Nothing Last Forever

By chleover

25.4K 1.9K 58

[Ft. Taehyung] ❝I need more time, I wanna live, please.❞ ©hleover, 2019. More

1. Little thing
2. Lily
4. Collapse
5. School's health clinic
6. Little crash
7. Who's he
8. Damn, idk
9. I'm gonna tell you
10. 3 days
11. Know that feel

3. I can't

2.3K 214 4
By chleover


"Kim Taehyung!"

"Hei, hentikan!"

"Wajahku tidak kelihatan di layar."

"Jimin, biar aku yang memegang ponselnya."

"Tidak mau, dia harus melihat ketampananku dengan jelas."

"Astaga, Park Jimin."

"Ya! hentikan."

Taehyung terkekeh melihat kelakuan kedua orang yang eksis di layar ponselnya sekarang. Ya, Jimin dan Namjoon sedang merusuh di seberang sana.

Semuanya mendadak diam.

"Sebentar, kau berbicara tidak formal, hei!" Namjoon merebut ponsel Jimin dan memelototi Taehyung dengan wajahnya yang memenuhi layar.

"Bukan begitu—"

"Hyung, ponselku!"

Ucapan Taehyung dipotong oleh Jimin, mereka kembali merusuh.

"Taehyung sedang dimana?!"

DI sela-sela tampilan layar yang tidak beraturan, Taehyung bisa mendengar suara Namjoon.

"Aku dari makam appa, sekarang dalam perjalanan pulang."

"Apa kau baik-baik saja?"

Setidaknya setelah ucapan Taehyung barusan, keisengan mereka terhenti. Namjoon memegang ponsel dan ada Jimin di sampingnya.

"Ya, aku baik-baik saja."

Taehyung tersenyum palsu. Membuat suasana hening.

"Lee ssaem datang."

Taehyung bisa mendengar salah satu teman sekelasnya berteriak, dan sontak saja tampilan ponselnya kembali kacau.

"Guru datang, sampai jumpa! Kami akan menghubungimu lagi!"

"Ya, sampai jumpa."

Taehyung melepas sebelah earphonenya, menyenderkan kepalanya di sisi kaca.

"Kenapa hidupku seperti ini?"

▪︎▪︎▪︎

Taehyung kembali lagi ke tempat ini, ya rumahnya. Tidak ada yang aneh bagi orang-orang karena rumah adalah tempat kembali ternyaman, hanya saja ini menyiksa bagi Taehyung.

Jika Taehyung berbicara jujur, tempat ini adalah tempat yang paling Ia benci sekaligus yang Ia sukai dalam hidupnya.

Kenapa?

Rumah ini adalah aset terakhir yang ditinggalkan orangtuanya setelah tabungan yang bisa Ia pakai hingga Ia lulus kuliah bahkan sepuluh tahun setelahnya.

Ada kenangan indah disini, juga ada kenangan buruk.

Bagaimana kedua orang tuanya memberi cinta dan merawat dirinya sebagai anak satu-satunya selama enam belas tahun, itu adalah bagian terbaiknya.

Di sisi lain, sudah dikatakan bahwa kebahagiaan itu lenyap saat appanya meninggal dan eommanya pergi di saat Taehyung masih berduka.

Bagimana sebuah dinding yang dibangun dengan bahan terbaik disertai kerja keras hingga menjadi sangat kokoh, lalu sebuah retakan dari dasar membuatnya hancur.

Hal itu cukup menjelaskan mental Taehyung saat itu.

Hidup tanpa keluarga, kerabat, sejak saat itu Taehyung sangat tertutup dan pendiam.

Setidaknya Taehyung masih bersyukur ada teman-temannya yang selalu baik padanya, setidaknya membantu dirinya untuk melanjutkan hidup kedepannya.

"Eomma, aku pulang!"

"Sayang, bagaimana harimu? Apa sekolahmu menyenangkan?"

"Tentu saja, eomma!"

"Bergegas ganti baju, eomma dan appa akan menunggu di meja makan."

Taehyung tersenyum miris menatap interior rumah dari arah pintu masuk. Ingatan masa lalunya terlalu kuat.

"Ah,"

Taehyung menahan pegangannya di gagang pintu, kepalanya mendadak sakit lagi entah kenapa.

Mungkin karena dirinya terlalu banyak berpikir? Atau nyeri demamnya kembali.

