There You Are

Da SweetLadyRose

80.5K 3K 44

Alex Ryder seorang Direktur suatu perusahaan keluarga yang senang menghabiskan waktu luangnya dengan bermain... Altro

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27 (Last)

Part 12

2.5K 103 0
Da SweetLadyRose

Alex's Pov

"F— kau memberinya vodka?" Aku menatap ke Natalie, setelah mencium bau dari dalam gelas Elena. "Dia tidak pernah minum dan kau memberinya vodka? Sudah berapa gelas dia minum?" Aku kembali memberikan Natalie pertanyaan.

"Aku rasa 2 gelas," ucap Natalie menghindari tatapanku. "Alex, dia hanya meminum 2 gelas vodka bukan masalah besar" ujar Mila yang masih berada dipangkuanku. "Get off" ucapku pada Mila.

"Kau serius Alex?" Dia menatapku, melepaskan tangannya dari leherku. "Aku serius". Mila berpindah duduk diatas sofa. Sofa disini sangat besar mengapa dia harus duduk diatas pahaku?. Aku menyukainya saat ditempat tidur karena dia sudah sangat berpengalaman tapi aku sangat tidak suka diluar itu, dia akan menjadi menyebalkan dan menjengkelkan.

Aku berdiri dan berjalan mencari keberadaan Elena. Aku melihatnya yang berdiri, bersandar pada pilar ruangan. Apa yang dia lakukan disana?. Aku melangkahkan kaki menghampirinya.

Elena mengangkat kepalanya menatapku saat aku berhadapan dengannya. Mata coklatnya menatapku. Bibirnya terangkat memberikanku senyuman.

"Mengapa kau datang ke tempat ini? Ini bukan untukmu" ucapku. Senyumannya menghilang setelah aku selesai berucap. "Jika kau ingin mengejekku pergilah" ujarnya mencoba untuk berdiri tegap. Aku benar-benar benci siapapun yang membiarkannya meminum dua gelas vodka. Aku yakin dia tidak pernah minum sebelumnya melihat reaksi dia pada alkohol. Setidaknya dia masih tersadar, setengah sadar lebih tepatnya.

Elena berjalan tidak seimbang melewatiku. Aku menarik lengannya dan membuatnya berdiri kembali didepanku. Ia terhuyung, aku memegang kedua lengannya menjaga dia untuk tidak terjatuh. "Aku akan mengantarmu" ucapku.

Elena menggelengkan kepalanya. "Aku bosan berada dirumah sendiri. Aku ingin bermain" ujarnya seperti anak kecil. Aku menggigit bibir bawahku menahan tawa karenanya.

"Hey, kau ingin aku menelfon ibumu dan mengatakan jika kau berada ditempat seperti ini?" Ujarku mendapat perhatiannya. "Aku sudah dewasa dan aku dapat pergi ke tempat ini" ujarnya. "Okay, jadi pergi ke tempat ini menandakan jika kau sudah dewasa?"

"Umm..pfft.." dia tertawa, alkohol membuatnya menjadi anak kecil. Aku tau dia sedang memikirkan sesuatu yang aku tidak tau apa yang dipikirkannya.

"Aku sudah menciummu, tidur diatas ranjang yang sama denganmu untuk satu malam dan melakukan banyak hal dewasa lainnya denganmu, tidakkah itu dibilang dewasa?" Itu yang dipikirkannya dan itu membuat dia tertawa?.

"Kita pergi ke tempat lain tapi tidak disini." Ujarku. Ia mencibir dan menatapku tajam. Berusaha untuk terlihat marah tapi dia justru terlihat lucu. "Aku sudah berdandan lama, memilih pakaian Natalie yang semuanya tidak aku sukai dan Terpaksa mengenakannya.." Ujar Elena menurunkan tatapannya pada pakaian yang ia kenakan. Aku bersyukur itu bukan punyanya, dia tidak akan mengenakan pakaian seperti itu, tidak didepan orang banyak. Aku menyukai dress yang dikenakannya karena itu membuat dia terlihat seksi, tapi aku lebih nyaman melihatnya mengenakan sweater dan rok selututnya.

