Love dulu buat part ini ♥️
***
Kamu adalah rumah tempatku kembali. Karena bersama denganmu surga terasa di dekapanku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun merenggut surgaku dan juga surga untuk anak-anakku.
-
-
Arsena jongkok di samping Afiqah. Selepas pulang dari rumah sakit dan meminta izin satpam untuk mengambil bunga, mereka langsung menanam bunga itu di halaman depan Arsena. Rumah yang memiliki kebun kecil yang memang sudah terdapat beberapa bunga seperti anggrek bulan, mawar merah, dan beberapa bunga lainnya.
Afiqah nampak senang menanam bunga tersebut. Apalagi melihat bunganya berjejeran dengan bunga-bunga lainnya. Rumahnya seperti surga yang dipenuhi dengan aneka bunga.
"Cuci tangan dulu yuk." Ajak Arsena melihat tangan mereka kotor karena tangan. Afiqah menurut bahkan disaat Arsena dengan dengan overprotektif menuntun Afiqah ke dekat kran.
Pria itu berdiri di belakang Afiqah dengan posisi seperti memeluk gadis itu dari belakang, apalagi mereka membungkuk karena posisi kran yang rendah. Hal itu membuat Afiqah menelan ludah gugup, badan mereka begitu erat menempel satu sama lain. Ia bisa merasakan dada bidang Arsena yang hangat menempel dengan punggungnya.
Tangan Arsena dengan terampil menyalakan kran lalu membantu Afiqah mencuci tangan. Bahkan menyabuni tangan gadis itu, dan menggosoknya. Afiqah terpaku dengan sikap Arsena yang menurutnya berlebihan. Ia itu hanya hamil bukan sakit. Tapi Arsena tidak pernah membiarkannya melakukan hal-hal itu sendiri. Padahal ia bisa melakukan semua ini sendiri tapi pria itu malah memperlakukannya seperti anak kecil. Bukannya ia tidak suka, hanya saja jantungnya tidak terbiasa harus berdebar. Sedangkan Arsena nampak biasa saja melakukan itu berbeda dengan dirinya yang masih belum terbiasa dengan keintiman yang pria itu ciptakan.
Afiqah menatap Arsena dari samping. Pria itu tampak serius membersihkan tangannya bahkan menggosoknya ke sela-sela jari tanpa terlewat sedikitpun. Merasa diperhatikan Arsena mengalihkan tatapannya ke Afiqah. Mereka saling menatap dalam satu sama lain. Kening Arsena berkerut seakan tidak mengerti maksud dari tatapan Afiqah tanpa mematikan kran air.
"Ada apa dek?" Tanya Arsena bingung, melihat istrinya menatapnya begitu dalam. Afiqah menelan ludah, pipinya bersemu malu.
"Ah itu mas,"
"Apa?" Tanya Arsena bingung, namun bukannya mendapat jawaban. Ia malah mendapat cipratan air dari gadis itu.
"Aishhh... Gadis nakal..." Keluh Arsena tak kala Afiqah tidak henti mencipratkan air ke wajahnya. Gadis itu tertawa melakukan itu apalagi melihat wajah Arsena yang ia ciprati.
"Hahahaahhaa." Melihat wajah Arsena yang sengsara Afiqah tertawa. Arsena berdecak kemudian ikut menyiram air ke wajah Afiqah. Hal itu membuat Afiqah diam karena terkejut. Wajahnya berubah menjadi kesal, bibirnya mengerucut tak suka. Gadis itu langsung berdiri dan berbalik badan dari arah Arsena.
"Ihh curang..." Ujar Afiqah kesal. Karena Arsena menyiramnya disaat ia sedang tertawa. Gadis itu tertawa melakukan itu apalagi melihat wajah Arsena yang ia ciprati.
Arsena menghela napas, kemudian mematikan kran. Pria itu berdiri di belakang Afiqah. Kemudian membalikkan badan gadis itu ke arahnya.
"Kamu marah dek sama mas."
"Mas Arse nyebelin."
"Mas memang nyebelin kok."
"Mas Arse jahat."
"Iya Mas yang jahat dek."
"Mas Arse jelek."
"Yakin mas Arse jelek?" Tanya Arsena sambil mengedipkan matanya ke arah Afiqah. Hal itu membuat pipi Afiqah merona malu. Karena Arsena nampak mempesona di matanya. Pria itu terlihat menawan dan membuatnya berdebar.
"Iihhh, mas Arse sukanya gitu." Rajuk Afiqah.
"Kamu haus tidak mas buatin minum mau?" Tanya Arsena mencoba mencari pembahasan lain.
"Mau." Afiqah mengangguk menjawab pertanyaan Arsena.
"Duduk dulu, mas buatin bentar di dapur." Kemudian pria itu menuntun Afiqah untuk duduk di salah satu kursi di taman kecil itu. Kemudian Arsena masuk ke dalam rumah untuk membuatkan Afiqah minuman. Pria itu tidak ingin Afiqah kecapean. Gadisnya sedang hamil, dan ia tidak ingin Afiqah sakit seperti kemarin.
