Gaun wanita
#7 Kita
#8 Menikah
#9 MIXED BLOOD
#10 MIXED BLOOD2
#11 Ada apa denganmu?
CAST
#12 Seandainya kita manusia
#13 Lamaran baru
#14 Hai, Hellen!
#15 Ingin Kiara
#16 Pergilah
#17 Kelepasan
#18 Harga diri Charlie
#19 Pagi
#20 Kau cantik, Kiara!
#21 Bayi?
#22 Gadis malam itu
#23 Maaf
#24 maaf(lagi)
#25 Rahasia besar
#26 Pergilah dengan tenang
#28 Pengkhianat
#29 Hukuman mati
#30 Hidup baru
#31 Theo Anthony
#32 penyesalan
#33 Balasan
#34 kembali
#35 Ozzy
#36 Sikap turunan
#37 Korban lagi
#38 Makhluk penuh dosa
#39 Aku kekasihmu
#40 Tinggal dan pergi
#41 kesendirian
#42
tanya
Season 2?

#27 Selamat datang

4.5K 312 0
By rethajk

Aku mengerti kesesakkanmu
Akan ku bagi nafasku untukmu
Tentu saja tidak percuma
Kau hanya perlu bersamaku untuk selamanya
Dan ku pastikan kau akan bernafas selama itu juga

16-11-2019

*****

Charlie POV

Rasa kecewa menyelimuti diriku. Sungguh, aku tidak pernah menyangka bahwa Evelyn tega melakukan ini. Aku memang tidak mencintainya sebagai kekasih, namun aku sangat mencintainya sebagai sahabat.

Entah apa yang membuatnya jadi seperti itu. Padahal aku ingat berul bahwa dia adalah vampir yang baik. Meski tindakan dan sifatnya keras, namun Evelyn yang aku kenal sejauh ini sungguh berhati baik.

Dadaku terasa sesak. Mendadak semua kenangan tentang Evelyn masuk secara bersamaan ke dalam kepalaku. Kenangan saat kami berlatih bersama, makan bersama, berburu bersama, hingga mencuri bersama.

Wanita itu tidak bersifat keras tanpa alasan. Keluarga angkatnya, Carl, mendorongnya untuk menjadi wanita yang kuat. Dia juga sering mendapat perlakuan kasar dari keluarganya, hingga tidak heran jika Evelyn ingin selalu berada di sisiku.

Dia sudah kesepian cukup lama, namun aku justru memanfaatkannya. Aku hanya memberi janji-janji padanya tanpa pernah menepatinya.

Tidak, aku tidak boleh merasa bersalah. Wanita itu pantas mendapatkan hukuman ini karena dia dengan sengaja ingin menyakiti Hellen dan calon anakku. Dia memang tidak pantas dikasihani.

Terkutuklah wanita itu!

Aku menarik napas panjang. Tadinya, setelah Evelyn lenyap, Hellen akan membaik, namun hingga saat ini dia masih terbaring lemah. Padahal Sudah berjalan 2 hari setelah lenyapnya Evelyn, tapi tidak ada peningkatan pada kondisi Hellen.

"Semua akan membaik, tenang saja" ucapku sambil membelai pipi Hellen. "Kau akan sehat sebentar lagi" lanjutku.

Aku tahu, kemungkinan kesembuhannya bahkan tidak sampai 1/10. Aku hanya mencoba untuk menghibur dirinya dan mungkin juga menghibur diriku sendiri. Aku lelah, aku kesal karena tidak bisa melakukan apa pun hingga saat ini.

"Kau terlihat cantik, Hellen. Aku akan sangat bahagia jika anak kita mirip denganmu nanti"

Hellen tersenyum tipis. Dia kemudian menggenggam tanganku dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah buncit. Saat itu pula, dadaku terasa sesak. Aku sungguh tidak ingin Hellen pergi.

Jasamu sangat besar untukku, Hellen dan aku berterima kasih banyak untuk itu.

*****
K

iara POV

"Kapan kau akan memberitahunya? Ini berita besar, Kiara" ujar Palet antusias.

Aku tertegun, kemudian mengangkat bahuku.

"Jangan menunggu terlalu lama. Kau harus segera memberitahunya. Charlie pasti bahagia mendengarnya" ucap Palet sambil tersenyum.

Palet kemudian berjalan menuju kamar Hellen. Aku mengekorinya dari belakang sambil memikirkan perkataannya tadi. Aku juga tanpa sadar mengelus perutku yang rata.

Aku hamil. Aku sangat senang saat mengetahuinya. Itu juga menjadi alasan kenapa belakangan ini aku merasa seperti orang lain. Aku sering melontarkan kalimat yang tajam, bahkan menjadi pemarah. Ah, itu mengingatkanku kepada ucapan Hellen beberapa bulan lalu, 'kalau bayi vampir, bahkan dalam 1 minggu sifat sang bayi sudah dapat diketahui dari sikap ibunya'.