"Ikut denganku, tidak ada penolakan kali ini" Aku meraih tangannya dan membawanya keluar dari keramaian berjalan menuju mobilku terparkir. Aku tidak sempat meminum alkoholku, hal yang membanggakan diriku saat ini karena aku masih bisa menyetir.

Aku membukakan pintu mobil untuk Elena. "Masuklah" ucapku. "Pengatur" ucapnya, namun masuk kedalam mobil tanpa mengatakan apapun setelah itu. Aku segera menutup pintu mobil dan berjalan menuju pintu pengemudi.

Setelah aku masuk, Aku melihat ke arah Elena yang sedang kesulitan mengenakan seatbeltnya. "Alex..aku melihat ada dua seatbelt..apa mataku bermasalah?" Ia bertanya padaku, menatapku. "Oh, ini pertama kalinya kau mabuk bukan? Lebih baik kau cepat tertidur" ucapku mengambil alih seatbelt dari tangan Elena. Tidak, aku ingin bersamanya dan membuatnya untuk tidur lebih telat.

"Alex, apa kau merindukanku? Karena aku iya.." Elena berkata, Aku menghentikan gerak tanganku dan menoleh menatapnya. "Aku berharap kau juga...kau terus menghindariku, aku ingin berbicara denganmu dan tidak ingin bertengkar denganmu lagi" lanjut Elena mempertemukan matanya dengan mataku. Matanya kembali berbicara, ia menginginkanku sama seperti aku menginginkannya sekarang. Tatapanku turun melihat bibir merahnya, lebih merah dari biasanya, dia mengenakan lipstick yang berbeda.

"Aku juga.." ucapku pelan dan kembali menatap matanya. "Apa?" Dia menatapku heran dan bingung. "Lupakan the F—ing seat belt" Aku melepaskan seat belt dari tanganku dan menangkup wajah Elena. Memajukan kepalaku dan mendaratkan bibirku dibibirnya. Perlahan dan lembut menunggu reaksinya, karena aku tidak pernah berpengalaman dengan wanita polos yang belum pernah disentuh pria manapun sebelumnya.

Mengejutkan dan membuatku tersenyum dia merangsang sentuhan bibirku. Aku berpikir dia akan mendorongku atau menamparku karena melakukannya tapi dia melakukan hal sebaliknya, dia menginginkanku dan aku menginkannya. Aku merasakan tangan Elena yang berada dipundakku, ia berpindah dari tempat duduknya dan kini berada diatas pangkuanku. Ia bergerak lebih cepat dari yang aku bayangkan. Tangannya berada ditengkukku dan meraba keatas menarik rambutku, semakin memperdalam ciuman.

"Apa yang kau lakukan?" Aku melepas bibirnya, menyadari tangannya yang sudah berada dikancing celanaku. Ia menatapku. "Aku pikir kita akan melakukannya..." ujar Elena, pipinya merah merona setelah dia mengatakan itu. "Tidak disini, tidak sekarang" ucapku. "Ya, kau selalu mengatakan itu, aku pikir kau tidak akan melakukannya denganku karena aku bukan tipemu seperti teman wanitamu yang lain" ujarnya kembali duduk ditempatnya. Dia sangat menyebalkan saat mengatakan kalimat itu, selalu mengulangnya saat suasana menjadi seperti ini. Aku juga tidak tau, aku menginginkannya tapi tidak seperti ini, terlalu biasa dan dia dalam keadaan mabuk. Aku ingin dia mengingatnya saat dia sadar bukan sekarang.

"Aku tidak ingin melakukannya saat kau tidak berada dalam kesadaranmu dan aku yakin kau akan menyesalinya setelah kau tersadar, kita akan bertengkar dan saling menyalahkan" ucapku dengan tenang mencoba untuk mengembalikan moodnya. Dan aku rasa itu berhasil karena dia kembali menatapku.

"Benar. Aku tak menyangka kalimat itu keluar dari mulutmu" Itu sangat mudah. Terlihat senyuman kecil terukir dibibirnya. "Kita kembali ke rumah" ujarku menyalakan mesin. "Siapa?"

"Terserah kau ingin kemana rumahku atau rumahmu?" Aku menoleh kepadanya menunggu jawaban dan mulai melajukan mobil saat Elena belum menjawab pertanyaanku.

