Distance [JenoxRenjun] ✔

By injeolmiiiiiiiiii

163K 22K 2.5K

I love you just the way you are, Lee Jeno. ©injeolmiiiiiiiiii, 2019 More

intro
1. meet Choi Renjun
2. new rules
3. hoodie boy
4. meet Lee Jeno
5. beautiful day
6. chance
7. Choi Renjun
8. dinner
9. go
10. miss you
11. allergy
open me
12. visit
13. heartbeat
14. failed date
15. hang out
16. gift
17. the incident
18. closer
19. shit
20. thanks, Renjun
21. official (END)
outro ; bonus chapter

special chapter : Mark - Haechan

5.9K 755 85
By injeolmiiiiiiiiii

Latar waktu chapter ini : tingkat pertama SMA

Jadi mereka semua itu sekarang tingkat kedua. Dan itu semester baru tingkat dua diawal cerita. Mark tingkat tiga. Jisung tingkat pertama.







Haechan saat ini tengah memandangi seseorang yang terlihat sedang memainkan gitarnya di taman belakang sekolah.

Ia tidak sekali dua kali melihat lelaki itu memainkan gitarnya.

Ini sudah minggu ke tiga Haechan memandang atau lebih tepatnya menguntit lelaki berambut hitam yang selalu memainkan gitarnya pada jam istirahat.

"Ganteng banget ya ampun." Haechan bergumam sambil menahan pekikan.

Saat sedang asyik menikmati alunan nada yang diciptakan dari senar gitar yang dipetik dengan ahli oleh lelaki itu, Haechan tidak sengaja menginjak ranting pohon yang terletak di belakang kakinya.

Ia panik karena lelaki itu perlahan-lahan memutar kepalanya menghadap ke arah Haechan.

"Mampus mampus." Haechan panik. Langsung saja ia berbalik tanpa melihat jika didepannya ada pohon Cemara yang menjulang.

Jadilah ia membentur pohon Cemara itu. Yang membuat nya mengaduh dan terjengkang.

Lelaki yang sedang memainkan gitarnya itu pun langsung berdiri karena mendengar teriakan seseorang.

Haechan mengelus kepalanya yang kelihatannya benjol.

"Hey, kau tak apa?"

Tubuh Haechan menegang. Matilah dia sudah ketahuan.

"I-iya gue nggak papa kok." Haechan menjawab dan setelahnya, bisa Mark dengar jika Haechan tengah meringis.

"Sini gue bantu berdiri."

Mau tak mau Haechan pun menerima uluran tangan itu. Jantungnya berdetak tak karuan.

"Astaga kepalamu terluka!" Mark tampak panik.

Haechan semakin deg-degan karena sumpah demi apapun, wajah panik Mark sangatlah menggemaskan.

"Ayo duduk dulu disana." Mark menunjuk bangku yang sekarang hanya ada gitarnya saja.

Haechan menurut, berjalan dengan perlahan karena kepalanya masih sedikit berdenyut.

Setelah duduk, Mark melihat dahi Haechan yang sedikit lebih menonjol alias benjol.

Mark terbawa suasana paniknya dan tanpa sadar mengelus dahi Haechan yang terluka itu.

Haechan seperti nya on the way meninggal. Bagaimana tidak? Wajah Mark sangatlah dekat dengan wajahnya. Bahkan nafas Mark yang hangat sudah menerpa wajahnya. Tak lupa usapan yang membuat Haechan sesak nafas seketika.

"Jangan mati dulu Chan jangan, lo belum dapetin dia." Haechan membatin sambil memejamkan mata.

"Dahi lo kayaknya benjol deh."

"Hah?"

"Gue Mark Lee, lo?"

"G-gue Haechan Seo."

"Oke Haechan, sebaiknya kita ke ruang kesehatan. Biar luka lo diobatin."

"Kita?"

"Ah, gue anterin. Takutnya nanti lo pingsan di jalan." Mark tersenyum kalem.

Haechan ambyar.

Semenjak kejadian dimana kepala Haechan benjol, Mark jadi lebih sering bertemu dengan Haechan di setiap sudut sekolah. Ia kira itu faktor ketidak sengajaan. Tanpa tau, Haechan memang sudah mengintainya dari lama. Bahkan mereka sudah bertukar nomor ponsel dan sudah sering chatting.

"Oh hai Kak Mark!" Haechan menyapa Mark yang baru saja keluar dari perpustakaan.

"Oh hai Chan."

"Kak Mark nanti malem sibuk nggak?"

"Sebenernya nggak sih, tapi ya gimana harus tetep belajar biar beasiswa gue nggak dicabut."

Haechan melongo. Mark ternyata anak beasiswa? Apa Tuhan sedang bermain-main dengannya?

"Ahh gitu ya?"

"Kenapa Chan?"

"Nggak papa, kalo nggak ada acara mau gue ajakin nonton hehe."

"Gimana ya, lo nggak malu jalan sama gue?"

Haechan sedikit sedih mendengar pernyataan Mark.

"Kenapa harus malu? Kak Mark kan anak baik dan nggak macem-macem." Haechan berusaha sebisa mungkin menjaga mulutnya.

Haechan memang sering nyinyir soal anak beasiswa. Dia merasa jika orang miskin tidak seharusnya bersekolah di sekolahan elit milik ayah Renjun ini.

"Yaudah deh ayok aja gue."

"SERIUS KAK?!" Haechan memekik sampai melompat saking senangnya.

Mark hanya tertawa melihat tingkah Haechan yang menggemaskan.

