New World [REVISI]

By Fajari0305

102K 8.3K 317

Sequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia... More

Pengumuman
Prolog
1. Perisai?
2. Lelaki Sialan
4. Bisikan?
5. Siapa Yang Datang?
6. Penentuan Kelas
7. Kelas Macam Apa Ini?
8. Perubahan Apa Lagi?
9. Perubahan Selanjutnya
10. Kebahagiaan Bersama
11. Rambut Palsu?
12. Mengendalikan
13. Perpustakaan
14. Kilasan Masa Lalu?
15. Tidak Ada Perubahan Lagi?
16. Magnet
17. Bintang Aquarius
18. Bule Kesasar
19. Suka?
20. Frustasi
21. Bakat
22. Benda Kecil
23. Belajar
24. Di Mana?
25. Perpisahan
26. Monster Jelek
27. Siapa Mereka?
28. Mimpi Buruk
29. Sekarat?
30. Kaki Tangan
31. Terjatuh
Epilog

3. Monster Es?

3.6K 303 6
By Fajari0305

"Bakpia, tadi lo pas upacara ke mana, sih? Kok gue nggak ketemu lo?" tanya Teman Musuhku itu.

Ya jelas nggak ketemulah, akunya aja ditarik ke belakang sama Lelaki Sialan itu. Terus juga dengan bodohnya, aku malah barisnya di belakang.

Ish!

"Hei, gue dikacangin, nih?"

"Ck! Gue tadi ditarik ke belakang sama OSIS sialan itu!" gerutuku.

"Eh? Serius, lo? Fia, ini baru aja hari pertama lo masuk sekolah, dan lo udah bikin masalah?" ucap teman baruku yang bernama Lulu.

"Udah kena berapa pelanggaran lo?" tanya temenku yang bernama Indah.

Mereka belum menjadi temanku sepenuhnya, karena aku termasuk orang yang pilih-pilih untuk mencari teman dekat. Biasanya aku membedakan antara teman biasa dan teman dekat itu dengan memberinya julukan yang kumau.

Bisa saja, sekalinya aku nggak suka sama orang, aku juga bisa saja memberinya julukan, seperti Lelaki Sialan itu. Karena dia songong dan menyebalkan, jadi aku memberikan julukan benciku padanya.

"Tiga ... mungkin?"

"Kok mungkin?" tanya Teman Musuhku.

"Karena yang ketiga itu nggak jelas. Dia minta ke gue untuk menuruti apa katanya, awalnya gue jelas nolak, dong. Kan nanti kayak babu kesannya. Tapi, karena gue sayang sama point gue, jadi gue turutin aja maunya Lelaki Sialan itu."

"Lelaki Sialan?" tanya Indah.

"OSIS-nya cowok, Fia?" tanya Lulu.

"ENGGAK, OSISNYA PEREMPUAN, KOK!" Ingin sekali kuteriaki ke dirinya begitu jika saja ini bukanlah kantin.

"Cowoklah, bego! Kan tadi dia udah ngasih julukan 'Lelaki Sialan' jadi pasti cowoklah!" ucap Teman Musuhku sambil menoyor kepala si Lulu yang cerdasnya minta ampun.

"Cek, cek ... oke, di sini gue akan menyanyikan satu lagu spesial."

Aku tersentak. Itu, kan suaranya Lelaki Sialan itu. Kok dia ...? Ahahaha, kayaknya pendengaranku sedikit rusak, deh. Nggak mungkin dia, kan?

Karena penasaran dengan pemilik suaranya, aku pun menoleh ke belakang. Ternyata, yang tadi berbicara itu memang Lelaki Sialan itu. Ish! Kenapa dia selalu ada di mana-mana, sih?

Tadi dia tiba-tiba saja masuk ke kelasku dan menjadi kakak pembina kelasku. Padahal aku sangat yakin awalnya dia tidak menjadi pembina di kelasku, tapi kelas lain.