"Aku tidak ingin sendiri, jadi apa aku boleh ke rumahmu?" Ucapnya kembali nengejutkanku dia akan menjawabnya seperti itu. "Kau yakin?"

"Mungkin, selama kau menepati janjimu untuk tidak melakukannya saat aku tidak sadar" aku terkekeh mendengarnya dan meliriknya. "Aku merasa kau yang harus dihentikan" ucapku. "Aku tidak bisa mengelak saat ini" ujarnya.

"Aku tidak pernah hanya tidur dengan wanita, maksudku...benar-benar tidur memejamkan matamu dan bermimpi"

"Tapi kita melakukannya malam itu, saat pesta. Kau mengatakan jika aku berbeda, jadi, aku bisa mengisi hal yang tidak pernah kau lakukan itu menjadi akan dilakukan"

Aku tidak tau apa yang harus aku katakan selain memberinya senyuman. Sangat sulit untuk memberikan senyuman yang tulus kepada orang lain tapi dengan mudah aku tersenyum pada Elena. Karena dia berbeda.

...

Sesampainya diapartmentku Elena berjalan masuk lebih dulu. "Aku akan memakai toiletmu" ujarnya berjalan cepat menuju lantai atas. Aku rasa dia sudah menahannya sejak tadi, mengapa tidak bilang saja.

Aku melangkahkan kakiku menuju lantai atas, dimana kamarku berada untuk mengganti pakaianku dengan pakaian yang lebih nyaman. Selesai aku memakai celana olahraga berwarna abu-abu dan kaos putihku, Aku melangkah keluar.

Elena baru saja keluar dari kamar mandi. Ia tidak mengenakan stockingnya lagi, make upnya telah dihapus. Aku tidak pernah tau jika wanita dapat terlihat cantik tanpa make up diwajah mereka.

"So, apa yang akan kita lakukan?" Tanyaku menghampiri Elena yang sepertinya mulai tersadar setelah ia tertidur dimobil selama beberapa menit. "Kau ingin menonton?" Aku baru saja menawarkan itu? Pada wanita? Haha. Lame.

"The Notebook" ujarnya. Okay, sangat cocok untuknya menonton film melankolis sepertti itu. Aku tidak mengerti mengapa semua orang menyukai film itu. Aku tidak suka pasangan itu membuang waktu mereka dan mengapa harus meninggalkan orang yang akan kau nikahi demi pria yang hanya kau habiskan waktu bersama saat musim panas.

"Yeah, cocok untukmu" ucapku melangkahkan kaki yang diikuti oleh Elena dibelakangku. Aku dan Elena menuruni tangga menuju ruang tamuku.

Kami menonton film bersama. Aku tidak akan bisa fokus menonton. Aku tau beberapa kali aku melihat ke arah Elena yang berada disampingku. Ini sangat canggung untukku. Aku tidak pernah menonton bersama seorang wanita.

Oh ya, great, Elena menangis setelah film selesai. Aku rasa wanita ini sangat suka menangis. Apa itu salah satu hobinya?. Okay.

Sejak tadi ia berada dalam rangkulanku. Elena menyandarkan kepalanya pada lenganku. Aku tak tau jika aku akan merasa nyaman dengan posisi seperti ini walau tanganku terasa pegal.

Tangan kiriku memegang kaleng soda. Aku menyesapnya.

"Aku tidak membawa bajuku..dan aku meninggalkan kunci apartemenku di mobil" ucap Elena yang melingkarkan tangannya dipinggangku. "Bagus kalau begitu kau akan tidur disini bersamaku" ujarku. "Ya, aku menyukai tempatmu..terutama kamarmu. Kau memiliki tempat tidur yang sangat besar" Aku menoleh padanya. Menatap Elena yang mengangkat kepalanya, mengunci tatapan kita.

Elena's pov

"Jam berapa sekarang?" Alex bertanya padaku, ia menolehkan kepalanya untuk melihat jam di dinding. "Jam 2? Yang benar saja aku menghabiskan banyak waktuku untuk menonton film itu" ujar Alex dengan wajah kesalnya. Dia terlihat menggemaskan kali ini, aku menggigit bibir bawahku menyembunyikan senyumanku.

"Kenapa? the notebook worth to watch" ucapku membuatnya kembali menatapku. "Oh ya untukmu. Pria mana yang menonton film seperti itu?" Aku terkekeh dan berkata "Kau".