"Iya Haechan."

"Yaudah nanti gue jemput ya! Jam 7 malem. Share location rumah Kakak ya nanti! Dah!" Belum sempat Mark menjawab, Haechan sudah pergi.

"Dasar anak itu." Mark tak menampik jika hatinya selalu menghangat karena sikap Haechan yang baik hati. Tidak memikirkan status anak beasiswa yang disandang oleh Mark.

"Kamu kenapa senyam-senyum kayak orang gila darl?" Johnny selaku Daddy Haechan memandang aneh anaknya yang sedari pulang sekolah selalu tersenyum.

"Nggak apa-apa Dad, lagi seneng aja."

"Jangan-jangan kamu punya pacar ya?"

"Ehh eng-enggak Dad apaan sih." Haechan panik.

"Kalo emang udah siap semua credit card sama debit card kamu Daddy sita ya silahkan loh Daddy nggak ngelarang."

"Daddy ngomong apaan sih, Echan masih perjaka ting-ting belum punya pacar."

"Yaudah kan Daddy cuma ngingetin aja sayang, ya jangan keringetan gitu lah hahaha."

"Daddy jahil banget sih Echan nggak suka!"

"Loh kok ngambek?"

"Abisnya, aku kan can't live without that card Dad." Haechan merengut. Untung dia tidak keceplosan.

"Yaudah sana mandi, katanya mau nonton?"

"Minta uang jajan ya heheheh."

"Iya nanti Daddy tambahin saldo debit card kamu."

Haechan mengecup pipi Johnny. "Sayang Daddy, thank you."

"Of course darling."

Haechan pun menaiki tangga menuju kamarnya, ia harus bersiap karena sebentar lagi akan menjemput Mark.

"Hallo Kak? Bener yang cat abu-abu itu rumahnya?"

"..."

"Okey aku udah didepan nih."

"..."

"Hah?! Masuk?!"

"..."

"O-okey, see you."

Haechan duduk gelisah di ruang tamu rumah Mark. Rumah Mark memang tidak sebegitu besar dibandingkan dengan rumah nya. Tetapi ini menunjukkan jika Mark anak yang diberi beasiswa karena kepintarannya, bukan karena tidak mampu. Haechan menghela nafas pasrah. Mulutnya harus sering-sering di filter mulai saat ini.

Ia takut dijauhi Mark karena sering mengolok-olok anak beasiswa.

"Hallo Tante." Haechan tersenyum ramah pada Irene, Mama Mark.

"Halo! Temen nya Mark ya?"

"Iya Tante."

"Mark sebentar lagi pasti turun, ditunggu ya. Oh iya Tante mau ada acara nih, maaf ya nggak bisa nemenin kamu."

"Oh nggak apa-apa kok Tan, hati-hati dijalan."

"Makasih ya, Tante duluan." Irene berjalan keluar dari rumahnya.

Haechan deg-degan sendiri. Mama Mark sangat sangat cantik, tak heran jika Mark ehem sangatlah tampan.

"Udah lama nunggu ya? Maaf."

"Nggak kok kak, yaudah ayok berangkat."

Akhirnya mereka berdua berangkat memakai mobil Audi Q7 milik Haechan.

Saat mobil Haechan keluar dari rumah Mark, Jeno terkejut karena ada mobil mewah yang baru saja keluar dari rumah nya. Apa jangan-jangan itu teman kak Mark? Ya kali Kak Mark punya temen yang punya mobil seharga 2M? Entahlah Jeno tidak tau.

Setelah acara menonton film itu, Mark dan Haechan semakin dekat, bahkan Haechan sering menjemput Mark jika akan berangkat ke sekolah.

Akhirnya, satu minggu setelah nya mereka berdua memutuskan untuk berpacaran. Mama Mark tentu senang. Tapi, Haechan belum memiliki nyali untuk memberi tau Daddy nya soal kabar jadiannya ini. Dan Haechan juga tidak tau eksistensi seorang Lee Jeno karena setiap ia kesana menjemput Mark, Jeno selalu berangkat lebih dulu. Atau jika ia mampir ke rumah Mark, Jeno selalu berada di kamarnya.

"Kak Mark, aku ada tiket liburan ke Canada. Mau kan liburan sama aku?"

Mark terkejut. Pergi ke Canada adalah impiannya. Tanpa ragu ia menyetujui ajakan Haechan. Tetapi seketika ia teringat tabungan nya yang akan digunakan untuk mendaftar kuliah.

Haechan pun meneruskan kalimatnya.

"Tenang aja, ini gratis Kak. Hadiah dari Daddy dalam rangka aku naik kelas hehe." Mark bernafas lega.

"Jangan lupa jaga kesehatan ya Haechan. Makasih buat segalanya."

"Eyy Kak Mark apaan sih, jangan gitu lah."

Mark mengusap halus rambut Haechan.

"Kita berangkat awal liburan semester ini ya Kak!"

Mark mengangguk setelah itu ia tersenyum karena melihat raut wajah bahagia milik Haechan.







Hehehe
Jaemin-Lucas dibikin juga nggak?

Jisung-Chenle juga dibikin nggak?

Komen ya👆

Continue Reading

You'll Also Like

621K 18.7K 75
Hiraeth - A homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost pla...
966K 22K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
470K 31.7K 47
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
68.6K 1.4K 47
*Completed* "Fake it till you make it?" A messy relationship with a heartbroken singer in the midst of a world tour sounds like the last thing Lando...