Where Is My Calon Imam?

Galing kay rasamaa

20.1K 882 51

Cinta adalah Fitrah. Menikah adalah Sunnah. Jatuh cinta dan memendamnya adalah caraku menghormati rasa. Menj... Higit pa

prolog
1|Nama
2|Hari Pertama
3|Kembaran
4|Rumah Belajar
5|Jaga Sendiri Aja (1)
Jodoh
5|Jaga Sendiri Aja (2)
6|Bukan Benci
7|Jangan Lagi
8|Diam Dan Mengikhlaskan
9|Pergi
10|Rindu dan Doa
11| Move on
12|Baper
13|Rencana Allah
14|Kabar Gembira
15|Menjemput
16|Baper Jangan
17|Gagal Move On?
Bertemu Misha
18|Pengakuan
20| Sakit
21|Gugup
22|Menunggu

19. Menunggu?

230 15 10
Galing kay rasamaa

Repost 🙏🙏🙏

Don't forget to read the Holy Al-Qur'an first!

Vote and comment below!

🕊️🕊️🕊️

"Tentang cinta yang terpendam yang entah untuk siapa..
Saat kamu tau hanya dia yang layak mendapatkan cintamu..
Dia yang kelak menjadi imam mu...
Dan hanya Dia yang harus nya bertahta."

🕊️Misha

💕💕💕

Hari terakhir mereka di Bandung untuk kunjungan pertama mereka. setelah selesai lomba kemarin. Seharian, hari ini kami Jadwal kan jalan-jalan dan mencari oleh-oleh. Pagi ke wahana outbound di Grafika Cikole.

Grafika Cikole salah satu wisata di alam bebas. Wisata alam yang di kelilingi hutan pinus memanjakan mata dengan berbagai macam tempat sport poto unik yang kekinian, kata orang-orang instagramable banget buat poto.

Dalam satu tempat wisata yang cukup luas itu kita bisa menikmati banyak tempat. Ada kebun rusa, strawberry, bunga, pondok-pondok makan yang unik, apa lagi rumah kurcaci. Tempat Penginapan. Juga tanda-tanda untuk kemah.

Yang paling seru dan banyak serbuan para wisata yaitu tempat outbound yang berbagai macam.

Dari flying fox, paintball, jaring laba-laba, jembatan burma, jembatan elvis, jembatan tali dua, turun tebing, motor ATV, berkuda, rumah pohon, permainan tradisional, dan ice breaking games dan banyak lagi.

Setelah cukup berkeliling dan mencoba beberapa permainan dari Grafika Cikole kami sekalian mampir membelikan oleh-oleh khas Bandung. sore pulang kerumah, malam lanjut lagi ke mall untuk sekedar jalan-jalan dan main ke timezone.

Ada aku, Nino, Hasan dan Agung duduk di kursi tunggu arena bermain, sedangkan yang lain sudah berpencar asik bermain didalam area timezone, sekedar hiburan sebelum pulang ke Lampung.

"Kenapa San? Kalau mau main, kesana aja," ucapku, saat aku lihat Hasan aneh seperti seorang yang gelisah. Dia melirik Agung yang duduk tenang dengan minuman nya, membuat ku pun ikut melirik bertanya-tanya.

Aku sedang tak enak badan, rasanya lelah setelah hampir seminggu dikejar-kejar target kerjaan sekolah lomba dan juga kegiatan baru ku bersama mba Anggun.

Aku harus benar-benar pintar bagi waktu, bahkan beberapa hari ini pulang pergi sekolah aku meminjam motor mama, kecuali hari ini.

Demi mereka yang sekarang ada disini aku menyehatkan badan dan mencoba minum vitamin. Dan mengajak mereka keluar jalan-jalan sebelum pulang ke Lampung.

Agung yang baik hati tanpa di minta, menawarkan diri untuk mengantarkan kami berkeliling seharian ini menggunakan mobil papanya.

Dan, disinilah aku duduk bersama mereka berdua dan Nino yang tertidur di pangkuanku, nyenyak. Mungkin juga lelah seharian, dia juga mengikuti kegiatan kami.

"Sebenernya ada yang pengen aku ceritain ke kamu," ucap Hasan dengan nada ragu, sukses membuat ku mempokus kan pendengaran ku pada Hasan, entahlah apa yang ingin diceritakan, mungkin dia tak nyaman karena ada Agung, terlihat Hasan yang melirik Agung setiap buka suara.

"Tentang apa?" tanyaku penasaran

" Hmmm... Husen Sha," ucapan Hasan membuat ku menakutkan alis mengerut bingung.

"Kenapa Husen?" tanyaku

Aku sudah tau Husen pindah sekolah, dia menerima beasiswa yang sempat dia tolak sebelum pindah kesekolah kami, dulu dikampung.

