The Eleventh

By inariwritingproject

3.2K 353 20

Alanis melakukan berbagai upaya untuk menghalangi siapa pun yang akan mencelakai kakaknya, dari dendam bebera... More

Perkenalan
Prolog
1. Sebelas Juli
2. Taruhan
3. Cowok Idaman Prissa
4. Night Club
5. Pesan Pertama David
6. Kekecewaan Alanis
7. Komik
8. Pulang Berdua
9. Sarapan dari David
10. Adam atau David?
11 Malam Temaram
12 Gangguan Prisa
13 Ciuman Curian
15. Masalah Evelyn

14 Foto Mesra

106 14 0
By inariwritingproject

Evelyn mengerutkan kening ketika melihat langkah Prissa semakin menjauh di lokasi casting sinetron untuk pemeran utama sinetron remaja. Seperti tidak mau ketinggalan langkah Prissa, Evelyn segera turun dari mobilnya dan mengendap di belakang Prissa. Lalu betapa terkejutnya dia ketika melihat Prissa memeluk Om Hasta di sebuah ruangan tertutup. Gadis itu mengintip dari luar dengan mulut menganga karena tidak percaya.

Keterkejutan Evelyn semakin menjadi saat melihat Om Hasta merespon dan mencium bibir Prissa begitu ganas. Mereka terus mengulum dan saling meremas satu sama lain sampai Evelyn mual melihatnya.

Dia ingin bergegas pergi namun akal sehatnya tak membolehkannya untuk pergi. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan akan mengambil gambar adegan tak senonoh itu. Sayangnya, ketika ponsel itu sudah diarahkannya di depan kaca jendela. Kedua orang itu sudah tak ada lagi di sana.

Evelyn menoleh ke sana kemari dan melirik ke dalam lagi, tapi hasilnya nihil. Prissa dan Om Hasta sudah tidak terlihat lagi. Belum menyerah, Evelyn berusaha sepelan mungkin untuk membuka pintu ruangan itu tapi pintu itu terkunci.

Brengsek! Gue kehilangan bukti terbesar gue.

Evelyn melangkah keluar dan menunggu sampai Prissa keluar dari ruangan laknat itu. Dia harus menunggu kurang lebih satu jam untuk melihat Prissa dan Om Hasta berjalan berangkulan. Evelyn tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar mereka tepat saat Om Hasta mencium pipi Prissa. Perfect!

Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaannya. Prissa menoleh padanya ketika merasa sedang diperhatikan oleh seseorang.

“Heh, ngapain lo di sini?” bentak Prissa kemudian melepaskan diri dari Om Hasta.

Evelyn sedikit gelagapan karena tertangkap basah sedang memotret mereka. Dia melihat wajah Om Hasta yang merah padam karena ketahuan sedang bermesraan dengan gadis SMA. Kalau Evelyn nekat menyebarkan foto itu, bukan hanya karirnya yang hancur, rumah tangganya juga akan lebur.

“Evelyn!” panggil Om Hasta panik. “Buat apa kamu ambil gambar saya? Sini ponselmu.”

“Nggak akan, Om.” Evelyn kehilangan ketakutannya, seolah ada kekuatan baru dalam dirinya yang menyuruhnya untuk tidak membiarkan hal itu terjadi. “Ini akan saya simpan. Jadi saya harap Om adil dengan hasil casting pemeran utama sinetron nanti.”

“Kamu mengancam saya?” Om Hasta menahan marah.

“Nggak kalau pilihan Om objektif. Bukan karena tergiur kemolekan tubuh gadis murahan kayak dia.”

“Brengsek lo!” Prissa hendak menyerang Evelyn. Melihat gelagat Prissa, Evelyn segera berlari keluar dari ruangan itu dan kini dia tersenyum puas telah berada di antara beberapa orang yang berlalu lalang.

Sebelum naik ke dalam mobilnya, Evelyn tersenyum penuh remehan kepada Prissa yang menatapnya dengan sorot tajam. Gue akan buat perhitungan sama lo.

***

Evelyn tidak sabar untuk menceritakan kejadian menegangkan yang dia alami kemarin kepada Alanis dan Kayonna. Beruntung ketika baru sampai di kelas, dia melihat kedua sahabatnya sudah duduk manis sambil mengobrol.

“Hei, gue ada berita baru,” ucapnya antusias lalu melepaskan tas punggungnya. Dia berbalik ke belakang diikuti oleh Kayonna.

“Berita apa sih?” desak Alanis dan Kayonna bersamaan.

“Emang bener-bener perek si Prissa. Lihat ini!” Evelyn membuka layar ponselnya dan menunjukkan foto mesra Prissa dengan Om Hasta. “Ternyata dia bukan cuma ngerayu Om Rudolf tapi juga Om Hasta. Gimana nggak semua peran dia yang ambil kalau dia nyodorin selangkangan?”

Alanis dan Kayonna tampak terkejut melihat foto tersebut. Ternyata Prissa adalah gadis yang begitu gigih berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan segala cara.

“Lo... mau apain foto ini?” tanya Alanis khawatir Evelyn akan nekat, mengingat Evelyn adalah anak orang kaya.

“Gue udah ancam Om Hasta supaya adil memilih pemeran utama sesuai yang lolos casting. Bukan karena rayuan Prissa.”

“Prissa tahu?” Kayonna bertanya.