"Okay, cerita itu tidak masuk akal? Maksudku, mereka sudah berpisah lama selama 7 tahun dan tidak melupakan satu sama lain? Oh mereka bahkan hanya bertemu selama liburan musim panas, tandanya tidak lebih dari 3 bulan dan jatuh cinta dalam waktu singkat itu?" ujar Alex.

"Ya, orang sepertimu tidak akan mengerti tentang percintaan seperti itu. True love, apa kau tau kata itu?"

"True love, aku tau..itu yang aku berikan pada ibuku" Aku menatapnya terkejut. Namun, melihat tatapan Alex saat menyebut ibunya membuatku ingin segera memeluknya. "Sure," Aku kembali memeluk erat pinggang Alex dan menyandarkan kepalaku didadanya.

"Elena.." Aku mengangkat kepalaku menatapnya. "Can i kiss you?" Aku tertawa karenanya, dia tidak pernah bertanya dan apa jawabanku akan mempengaruhinya? Tidak.

"Apa kau perlu bertanya?" Ucapku. "Tidak" Alex menangkup wajahku dan mendaratkan bibirnya diatas bibirku. Aku berpindah berada diatas pangkuannya. Berbeda saat berada di mobil kali ini aku benar-benar sudah tersadar. Aku yakin kali ini aku tidak akan menyesalinya, aku akan menjalaninya. Bagaimanapun ini akan membawaku, aku akan mengikutinya.

Bibir Alex turun mencium rahangku dan semakin turun ke leherku membuatku mengerang. Jantungku berdebar kencang, sangat cepat tidak karuan. Aku tidak bisa mengatur nafasku dengan benar. Tanganku mencengkram rambutnya. Aku benar-benar merasakan sesuatu yang baru dengan sentuhan Alex. Sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dan aku menyukainya.

"You okay, now?" Alex bertanya mengangkat kepalanya, mata abu-abunya menatapku. Dia terlihat..seksi seperti itu. Mengerti maksudnya adalah menanyakan apakah aku sudah terlepas dari kendali alkohol dan ya, aku merasa baik sejak tadi. Aku tidak berada dalam pengaruh alkohol lagi.

"Ya" jawabku balas menatapnya. Alex memberikan kecupan singkat pada bibirku. "Okay, aku sudah memutuskannya" ucap Alex ia berdiri, mengangkatku bersamanya membuatku teriak karena terkejut. Kedua tangan Alex memegang bagian belakang pahaku.

"Apa yang kau putuskan?" Aku bertanya. "Kau.." ucap Alex menatapku. Aku tersenyum dan mencium bibirnya. Alex berjalan tanpa melepaskan ciuman kami. Aku melakukan hal yang sama dengan apa yang Alex lakukan padaku. Aku segera menyembunyikan kepalaku dileher Alex.

Begitu sampai dibawah tangga, Alex berhenti dan menurunkanku. "Kau ingin aku bertanya sekali lagi?" Aku segera menggelengkan kepalaku. "Aku tidak akan menyesalinya kali ini..dan jangan bertanya lagi" ucapku mengecup pipinya sebelum menaiki tangga dengan langkah cepat menuju kamarnya.

"Kau ingin buru-buru sepertinya" ucap Alex menutup pintu kamarnya. Aku segera melingkarkan tanganku pada lehernya. Menatapnya. "Ya" ucapku tersenyum. Alex membawaku lebih dekat lagi dengannya dan kembali mencium bibirku.

***

Continua a leggere

Ti piacerà anche

2.5M 37.4K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.8K 137 73
Bagaimana jika ibu dari tiga anak dihadapkan dengan perselingkuhan sang suami dengan salah satu model dari brand terkenal yang disukainya? Tapi, ibu...
359 88 31
*Cerita ini ditulis hanya sebagai hobi, maaf bila ada salah kata. * * * * Gadis manis berlesung pipi bernama Paradisa Hanindita si anak Opacraphile...
7.2K 921 68
"BIARKAN SAYA MENCINTAI KAMU DENGAN CARA SAYA,MARSYA!!!!!!"sentak derrien. Marsya Beatrice,seorang model ternama international yang dijodohka...