Intan lah yang memberikan informasi. dia akan menelepon ku jika ada kejadian penting yang terjadi di sekolah dan semua tentang mereka.

Aku mulai tak memedulikan Agung yang duduk diantara kami, yang melirik Hasan juga bingung.
Mungkin... atau juga ikut penasaran.

Aku penasaran dengan apa yang ingin di ceritakan Hasan.

"Hmmm... Boleh ngomong berdua aja?" Hasan menghembuskan nafas kasar sambil berdehem melirik Agung seolah ingin minta untuk di tinggal berbicara berdua. Agung hanya diam pura-pura tak peka.

"Bentaran aja Gung," pintaku bersalah pada Agung seperti mengusir nya dari sini.

"Yaudah gue ke toilet, inget bedua-duan itu, yang ketiga nya setan," pamitnya ketus dan berlalu begitu saja.

"Astagfirullah, disini rame Agung," ucapku dengan penekanan walaupun mungkin tak begitu terdengar oleh Agung.

"Sensi banget dia Sha," komentar Hasan.

"Jadi Husen kenapa San?" tanyaku lagi.

"Hmmm, sebenernya," ucap Hasan ragu.

"Hmm, Sha ... kamu masih inget gak sama Husen," lanjut Hasan.

"Iya inget lah, kembaran kamu." Ini Hasan becanda kali ya nanyanya aneh gini.

"Bukan itu, maksud aku  ... ishh, udahlah gini aja deh," katanya prustasi.

"Husen cerita semua ke aku, tentang kenapa dia masuk kepondok  ... sampai, kenapa dia gak terima beasiswa yang kemarin akhirnya dia terima."

"Kenapa emang nya san? wajar dong dia cerita ke kamu. Kamu kan kembarannya San. "

"Iya aku tau, tapi ini semua ada hubungannya sama kamu juga."

Alis ku kembali bertaut. "Dia temen kamu waktu kecil, tapi kamu kaek nya lupa Sha. Husen cerita kamu bahkan keaknya gak inget sama sekali ya?" ucapnya serius.

"Maksud kamu?" sedikit kaget. aku tak mengerti maksud Hasan

"Iya dia dulu pernah janji sama kamu buat jadi penghafal Al-Qur'an biar bisa ajarin kamu dan ajak kamu masuk surga bareng, --yah memang perjanjian anak kecil sih, tapi dia benar-benar serius.

"Setelah dia hafal dia balik kesini lagi, dan nolak beasiswa itu karena belum siap. Dia mau pastiin tentang kamu dulu Sha," ucap Hasan serius dan aku mulai mengingat kembali.

Anak laki-laki yang pertama kali ku temui di makam ibu. Yang menemani dan mengantar ku pulang kerumah nenek hujan-hujan. Teman pertama ku di kampung nenek? Benarkah dia Husen.

Iya!, dia juga anak laki-laki yang berjanji membantu ku menghafal Al-Qur'an. Dan berjanji membawa aku kesurga untuk berkumpul bersama. Abinya, ibuku dan semua kelak di akhirat.

Betapa dewasanya dia. Mengingat nya selalu menambah kekaguman ku. Walaupun hanya kata-kata cukup membuat rasa kagum ku pada nya. Hasan.

Iya. Aku selalu memperhatikan hasan. Karena ku pikir itu dia

Ada desir darah mengalir yang terasa beriring dengan detak jantung beritme cepat. Tangan bergetar, berusaha tenang dan memberanikan diri berucap kebenaran yang baru ku tau.

"Aku bukan lupa San, tapi waktu aku balik pindah sekolah di kampung, aku pikir itu kamu. Bahkan aku gak tau kalau Ahmad punya kembaran," ucapku sadar. Aku ingat dia Ahmad.

Pantas saat bertemu lagi dengan dia Hasan yang ku kira Ahmad. dia kembali memperkenalkan diri nya dengan nama Hasan. Ternyata Ahmad dan Hasan orang yang berbeda. Muhammad Husen dan Muhammad Hasan, kembar identik dengan kemiripan wajah 95,9%.

Saat itu aku tak tau Husen yang ku kenal dengan nama Ahmad, Mempunyai saudara kembar, dan aku tak tau kalau saat aku kembali lagi Husen benar-benar pergi mondok.

"What! Haha" Hasan tertawa entah apa yang lucu, aku diam tak percaya.
"Hmmm, dia udah pindah waktu itu,"
ucap Hasan datar. Tiba-tiba ketawa. Tiba-tiba datar. Aneh

"Astagfirullah, trus dia bilang apa lagi?" Aku semakin penasaran tak peduli ejekan Hasan

"Sebenarnya alasan lain dia nolak beasiswa itu  ...." Dia berdehem menarik nafas sebelum melanjutkan kembali ucapan nya.

"Sebenarnya ini agak gak masuk akal sih," jeda Hasan. Aku tersentak saat mendengar lanjutan cerita Hasan.