Afiqah menatap bunga mawar itu sambil tersenyum-senyum sendiri. Hari ini sungguh indah, melakukan hal-hal kecil bersama Arsena. Ternyata benar cinta itu sederhana tidak serumit yang ia kira dulu. Disaat ia masih menyukai Andreas.
"Afiqah." Panggil seseorang.
Suara itu membuat Afiqah menoleh. Ia terkejut mendapati Andreas di hadapannya. Tanpa sadar Afiqah berdiri dari duduknya. Ia tidak menyangka jika Andreas akan menemuinya. Padahal ia sudah mencoba mengabaikan pria itu untuk tidak membalas pesannya. Kenapa pria itu ada di sini? Bukannya Andreas ada di rehabilitasi?
Andreas mendekat lalu memeluk Afiqah. Mendapat pelukan itu Afiqah berusaha memberontak, tapi justru sebaliknya Andreas menahan gadis itu.
"Lepas..."
"Sekali ini saja, biarkan aku memelukmu setelah itu aku tidak akan lagi mengganggumu." Afiqah hanya diam, tubuhnya bergetar kaku, ia takut jika ia melawan Andreas akan melukainya seperti dulu, masih terekam jelas di ingatannya bagaimana peristiwa disaat Andreas melukai pipinya dengan pisau.
Walau dihatinya merasa bersalah kepada Arsena. Namun itu hanya berlangsung beberapa detik. Karena Arsena datang dan menerjang Andreas. Pria itu menarik Afiqah untuk berada di belakangnya.
"Ada perlu apa kamu kesini? Siapa yang mengizinkanmu kesini? Dan siapa yang mengizinkanmu menyentuh milik saya? Apa kamu lupa dengan ucapan terakhir saya?" Desis Arsena tidak suka melihat Andreas.
"Aku kesini karena merindukan Afiqah, begitupun pelukannya." Andreas tidak mengerti jika ucapannya itu membuat Arsena emosi.
Arsena menarik kerah kemeja Andreas lalu meninju rahangnya dengan kencang hingga keluar darah dari sudut bibirnya. Ia tidak suka jika ada yang menyentuh miliknya apalagi merindukan istrinya. Hanya dia yang boleh melakukan hal itu.
"Asal kamu tahu saya tidak akan membiarkan istri dan anak saya di rebut olehmu." Jelas Arsena.
Andreas yang mendengar itu berdiri dengan kaku. Jadi Afiqah hamil, hati Andreas tertikam seketika. Bahkan disaat ia baru ingin memulai harapannya sudah hancur begitu saja.
"Kamu boleh mencintai siapapun, kecuali Afiqah. Karena dia adalah milik saya. Dia My-Mate." Tegas Arsena sambil memeluk Afiqah.
Sambil menyeka darah di sudut bibirnya Andreas pergi tanpa suara meninggalkan mereka. Rasanya harapan yang ia bangun hancur sudah.
****
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Arsena khawatir. Pria itu menuntun Afiqah untuk duduk lalu membantu istrinya untuk minum teh hangat yang telah ia siapkan.
"Maaf." Ujar Afiqah disaat selesai minum.
"Kenapa harus minta maaf? Kamu tidak salah."
"Tadi Afi membiarkan Andreas memeluk Afi."
Arsena bersimpuh di depan Afiqah mensejajarkan badannya dengan gadis itu, lalu tangannya memegang bahu Afiqah lembut.
"Mas percaya sama kamu, kamu tidak akan mengkhianati mas. Bahkan mas bisa melihat tubuh kamu bergetar kaku ketakutan di peluknya. Berbeda jika dipelukan mas, mau coba?" Belum sempat Afiqah menjawab. Arsena sudah lebih dahulu memeluknya.
"Hangat dan nyaman bukan rasanya?" Tanya Arsena.
Afiqah mengangguk malu-malu menjawab itu. Kemudian Arsena melepaskan pelukan itu. Memegang bahu Afiqah dan menatapnya dalam-dalam.
"Bagi mas, kamu adalah rumah tempat mas kembali. Karena bersama denganmu surga terasa di dekapan mas saat ini. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun merenggut surgaku dan juga surga untuk anak-anakku.." Ucap Arsena sambil menangkup wajah Afiqah.
Mendengar itu Afiqah langsung mengecup bibir Arsena cepat.
"Sayang mas Arse."
"Mas juga."
"Kalau besok masuk sekolah maukan?" Pinta Arsena yang tiba-tiba mengingat janjinya pada ayah Afiqah agar anak gadisnya tidak kehilangan masa mudanya. Meski sekolahnya tidak ada pelajaran lagi, tapi ia hanya istrinya tidak menyendiri dan tertekan di rumah. Afiqah mengangguk menjawab itu.
****
Follow Instagram @wgulla_ atau @arse_fa
Love you ♥️
gimana part ini?
spam next di sini!
1000 komen ya guys
Yuk Follow Instagram @wgulla_
Atau @arse_fa
Ada yang mau disampaikan ke Arsena?
Ada yang mau disampaikan ke Afiqah?
-