"Obat demam, aku harus sekolah besok." Gumamnya.


6 PM

Suara jam digital membangunkan Taehyung yang tertidur di sofa. Matanya mengerjap pelan, terasa sakit dan berbayang.

Taehyung mematikan televisi yang menyala berjam-jam tanpa ditonton.

Suasana di rumahnya benar-benar sepi dan sunyi, lampu belum dinyalakan membuat kesan seperti rumah angker.

Kadang Taehyung merasa ngeri, tapi Ia sempat berpikir mungkin jika ada hantu yang tinggal di rumah ini mereka akan segera pergi, toh mereka tidak akan tahan melihat Taehyung berdiam diri larut dalam kesedihan setiap malamnya.

Ia berjalan perlahan menuju saklar lampu dan menutup gorden, lalu berbalik saat ponselnya berdering.

Jimin: ada tugas kelompok bertiga, dan Seokjin hyung juga datang, ayo kerjakan malam ini di sebuah kafe, aku akan menjemputmu pukul tujuh.

Taehyung tak yakin bisa keluar mengerjakan tugas malam ini, tapi Taehyung punya alasan sendiri untuk tidak menolak hal itu.

Nothing Last Forever.

Pukul tujuh kurang lima menit, Jimin sudah di rumah Taehyung. Menekan bel satu kali dan pemilik rumah meresponnya dengan cepat.

"Jimin."

"Ck panggil aku hyung." Jimin menyenggol lengan Taehyung pelan.

"Kita hanya beda dua bulan, lagipula tak apa sesekali memanggilmu begitu kan." Taehyung terkekeh pelan menatap Jimin yang terlihat jengkel.

Jimin memutar bola matanya malas, "Ya terserahlah, ayo bergegas."

"Omong-omong kau sudah makan belum?"

Taehyung mengangguk pelan atas pertanyaan Jimin.

"Padahal santai saja, tugasnya tidak banyak dan mudah, kita bisa bersantai di sana."

Taehyung mengalihkan pandangan ke kaca mobil, memejamkan matanya dan menghela nafas pelan.

Sumpah, Taehyung ingin lari saja rasanya.

Kondisinya belum sepenuhnya membaik, dan sekarang Ia malah keluar dengan urusan yang tidak terlalu penting.

"Taehyung? Tak apa kan?"

"Um ya tentu."

Taehyung lelah memakai topeng.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal hyung?"

"Maksudmu?"

"Bisa di rumah salah satu kita dan membeli beberapa camilan."

"Aku yang mentraktir kali ini, ya?"

Terserahlah.

Saat sampai di kafe, Seokjin dan Namjoon ternyata sudah menunggu, mereka melaambai ke arah Taehyung dan Jimin untuk mendekat.

"Kalian sudah memesan?" Tanya Jimin lalu menarik kursi di depan Namjoon.

Namjoon dan Seokjin menggeleng, "Kami menunggu kalian."

"Baiklah ayo memesan beberapa makanan."

Taehyung hanya sesekali berbicara, tubuhnya lemas dan wajahnya memucat, tapi setidaknya tersamarkan dengan cahaya lampu kekuningan.

"Taehyung, bagianmu."

Taehyung tersadar, posisinya sangat canggung lalu mengunyah dengan terpaksa kentang goreng yang sedari tadi tetap utuh dipegangnya.

Dengan cepat Ia mengetik di laptop dan menyimpulkan beberapa kalimat yang berasal dari buku.

"Bagianku selesai, aku ke toilet sebentar."

Tak ada yang peduli dengan ucapannya, mereka terlalu antusias dengan hasil yang Ia kerjakan barusan.

"Huwek."

Punggungnya naik turun, memuntahkan isi lambungnya di kloset. Matanya berair dan wajahnya terasa hangat.

"Benar, harusnya aku tidak memaksakan diri."

Taehyung keluar, menuju deretan wastafel. Untunglah toilet dalam keadaan sepi sekarang.

Ia menumpu kedua tangannya di sisi wastafel, menyalakan keran dan mengambil beberapa helai tisu.

"Taehyung? Kau—wajahmu pucat sekali!"

"Tolong antarkan aku pulang sekarang."

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

232K 19K 93
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
906K 54.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
244K 25.7K 28
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
629K 30.3K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...