From The Beach Cottage

By ashwonders

5.1K 888 212

Holly Fadden punya alergi terhadap lawan jenis. Bencana datang ketika sobatnya, Sarah, mengajak Holly berlibu... More

'Sup?
Day 1 : Welcome To Deep Creek
Day 2 : 300 Dollars
Day 2 : A Chance To Give
Day 3 : Sandwich Master
Day 3 : Mischief Managed
Day 4 : Girl Talk
Day 4 : I Wanna Ride A Biplane!
Day 4 : A Shady-Pilot
Day 5 : A Confrontation
Day 5 : His... What?
Day 6 : Another Girl-Talk
Day 6 : A Glimpse Of The Past
Day 7 : The Girl
Day 7 : Forgiveness
Day 7 : Quit Playing Games With My Heart
Day 7 : A... What?!
Day 8 : In Love With The Heel?
Day 8 : 'Till We Meet Again (END)
Writer's Note

Day 1 : This Is A Trap!

488 60 16
By ashwonders

Benar-benar bencana ketika Holly Fadden mengetahui dirinya dijebak. Dua puluh empat jam yang lalu, Sarah Blyton—sahabat karibnya di SMA sekaligus cewek yang paling dia percayai—meneleponnya dan mengajaknya berlibur ke pantai timur Australia.

Ayah Sarah adalah CEO perusahaan bidang jasa finansial terkenal asal New York yang otomatis menjadikannya cewek delapan belas tahun super kaya. Jadi, membiayai ongkos perjalanan ketiga temannya untuk berlibur ke Australia dan menginap di salah satu cottage pinggir pantai milik keluarganya bukanlah hal yang 'wah' lagi bagi Sarah, begitupun di mata Holly.

Sarah sangat cantik ngomong-ngomong, matanya sebiru langit, rambutnya pirang stroberi dan bergelombang. Tubuhnya seksi dan kulitnya kecoklatan hasil tanning mewah di salon. Sekaligus—dunia ini sungguh tidak adil—dia sangat baik, sangat loyal dan sangat asyik diajak ngobrol.

Nah, si Sarah yang serba sempurna ini bilang mereka akan pergi hanya dengan dua sahabatnya yang lain, Vera Lawson dan Pat Minnes.

Vera tipikal cewek kalem. Rambutnya cokelat panjang, anggun, dan manis. Senyumnya bisa membuat cowok dalam radius seratus meter meleleh dan bertekuk lutut padanya. Sikapnya selalu sangat dewasa dan paling bisa diandalkan.

Sementara Pat—yang dapat dianalogikan dengan bola karet berisi gas tawa karena kelincahan dan sifat humorisnya—berperawakan mungil dan berambut pendek serwarna plum. Dia yang paling supel dan blak-blakan di antara Holly, Sarah, maupun Vera. Cewek ini memiliki teman hampir di tiap sudut jalan yang dilaluinya dan dia juga jago berenang.

Intinya, Sarah nggak bilang mereka akan pergi dengan cowok.

Holly sedang sibuk menurun-nurunkan koper setibanya dia dan ketiga teman ceweknya di bandara ketika kecurigaannya timbul. Benar saja. Sebuah mobil lain berhenti persis di depan mobil mereka, dan turunlah dari dalamnya Gary Oden, pacar Sarah. Gary Oden itu seperti anggota boyband, dia cute dan bibirnya memesona. Holly pernah beberapa kali bertemu dengannya.

Kemudian dari dalam mobil menyusul turun satu cowok lain, satu cowok lain, dan satu lagi cowok lain, yang ketiganya tidak Holly kenal. Ketika Gary menyapa Sarah dan mulai menurun-nurunkan koper-koper dari bagasi mobilnya juga, ketakutan Holly terbukti. Holly segera melempar pandangan meminta penjelasan kepada Sarah, lalu menyeretnya menjauhi mobil dan mulai mencecarnya.

"Kau bilang kita hanya berempat." bisik Holly sambil menyipitkan mata. Sarah nyengir salting.

"Cowokku mendadak meneleponku setelah itu dan dia berencana mengajak teman-temannya juga... dan kupikir ini... ini akan uh, bagus untuk..."

"Perjodohan." Holly menyimpulkan dingin, "Kau membawaku ke liburan penuh cowok ini karena kau kelewat khawatir melihatku, Vera, dan Pat ngejomblo terus. Akui saja."

"Kau ngomong apa?" Sarah kebingungan, "Pat dan kau yang ngejomblo. Timmy—kau lihat yang berdiri di sana, berambut coklat dan pakai kacamata?—well, itu pacar Vera."