"Dia mau ngelamar kamu, tapi karena kamu lupa dia. Dia mau nunggu selesai lulus sampe kamu inget dia lagi, atau sampe mastiin kamu bener-bener mau terima dia.

"Berhubung kamu pindah sebelum ingat, akhirnya dia terima beasiswa keluar, dan dia minta aku sampein ke kamu, dia berharap kamu nunggu dia setelah tau ini."

Satu lagi kekaguman ku hadir, pada laki-laki itu. 'Tanggung jawab'. Lagi-lagi dia menunjukkan keseriusan nya. Adakah laki-laki seberani dia?

Mungkin ada tapi tak banyak. dan dia hanya salah satunya. Aku masih tak percaya dengan apa yang ku dengar dari Hasan.

Apa ini ya Allah, aku gak secantik apalah itu yang tercantik. perjuangan Husen bahkan tentang Fauzan pun aku masih bingung aku juga gak sebaik mereka yang terbaik. yang harus disukain sama mereka. Hufft

Apa yang mereka sukai dari ku. Yang banyak kekurangan ini? pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul begitu saja.

💕💕💕

Aku Teringat obrolan bersama nenek malam itu, "Fath, nenek pengen deh liat Fath nanti sampe nikah, trus punya anak." tetiba nenek memulai obrolan masih duduk di sejadah dengan pandangan kosong kedepan tanpa menoleh ke arah ku yang duduk di samping kanan nya setelah selesai solat jamaah dan berdoa.

"Nenek, apaapaan sih." aku mengerutkan kening heran dengan pernyataan nenek.
"Apa lulus sekolah Fath langsung nikah aja nek, hehe," candaku sambil memeluk nenek dari tempat duduk ku yang dibalas dengan mengusap halus dipucuk kepalaku

"Tapi dengan siapa yah?" lanjutku dengan ekspresi seperti berpikir, menggoda nenek.

Nenek tersenyum "Memang Fath mau nikah muda?" tanya nenek memandangku dengan seksama, yang hanya ku balas dengan cengiran sedikit seperti tertawa "hehehe"

Sebenarnya aku bingung jawab apa, tak masalah aku pikir tak ada salahnya menikah muda

"kalau ada yang lamar setelah lulus Fath mau?" tanya nenek lagi seolah memastikan dan membujuk ku menikah. Aku melotot heran dengan pernyataan nenek.

"Nenek punya banyak utang yah? Terus Fath mau di jodohin buat bayar utang ya, kaek di film yang pernah Fath tonton." asal ku, aku terdiam memerhatikan - menatap mata nenek seolah memastikan, dan tak lama aku terkekeh melihat ekspresi nenek,..

"Mana ada Fath, astagfirullah jangan sampe." sambil nenek mengusap wajahnya.

"Abis nenek gitu, aneh .. lulus sekolah aja belum nenek udah bilang nikah," ucapku.

"Tapi Fath mau aja sih, hahaha," lanjutku semangat.

Tapi itu sebelum Husen pulang dari mondok. Entah lah. Setetes air jatuh dari sudut mata ku tak tertahan, mengulang mengingat nenek kembali. Rasanya sesak karena rindu.

💕💕💕

Kata-kata Hasan juga masih terngiang jelas, pikiranku melayang mengingat kembali semua yang pernah terjadi menyangkut pautkan keadaan, membenarkan apa yang dikatakan Hasan.

Harusnya aku sadar ketika aku tau Hasan tak suka hujan, dan saat bertemu Husen di sekolah saat turun hujan dia bilang juga suka hujan, harusnya aku tau.

Harusnya nenek juga tau waktu aku bilang ada salam dari Husen, kenapa nenek gak cerita sedikit pun tentang Husen.

Tapi harusnya dia tau aku gak pernah lupa dia, waktu dia liat gantungan kunci rumah yang dia temuin. Gantungan kunci pemberian dia waktu aku harus pulang kerumah ayah. (see part teman lama)

Apa benar Husen pulang mau ngelamar aku? tapi aku kan masih sekolah, gimana dia bisa mikir sejauh itu.

Apa ada hubungannya juga sama yang nenek bilang lulus sekolah yang mau melamar ku, ternyata adalah Husen.

Apa itu yang membuat nenek jadi menanyakan hal itu?. Akhh entah, aku bingung.

💕💕💕

📌tuba. 21november2019
🖇️ig.rasama02

Alhamdulillah...

Gimana sampai sini.. ?

Kamu ada di team siapa.. ?

Menurut readers Misha lebih cocok sama siapa?

❤️Misha-Hasan
❤️Misha-Husen
❤️Misha-Agung
❤️Misha-Hari
❤️Misha-k'Aqil

Jazakumullah khairon 🙏🙏🤗

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.1M 44.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.7M 134K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...