Ya Tuhan, apa anakku akan menjadi orang yang pemarah dan kejam?

Ah, aku tidak boleh khawatir tentang itu sekarang. Kesehatan Hellen belum membaik. Lagi pula, aku bisa mendidik anakku dengan baik nanti, aku tidak akan membiarkan dia memiliki sifat buruk.

Aku dan Palet masuk ke ruangan Hellen. Disana, aku melihat Charlie dengan wajah sedih sedang mencium pucuk kepala Hellen. Cemburu? Tidak, aku menyayangi Hellen bak adikku sendiri, jadi untuk apa cemburu?

"Kalian akhirnya datang" ujar Charlie sambil tersenyum.

Walau dia tersenyum, namun aku dapat melihat kesedihan dimatanya. Ini memang saat-saat terburuk bagi Charlie. Dia dikhianati Evelyn dan melihat Hellen yang terbaring lemah.

Charlie melangkah mendekat padaku. Dia kemudian memelukku lalu mengajakku keluar dari ruangan ini. Syukurlah, dia memberi waktu untuk Hellen dan Palet. Jadi, mereka bisa menghabiskan waktu berdua.

"Kau lapar?" tanyaku sambil terus melangkah beriringan dengan Charlie.

"Kiara, aku sangat lapar. Bahkan karena terlalu lapar, aku bisa memakanmu saat ini juga"

Aku langsung menoleh padanya dengan mata yang menyipit. Sedang Charlie justru terkekeh sambil merangkul pinggangku. Jujur, sedikit kesal saat mendengar ucapannya tadi, namun setelah melihat dia tertawa, perasaanku mendadak menghangat. Aku bersyukur dia masih bisa tersenyum.

"Ayo makan" ajakku sambil menarik tangannya agar berjalan lebih cepat.

"Memakanmu? Sungguh, aku boleh melakukannya?"

"Bukan makan aku!" ketusku sambil memampar wajahnya.

Charlie mengaduh dan meringis kesakitan. Dia kemudian menatapku tidak percaya. Ya Tuhan, aku tidak bermaksud memukul kepalanya. Ah, tamatlah riwayatku sebentar lagi...

"Kiara, apa ini bentuk balas dendam karena dulu aku suka menamparmu?" tanya Charlie dengan ekspresi melongo.

"Ah, Charlie, aku tidak sengaja melakukannya..." ucapku sambil mengelus pipi Charlie.

Astaga, anakku, apa yang kau lakukan? Kenapa menampar ayahmu sendiri? Apa benar kau ingin membalaskan dendam ibumu?

"Kemari, Kiara. Aku akan baikan jika menjilat pipimu"

Aku hanya bisa melongo saat mendengar perkataan Charlie. Aku diam membiarkan dia menjilat pipiku sekilas. Charlie tersenyum penuh kemenangan sambil mengelus pucuk kepalaku.

Charlie memudarkan senyumnya. Dia kemudian menoleh ke samping kirinya, yaitu ujung lorong, lorong yang buntu. Aku yang penasaran melihat ekspresiny langsung mengikuti arah pandangannya.

Kami melihat bayangan seorang wanita disana. Entah apa yang dilakukannya di tempat remang-remang itu. Itu membuat kami penasaran dan berjalan mendekat ke sana. Tak di sangka, pemilik bayangan itu juga mendekati kami.

"Kiara, Yang Mulia Raja, apa yang kalian lakukan disini?" tanya Zycka

"Ah, kau membuat kami terkejut" kataku sambil mengelus dada. Sungguh, mengapa Zycka ada di lorong buntu ini sendirian. Apa lagi dengan cahaya yang redup. Itu sedikit menakutkan.

"Benarkan, Charlie?" tanyaku sambil menoleh pada Charlie.

"Aku tidak terkejut" jawab Charlie dengan pandangan fokus ke arah Zycka.

Aku sedikit heran saat melihat bagimana cara Charlie memandang Zycka. Itu agak aneh.

"Ayo, Charlie. Kau lapar, kan?" ajakku sambil menggandeng lengannya. "Kami duluan ya, Zycka".

"Tunggu, Kiara. Mungkin Zycka juga ingin ikut makan bersama kita"

"Apa?" tanyaku tidak percaya.

"Tidak, Yang Mulia. Saya sudah makan beberapa jam yang lalu" tolak Zycka dengan tersenyum tipis.