Sekarang, dia berada di kantin yang sama denganku. Hei, kantin itu ada dua! Kenapa dia tidak di kantin satunya saja, sih? Kan banyak juga lelakinya, kenapa tidak di sana aja, coba?

"Karena lagunya spesial, jadi untuk orang yang spesial juga."

Cih! Apa dia mau menyanyikan lagu untuk perempuan yang tadi mengataiku 'murahan' itu, eh? Hahaha! Pasti dia.

Kelihatannya, pandangan Lelaki Sialan itu seperti sedang mencari seseorang di kantin ini. Ah, percuma saja dia mencari perempuannya  itu. Perempuannya  sedang tidak ada di sini. Tadi aku melihatnya jajan di kantin sebelah, makanya harusnya tadi dia ke kantin sebelah aja.

Lalu tiba-tiba saja pandangannya berhenti padaku.

Eh?

Hahaha, Kuyakin ini salah. Dia pasti tidak sedang menatapku. Pasti dia sedang menatap orang yang berada di belakangku, kan? Hahaha, aku tahu!

Karena penasaran, aku mencoba untuk menoleh ke belakang. Ternyata, tidak ada siapapun. Sungguh, tidak ada siapapun! Teman-temanku sudah pada pindah ke depan bersama dengan kumpulan perempuan lainnya.

Lalu ... apakah dia sungguhan menatapku?

Hahaha, tidak mungkin! Pasti mataku salah, deh. Pasti mataku tuli, nih.

"Kalian beruntung orang spesialnya ada di sini."

Deg!

Mampus!

Siapa orang spesialnya itu?

Aku kembali menatap Lelaki Sialan itu. DIA MASIH MENATAPKU! HUAAA ... DIA INI KENAPA, SIH?! JANGAN BIKIN GUE KEGEERAN GITU, DONG!

Hufftt ... tenang, Fia. Tenang ... okeh? Jangan emosi dulu. Pasti Lelaki Sialan ini bukan menatapmu, Fia. Dia pasti menatap seseorang yang berada di depanmu itu, bukan dirimu. Yah, pasti yang di depanmu.

"SIAPA ORANG SPESIALNYA ITU?" teriak salah satu siswi paling depan.

Lelaki itu tersenyum manis. Hahaha, kurasa mataku benar-benar menipuku. Dia bisa tersenyum begitu? Yang benar saja?! Tidak mungkin!

Hahaha, kok mataku jadi aneh gini, ya? Atau akunya yang aneh? Hahaha, tidak mungkin!

"Dia ...."

Lelaki itu terkekeh geli.

HAHAHA! DIA BAHKAN BISA TERKEKEH GELI BEGITU! JADI ... TADI ITU DIA BENERAN SENYUM, HEH?

"Dia unik."

"Unik bagaimana?" sahut siswi lainnya.

Oke, cukup! Kok aku jadi deg-degan gini, sih?! IH APAAN, SIH?! NGGAK BOLEH DEG-DEGAN, AH POKOKNYA! INI MASIH AWAL CERITA, NGGAK BOLEH BAPER-BAPERAN DULU!

"Dalam sehari, dia udah melanggar tiga peraturan sekaligus. Dia unik."

TUH, KAN! DIA NYINDIR GUE!

AWAS LO LELAKI SIALAN! SETELAH TURUN DARI PANGGUNG SANA, LO NGGAK AKAN SELAMAT! GUE BAKALAN ROBEK MULUT BERBISA LO ITU LALU MEMBAKAR LO DI PENGGORENGAN, ABIS ITU GUE KASIH KE KUCING JALANAN! BIAR TAU RASA, LO!

Lalu dengan polosnya Teman Musuhku, Lulu, dan Indah menoleh ke arahku. Hahaha, dan aku hanya bisa tersenyum miris. Hanya mereka bertiga, Lelaki Sialan, dan aku yang tahu di sekolah ini siapa orang spesialnya  itu. Jadi, aku harap mereka mau mengunci mulut embernya itu supaya tidak menyebut namaku.