Holly membuka mulut shock. Vera sudah punya pacar! Ke mana perginya janji setia yang dia ucapkan bersama Holly dan Pat, yang menyatakan bahwa sampai umur dua puluh, mereka bersumpah tak akan memiliki pacar?

Aku dibodohi. Holly mengerang dalam hati. Aku dibodoh-bodohi!

"Aku sih nggak keberatan." Pat tiba-tiba muncul dibelakang Holly dan Sarah, membuyarkan pikirannya. "Aku akan sangat senang jika berhasil pulang membawa 'tangkapan'..."

"Holly..." Sarah memegang tangan sahabatnya itu, dia tampak memelas. "Ayolah! Ini nggak akan begitu buruk. Aku toh nggak memaksamu supaya punya pacar setelah pulang dari liburan. Ini hanya percobaan. Siapa tahu..."

"Aku nggak tertarik." potong Holly pendek.

"Baik, baik!" Sarah menyerah, "Aku nggak akan memaksamu, menjodoh-jodohkanmu atau apapun di sana. Tapi kumohon ikutlah."

Holly mendesah gusar. Tadi dia berangkat pagi-pagi sekali dari rumah. Dia juga sudah terlanjur cerita panjang lebar kepada ibunya tentang liburan ini. Tidak lucu jika dia pulang kembali dan membongkar lagi kopernya. Dia bakal ditertawai habis-habisan oleh orang-orang rumah bila menggunakan alasan 'ada banyak cowok yang ikut'.

Holly juga sangat tidak ingin kesempatannya berlibur ke Australia hancur hanya gara-gara kehadiran cowok.

"Oke." Holly berkata pasrah, "Tapi kupegang janjimu."

Dua puluh menit kemudian mereka sudah berada di ruang tunggu bandara. Gary lalu mengenalkan teman-temannya itu kepada Vera, Pat, dan Holly. Mereka semua berumur delapan belas, sama seperti Holly.

Holly memperhatikan. Cowok pertama—yang paling tinggi dan paling nyentrik—namanya Chris Logan. Posturnya bagus, kakinya panjang, dan yang paling mencolok dari penampilannya adalah piercing di ujung alis kanannya dan rambut spike acak-acakannya yang dicat putih. Vera menduga warna aslinya adalah hitam, sama seperti rambut Holly, karena Chris sengaja membiarkan pangkal-pangkal rambutnya tetap hitam. Holly merasa sering melihat cowok seperti dia, karena rambut putihnya seperti tak asing lagi. Entahlah, belakangan ini rambut putih menjadi tren, kan?

Cowok kedua namanya Zacharias Gray. Tapi cowok bilang dia lebih sering dipanggil Zach. Zach tipikal bintang lapangan yang populer. Mirip-mirip Sarah, dia pirang dan matanya biru terang. Giginya sempurna. Zach juga lumayan modis. Holly perhatikan bajunya bermerek. Jam tangannya pasti ribuan dolar.

Cowok ketiga, yang paling mungil dan sedari tadi sibuk berkutat dengan tab, pokoknya kelihatan menggilai gadget canggih, namanya Tim Priest. Inilah, si cowok yang menyebabkan temannya berkhianat, yang membuat seorang perwujudan dewi-kahyangan-turun-ke-bumi macam Vera bertekuk lutut dan mengingkari janjinya sendiri. Tim tidak terlalu mencolok. Dia memakai kacamata, walaupun begitu sama sekali tak kelihatan kuper. Model kacamatanya bagus, agak kebesaran namun gaya. Sangat irit senyum dan tatapannya tajam. Pantas saja, selera Vera itu cowok yang kelihatan intelek.

Holly tak banyak berbicara ketika mereka berdelapan duduk sambil menunggu pesawat. Saat yang lain sibuk mengobrol, Vera beringsut mendekatinya.

"Sori, aku nggak memberitahumu tentang Timmy." Vera tersenyum gugup, "Kupikir kau bakal bereaksi negatif..."

"Bereaksi negatif." ulang Holly dramatis, tanpa mengalihkan pandangannya dari pot tanaman di kejauhan, "Bagaimana, menurutmu, jika kau punya teman baik sejak SD yang berjanji takkan punya pacar, tapi beberapa bulan kemudian, voila! Dia muncul dengan Sweety-Tiny-Timmy nya. Dan bahkan kau tahu tentang itu nggak secara langsung."

Vera baru akan membuka mulut untuk memberi alasan, namun kembali bungkam melihat mata Holly menyipit berbahaya.