“Tahu. Bahkan kemarin dia hampir nyerang gue. Tapi gue secepat mungkin menghindar.”

“Lo... nggak khawatir, Ev?”

Evelyn menatap Alanis penuh tanda tanya, keningnya berkerut. “Khawatir apa?”

“Bukannya kemarin Kayonna bilang Prissa akan ngelakuin segala cara buat dapetin apa yang dia mau? Terus gimana kalau lo punya kelemahannya? Lo nggak mikir dia akan nyelakain lo?”

Evelyn tampak berpikir namun kemudian dia menjawab dengan mantap. “Sebelum dia nyelakain gue, gue akan sebarkan foto ini lebih dulu. Sosok Prissa akan surut sebelum dia tenar. Karir Om Hasta sebagai sutradara pasti langsung meredup. Karena apa? Karena yang kaya itu sebenarnya istrinya. Jadi istri Om Hasta itu anak dari sutradara terkenal. Lagi pula gue nggak yakin Prissa bisa nyelakain gue. Selama ini gue selalu bareng supir gue. Jadi lo tenang aja, Al.” Evelyn tersenyum pasti.

“Gue setuju sama lo, Ev. Cewek brengsek kayak Prissa emang perlu dikasih pelajaran. Jangan dibiarin nginjak-nginjak orang lain. Gue jijik banget lihat mukanya.” Kayonna melirik Prissa yang baru datang. Evelyn dan Alanis ikut melirik dan dibalas lirikan maut oleh Prissa.

***

Kayonna sedang makan di meja David untuk membicarakan lomba persahabatan bola basket. Alanis menganggap ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan apa yang mengganjal di kepalanya bersama Evelyn. Evelyn duduk di depannya tampak santai memakan gado-gado dan es jeruk kesukaannya.

“Ev.”

“Hm?”

“Gue mau ngomong sesuatu sama lo.”

“Apa?”

Alanis menarik napas panjang sebelum mengatakannya. Ada segurat keraguan yang menyertai. Semalaman dia berpikir dan keputusannya sudah bulat untuk mengatakan hal ini pada Evelyn.

“Ev, lo nggak serius kan sama anceman lo?”

“Anceman apa?” Evelyn mengangkat wajahnya dan berhenti mengunyah makanan.

“Anceman lo sama Prissa.”

Evelyn tertawa ringan mendengarnya seolah baru paham. “Oh, itu. Gue nggak berniat ngancem siapa pun. Tapi gue udah bertekat untuk menyebarkan foto itu di media sosial.”

“Plis, Ev. Jangan gila. Lo bisa membahayakan diri lo sendiri,” ucap Alanis sedikit panik.

Evelyn menatap Alanis dengan malas. Gadis itu bersandar sambil bersedekap. “Lo tenang aja, Al. Gue nggak akan kenapa-napa kok. Lo cemas banget sih.”

“Gue cuma mikirin keselamatan lo, Ev. Gini deh, lebih baik lo ikut casting di lain tempat di mana nggak ada Prissa di sana.”

“Gue justru tertantang untuk ngalahin Prissa, Al. Gue pengin lihat dia frustasi dan stres karena karirnya nggak bisa nanjak lagi.”

Alanis memejamkan mata sedih karena tidak mampu mengurungkan niat Evelyn. Padahal dia ingin tidak ada masalah apa pun yang akan menimpa nantinya. Dari pada membuat masalah dengan menyebar foto, lebih baik mengalihkan perhatian kepada hal yang lebih berguna.

“Ev, please...” Alanis memohon.

“Al, gue yang minta tolong sama lo. Jangan bikin gue kesel sama lo. Lo lebih baik ngedukung apa yang akan gue lakuin, bukan malah ngelarang gini. Lo jangan lupa gimana sikap Prissa selama ini sama kita. Dan lo harus tahu, gue benci banget sama dia bukan cuma karena Om Rudolf tiba-tiba milih dia, tapi juga karena dia selalu ngerecokin hubungan gue sama David.”

“Emang sejauh mana hubungan lo sama David?” Alanis mulai melunak.

“Belum ada kemajuan sih. Cuma beberapa kali dia nganter gue balik. Tapi ya gitu, Prissa selalu nongol. Kayaknya dia memang niat ngerusak rencana gue deketin David deh. Dia tuh lihai banget.” Pandangan Evelyn beralih pada Kayonna yang sedang mengobrol dengan David. Ada rasa cemburu yang diam-diam disembunyikannya. Karena itu sudah menjadi kesepakatan mereka untuk tidak saling cemburu dan bersaing dengan sehat meski hati tak bisa mengontrol untuk tidak sakit melihat cowok yang diidamkan bersama dengan cewek lain.

Alanis mengikuti pandangan Evelyn. Matanya tertumbuk pada mata David yang memandangnya dengan dingin. Tak kuasa membalas tatapan David, Alanis menunduk pura-pura sibuk dengan makanannya. Pikirannya melayang ke mana-mana. Dia lantas teringat pada kejadian beberapa malam yang lalu saat Adam mengatakan David melihat mereka sedang jalan berdua.

Lalu kesadaran Alanis kembali saat merasa ada seseorang yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu mendongak dan melihat David sudah ada di sampingnya. Bergantian Alanis menatap David dan Evelyn.

“Gue ada perlu sama lo.”

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
499K 53.9K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
3.4M 280K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
1M 16.9K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+