Ah, aku tidak percaya, deh pada mereka. Lalu, apa aku harus mengubah namaku di kartu keluarga dan akte kelahiran?

Tapi aku harap, sih beneran bukan aku orangnya. Tapi, kalau bukan aku, lalu siapa?! Jelas-jelas tadi yang selalu bersamaku ketika menjalani hukuman di barisan ... apa ya namanya? Pokoknya barisan khusus si anak pelanggar itu hanyalah LELAKI SIALAN ITU!

Dia selalu bersamaku sampai upacara benar-benar selesai. Maksudku, sampai anak-anak dibubarkan. Jadi, SIAPA ORANG SPESIALNYA SELAIN AKU, SEDANGKAN DIA SELAMA UPACARA SELALU BERSAMAKU?!

"Dia sungguhan melanggar tiga peraturan dalam sehari?"

"Kelas sepuluhkah?"

"Siapa namanya?"

"SEBUT SAJA NAMANYA!"

Terkutuklah untuk suara yang paling keras itu. Suara itu benar-benar membuatku sangat, sangat, sangat kesal di pagi yang cerah ini.

"Namanya? Kalian beneran mau gue sebut nama orang spesialnya itu?"

"IYA!"

Hahaha, pengkhianat!

Sialan!

Terkutuk!

Keparat!

Manusia!

"Sayangnya ... gue nggak tau namanya."

GOTCHA!

HAHAHA!

BERUNTUNG TADI PAGI AKU NGGAK NGASIH TAU NAMAKU PADANY—

"Tapi gue tau orangnya, kok. Kan dia ada di sini."

Miris sudah nasibku. Aku berbalik arah membelakanginya. Pura-pura tidak dengar kalau ada yang ingin bernyanyi di sini.

Terkutuklah untukmu Lelaki Sialan!

Nggak mau menanggung malu lama-lama, mending cabut, ah.

Dengan secepat kilat, aku berlari meninggalkan kantin ini. Bodohnya, suara lariku terdengar ke seluruh penjuru kantin ini. Ih, sepatu apaan, sih ini?! Kok dibawa lari suaranya mendadak besar, gitu?

Bodo amat, deh. Semoga mereka nggak denger langkah larianku tadi.

Karena masih lapar, aku mampir ke kantin satunya. Baru saja masuk ke kantin, seluruh orang-orang di sana langsung menatapku.

Hahaha, mereka sesensitif itu, ya kalo ada perempuan yang pertama kali dateng ke sini?

Hening.

Kok jadi tegang gini, sih suasananya?

Lho, lho!

Kok mereka menyeringai gitu, sih?!

Aku langsung melangkah mundur ke belakang pelan-pelan. Namun tiba-tiba saja ada sosok lelaki datang dan berdiri di depanku seolah melindungiku.

Ini ada apaan, sih? Kok kesannya aku kayak lemah gini, sih?!

"Kamu nggak lemah," bisik lelaki di depanku ini.

Eh?

"Dalam hitungan ketiga, kamu harus lari dari sini sejauh yang kamu bisa. Tapi jangan sampai keluar sekolah. Paham?!"

Ha?

Dia tadi nyuruh aku, apa?

Kok aku jadi bego gini?

"Satu."

Bagus, dia mulai menghitung, sedangkan aku menjadi panik sendiri. Dia nyuruhku melakukan apa tadi?!

"Dua."

Pasrah sudah. Seketika seluruh tubuhku serasa lemas semua.

"Tiga!"

"LARI, ASHA!"

Baiklah aku tidak tahu dia memanggilku apa, yang penting aku menuruti perintahnya untuk lari. Tapi, lari dari apa? Di sana aku hanya melihat banyak laki-laki. Itu saja. Tapi, kok malah disuruh lari sampai begini, sih?