"Maaf, aku bersalah dan aku bersedia menerima hukuman darimu dalam bentuk apapun." Vera mengucapkan kalimat itu, kalimat yang sudah menjadi semacam tradisi sakral di antara keempat cewek itu. Menanggapinya, Holly hanya memutar bola mata jengkel.

Tak lama kemudian, pengumuman berkumandang dan memberitahukan bahwa pesawat dengan tujuan Sydney telah tiba. Holly tanpa basa-basi segera bangkit dan memakai ranselnya, memimpin jalan melewati lorong panjang untuk memasuki pesawat.

Masih menggerutu karena tak bisa menerima keadaannya yang mengenaskan, Holly menuju kursinya di dekat jendela, meletakkan ranselnya di bagasi kabin, dan mengenyakkan diri ke kursi. Dia sedang asyik mengamati pemandangan petugas-petugas bandara berlalu lalang membawa koper-koper penumpang dari jendela pesawat ketika dia mendengar seseorang berdeham.

"Ehem."

Holly menoleh dan mendapati si nyentrik, Chris Logan, sedang berdiri di sampingnya sambil nyengir. Cowok itu masih menenteng ranselnya, tampak agak kikuk.

"Ng... apa kursi ini kosong?"

Holly mengernyit bingung. Dia mengecek nomor-nomor kursi di tiket teman-temannya dan cukup yakin bahwa seharusnya Pat yang duduk di sebelahnya, "Apa maksudmu? Kupikir ini kursi Pat."

"Dan kursi itu, yang tahu-tahu diduduki temanmu Pat, juga seharusnya kursiku." ujar Chris seraya menunjuk ke arah beberapa kursi di depan mereka.

Berusaha mencerna arti kalimat Chris, Holly bangkit dan berusaha mengikuti arah yang ditunjuk cowok itu.

Holly menemukan Pat telah dengan santainya duduk bersama si atlet modis, Zach. Zach mengisiki cewek itu sesuatu yang kelihatannya seperti lelucon, membuat Pat terkikik-kikik berlebihan.

Holly mengerjap tak percaya.

Yang benar saja. Pat menelantarkanku.

"Jadi..." Chris menggantung kalimatnya seraya meringis. Holly memejamkan matanya, berdoa meminta diberi kesabaran lalu menggumamkan sesuatu yang kedengaran seperti 'dasar pengkhianat', lalu mengenyakkan diri lagi ke kursinya.

"Terserah deh." kata Holly sebal.

Cowok jangkung itu segera menaikkan ranselnya ke bagasi di sebelah ransel Holly dan bahunya sedikit menyenggol bahu Holly ketika dia duduk. Seakan tersengat listrik, Holly beringsut merapat ke jendela, berusaha menarik bahunya sejauh mungkin.

Selama beberapa menit suasana sunyi. Holly jelas tak mau repot-repot membuka pembicaraan. Namun Chris sepertinya tak betah dengan keadaan super canggung semacam ini.

"Jadi, kau juga di Redville High seperti Sarah?" Chris bertanya. Holly hanya mengangguk, tapi Chris langsung nyerocos. "Aku kenal Sarah di SMP. Waktu itu yang ada dipikiranku 'aku harus dapat cewek cantik ini'. Tapi ternyata sepupuku bergerak lebih cepat."

Satu lagi penggemar Sarah.

Holly tak habis pikir. Cowok ini baru mengenalnya beberapa menit, namun langsung menggembar-gemborkan masalah isi hatinya dengan begitu enteng. Maka Holly hanya berkomentar, "Oden itu sepupumu?" alih-alih meneriakinya 'aku nggak butuh dengar curhatanmu!'

"Oden? O-oh, maksudmu Gary?" Chris terkekeh sambil menatap Holly, campuran bingung dan geli, "Yeah uh... Fadden. Gary hebat. Populer, dikagumi cewek-cewek di sekolah kami. Raja prom."

"Sarah ratu prom. Oh, betapa dunia ini sangat adil." Holly menimpali datar. Chris nyengir setuju.

"Dunia ini adil banget."

---

Hola!

Selamat datang di FTBC versi yang sudah direvisi.

Btw, kalau ada pembaca yang menemukan kejanggalan dalam tulisan (glitch), kesalahan ejaan, typo, etc-etc, silakan komen. Aku orangnya legowo dan terima masukan kok.

Jangan lupa vote :D

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 246K 49
Rukma Asmarani bermimpi menemukan seorang lelaki yang baik, melahirkan anak, lalu jadi keluarga paling bahagia di dunia. Namun, seperti takdir yang e...
5.7M 380K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1M 99.1K 54
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
905K 64.7K 36
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...