"Walau begitu, ikut saja dengan kami, Zycka. Kiara tidak akan keberatan"

"Tidak, Yang Mulia. Saya tidak ingin mengganggu waktu kalian"

"Sungguh, aku dan Kiara akan senang jika kau mau ikut. Ikutlah dengan kami"

Aku menoleh pada Charlie dengan pandangan tak percaya. Aku heran, kenapa Charlie terdengar sangat ingin Zycka ikut bergabung bersama kami. Apa lagi, nadanya terdengar memaksa.

"Ini perintah, Zycka. Ikutlah dengan kami" ucap Charlie dengan ekspresi dingin.

Aku yang terkejut dengan ekspresinya langsung menggenggam erat tangannya. "Charlie, dia tidak ingin ikut. Ayo kita pergi saja. Aku sungguh lapar saat ini"

Charlie tersenyum memandangku, kemudian dia balik menggenggam tanganku. Kami berjalan meninggalkan Zycka yang masih mengulas senyum tipis di wajahnya.

Jantungku berdetak kencang saat ini. Aku benar-benar penasaran kenapa Charlie bersikap seperti tadi, namun di balik itu, aku juga takut pada wajah dinginnya. Sudah lama dia tidak memasang ekspresi seperti itu dan itu membuatku khawatir.

aku dan Charlie kembali melangkah tanpa menoleh ke Zycka. Kami saling menggenggam tangan satu sama lain. Charlie juga tersenyum sambil melirikku sesekali.

*****

Dua hari sudah Charlie tidak bersamaku. Ah, ini bagai neraka. Aku kesepian.

Dua hari lalu, dia pergi untuk mengurus perbatasan kerajaan kami. Charlie bilang, itu tidak akan lama, namun hingga saat ini, dia belum kembali.

Oh iya, ada kabar baik. Hellen mulai membaik selama 2 hari ini dan hari ini adalah hari persalinannya. Semua vampir di istana sangat antusias, terutama Palet. Wajahnya terus saja berseri-seri. Walau anak yang dikandung Helen bukan anaknya, namun dia yang paling antusias disini.

Aku menunggu di luar kamar Hellen bersama Palet. Aku sangat khawatir, namun Palet terus meyakinkanku bahwa persalinannya akan berlangsung lancar.

Paman James dan bibi Hoisa pergi beberapa hari lalu. Mereka bilang, mereka ingin hidup normal di dunia manusia. Mereka bahkan tidak memberikan kami alamatnya dengan alasan ingin menjauh dari dunia immortal. Tentu saja Charlie sudah merayu mereka, namun paman dan bibi tetap teguh pada pendiriannya. Sedang Palet, dia memiih menetap disini. Dia bilang, selama Charlie belum mengetahui tentang hubungan terlarangnya, dia tidak ingin jauh dari Hellen.

Tiba-tiba, pintu kamar Hellen terbuka. Menampakkan seorang vampir wanita yang kami percayakan untuk membantu Hellen bersalin. Dia tersenyum sambil melangkah mendekat padaku.

"Perempuan" katanya.

"Ini melegakan, namun dimana suara tangisannya?" tanyaku panik sambil memandang Palet dan wanita itu bergantian.

"Apa ada kelainan padanya? Kenapa dia tidak menangis? Mana tangisannya?" tanyaku semakin panik.

"Kiara, bayi vampir tidak menangis di hari kelahirannya" jawab Palet sambil menahan tawannya.

"Tuan, bisakah anda menjaga bayinya?" tanya wanita itu.

Dari yang aku dengar, ada sebuah adat untuk keturunan moroi, yaitu bayi yang baru lahir tidak boleh se-ruangan dengan ibunya, entah apa alasannya.

Palet kemudian memasuki kamar Hellen untuk mengambil bayinya. Tidak lama, Palet kemudian keluar dari sana dengan bayi perempuan di gendongannya. Bayi perempuan dengan mata cokelat dan kulit putih pucat. Dia mirip Hellen.

"Ah, anakku cantik sekali. Selamat datang, putri kecil ibu" ucapku sambil mencium gemas bayi yang ada di gendongan Palet.

"Dia mirip Hellen, kan? Dia sangat cantik" ujar Palet sambil tersenyum.

"Hormat saya pada Yang Mulia Ratu. Nona Hellen ingin berbicara empat mata dengan anda" ucap seorang pelayan yang baru keluar dari kamar Hellen.

.
.
.
Ayo Vote!

Continue Reading

You'll Also Like

171K 8.9K 12
(M/n) komori adalah kakak dari yui komori. Saat yui di kirim kerumah sakamaki bersaudara untuk di jadikan pengantin wanita. (M/n) di suruh ayahnya un...
2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
13.9K 1.2K 11
Mansion vampire penuh darah manusia. kelalaian manusia yang datang ke mansion itu akan tiada tanpa kata kata yang keluar dalam mulutnya. sang vampire...
547K 41.3K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...