Aku nggak tau alasan dia memberitahuku lari untuk apaan, yang pasti aku hanya lari sebisaku. Aku berlari menuju kelasku.

Brrak!

"Ayam goreng!" latah seseorang.

"Hah ... haahhh ... haaahhhhhh ...."

Aku langsung terduduk begitu saja di ambang pintu. Tubuhku benar-benar terasa lemas semua. Keringat dingin dan keringat kelelahan mulai bercampur menjadi satu. Aku terengah-engah.

"Fia? Lo kenapa? Habis lari marathon?" tanya Rizal.

ENGGAK! GUE HABIS DIKEJAR SAMA HANTU NENEK GAYUNG, TADI. BISAAN, KAN?

"Ckckck! Bukan begitu caranya, Zal. Sini, gue tunjukin," ucap Jino yang tiba-tiba aja udah ada di depanku.

Aku siap-siap untuk menonjoknya kalo sewaktu-sewaktu dia menyentuhku.

"Tenang, Fia. Gue nggak akan ngapa-ngapain lo, kok."

Lalu si Jino tiba-tiba aja menyodorkan sebotol air putih dingin padaku. Eh? Ah, kalo gini patut dicurigai, nih.

"Nih, buat lo. Lo pasti haus, kan?" tanya Jino padaku.

Aku menatap curiga padanya. Siapa tahu dia menaruh obat atau racun berbahaya di botol minumnya, kan? Jadi harus waspada.

"Yaelah, Fia. Gue nggak naroh apa-apa, kok di dalemnya. Minumannya dijamin aman damai. Janji, deh."

Langsung saja aku merebutnya dan membukanya. Ternyata benar, botolnya saja masih tersegel, bagaimana mungkin dia menaruh racun ke dalamnya?

Lalu aku langsung meminum airnya dan meneguknya hingga setengah. Kemudian nafasku kembali terengah.

"Ampun, deh, Fia. Lo habis lari marathon atau lari dikejar zombie, sih? Kenapa minumnya nggak lo abisin aja sekalian?" tanya Rizal.

"Ck! Gue capek, nih! Tadi ada kejadian aneh banget! Sumpah gue nggak bisa mikir apa-apa tadi!" ucapku.

"Emang kenapa, sih? Ada apa? Cerita coba, cerita," tuntut Jino.

"Tadi, kan gue ke kantin yang banyak lelakinya, tuh. Nah abis itu, mereka semua langsung diem pas gue dateng. Ya, gue kaget, dong kalo kayak gitu. Abis itu tiba-tiba mereka menyeringai gitu ke gue, terus tiba-tiba ada lelaki di depan gue. Kayak ngelindungin gue gitu. Trus dia nyuruh gue lari. Ya gue nurut, yaudah gue lari. Meskipun gue nggak tau, sih kenapa disuruh lari," jelasku yang sengaja melewati bagian ketika lelaki itu memanggilku dengan sebutan apa, tadi? Asha?

Di antara keduanya, yang ekspresinya cukup berlebihan adalah Jino. Rahangnya sampai terlihat mengeras begitu. Dia kenapa, sih?!

Lalu tiba-tiba aja dia udah mencengkram kedua bahuku dengan erat. Itu membuatku meringis dan bersiap ingin menonjoknya.

"Tidak, sebentar saja Fia, sungguh! Dengarkan aku!" titahnya yang sepertinya menurutku itu penting.

Aku pun menurut padanya. Aku diam mendengarkan.

"Lo harus hati-hati kali ini! Nggak setiap saat si Monster Es lo itu harus melindungi lo."

Ha?

Pendengaranku buta, ya?

****

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 82.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
44.1K 2.5K 34
It's not easy to hide a relationship. ©2020, klabtt.
38.9K 4K 49
Apa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa la...
1.2M 91.4K 36
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...