[END] Evil Jeager meet Innoce...

By GitaYuta

24.6K 2.8K 340

Jenderal terbaik Nazi dengan gelar 'Devil of Man' jatuh dalam pesona seorang pemuda pemanggang roti yang polo... More

Prolog and cast
eins
drei
vier
fünf
sechs
Epilog

zwei

2.6K 390 57
By GitaYuta

Dengan raut sebal, Hyuck menyilangkan tangannya di depan dada menunggu dua pria yang menguncinya dalam mobil itu. Dia menghela nafas sesaat mengingat ibunya yang mungkin saja khawatir dia tak pulang segera. Begitu dua pria dari rumah pandai besi terbaik di kota, mereka masuk dan berbincang kecil.

"Tuan-tuan kalian tak berniat menurunkanku?" Tanya Hyuck dengan wajah cemberut.

Keduanya menoleh ke pemuda itu. "Jika kami tidak mau, bagaimana?" Ujar si pria dengan surai pirangnya. Sedangkan sang bawahan, menahan tawa melihat kelakuan sang jenderal.

Wajah Hyuck memerah. Dirinya makin kesal, "Tidak bisa! Aku tak mau ikut bersama kalian!" Tak tahan, Berthold bahkan tertawa melihat kejadian tadi meski mendapat tatapan galak dari Hyuck. Sang jenderal tersenyum tipis lalu memerintahkan Berthold melajukan mobil. Beberapa menit mobil tersebut berhenti tepat di restoran kota. Mereka turun, Berthold yang menerima petuah dari sang jenderal mulai membuka pintu penumpang membiarkan pemuda tadi turun.

"Akhirnya—hei!" Belum selesai bersyukur Hyuck meneriaki pria pirang yang menarik tangannya untuk masuk ke restoran. Mereka menjadi pusat perhatian, namun Jeager seolah tak peduli. Kursi pojok menjadi tujuannya. Segera keduanya mendudukkan pantat di sana. Berbeda pemuda itu yang masih betah berdiri hingga si jenderal menarik Hyuck agar duduk di sampingnya. Pelayan pun datang dan menawarkan menu dari restoran mereka.

"Permisi tuan-tuan, silahkan dipilih menu yang tersedia hari ini!" tukas gadis manis si pelayan. Tak lekang dia melempar senyuman terbaiknya terhadap dua pria Nazi dengan paras tampan. Masing-masing dari mereka menyebutkan pesanan. Namun Hyuck tetap bungkam. Dia masih menahan wajah kesalnya, padahal perutnya hanya diisi segelas susu tadi pagi. Sungguh nama-nama menu itu menggoda ususnya mengakibatkan otaknya berpikir lapar.

"Hei, katakanlah pesananmu." Tak menjawab, si pemuda masih menyilangkan tangannya di depan dada lalu membuang muka. Berthold yang kesal hampir saja menggertaknya namun di hentikan oleh Jeager.

"Itu saja, nona" tukas Jeager. Perempuan pelayan itu agak terpaksa meninggalkan kedua pria tampan di sana untuk menyiapkan pesanan mereka.

"Biarkan saja bocah ini kelaparan melihat kita," ujar pria itu. Hyuck menoleh dan menatap tajam pria di sampingnya sebelum membuang muka. Berthold dan Jeager berbincang kecil sedangkan pemuda satunya mengasah otak untuk kabur dari kedua pria itu. Hingga salah satu darinya kembali memperhatikan bocah tersebut.

"Kau tak mau menyebutkan namamu?" Fokus Hyuck terganggu olehnya.

"Namaku? Aku Ronhyuck Greva Weèber." Jawabnya begitu polos. Senyum Jeager terkembang begitu mengetahui namanya. Namun hilang lagi begitu Berthold menoleh pada sang jenderal.

"Pesanan datang!" Seru gadis pelayan sambil membawa nampan berisi falscher hase dan bretzel.

Begitu akan mengunyah makanannya, tangan Jeager ditahan oleh sosok di sampingnya.

"Hei tuan! Kau tak bisa mengunyahnya bersamaan."

"Kenapa?" Tanya Jeager.

"Meskipun bretzel hanya roti biasa tapi dia punya etika untuk kau makan!" Mendengar itu Jeager membolakan matanya. Pemuda itu berbicara seolah dia mengetahui segalanya.

"Lalu apa yang harus kulakukan, tuan Weèber?"

"Kau harus mengunyah bretzel-nya nanti" perintah Hyuck senyum yang menampakkan giginya. Jeager membawa matanya menatap Hyuck, bertumpu pada tangan kanannya.

"Apa hak-mu mengaturku, tuan Weèber?"

"Hak-ku? Aku adalah pemanggang roti terbaik di kota ini, jadi aku punya hak menunjukkanmu cara memakan roti dengan sopan." Berthold sampai menahan tawanya gara-gara pernyataan polos pemuda itu. Melihat sang jenderal yang diatur oleh bocah dengan judul pemanggang roti itu cukup menggelitik perutnya.

"S-sir, aku permisi ke toilet dahulu" pamit Berthold yang tak tahan lagi menertawai sang bos.

Bagaimana seorang jenderal kejam yang berhasil dibuat sabar oleh tingkah pemuda polos di hadapannya.

Jeager menghela nafas, mengabaikan atensi pemuda itu dan kembali mengunyah sesuai apa yang diperintahkan si bocah. Beda dengan Jeager, Hyuck menoleh nafsu dengan falscher hase yang baru dipanggang dalam piring saji tersebut. Perutnya bahkan berbunyi akibat sang empunya yang kelaparan. Sambil menggigit daging, Jeager menoleh ke pemuda di sampingnya. Wajah melas Hyuck dan suara tadi cukup menjelaskan pemuda tersebut kelaparan.

"Aku masih ingat kau menolak-"

"Tuan! Berikan aku sepotong daging nikmat itu. Kumohon~" pinta Hyuck.

Jeager masih ingin menjahilinya, "Jika aku tak mau, bagaimana?"

"Hiks Tuan..." Hyuck mulai mengeluarkan bulir air matanya. Mata para pelanggan di sana pun mulai teralih oleh Hyuck yang merengek tangis. Perempuan-perempuan banyak menatap Hyuck kasihan sedangkan tatapan untuk Jeager agak sinis.

"Hei-hei diam. Baiklah, aku akan memberikanmu," mata Hyuck berbinar melihat Jeager. Tangannya mengambil garpu, menancapkan pada daging dan menyuapi pemuda yang menerima daging suapannya.

"Bagaimana?"

Hyuck menganggukkan kepalanya. Dia memilih tak menjelaskan lebih betapa nikmatnya falscher hase dimakan saat lapar datang. Jeager tersenyum tipis, pemuda itu membuat suasananya hari ini agak berwarna.

"Aku mau bertanya" Kembali, Hyuck mengangguk mengiyakan sambil menerima daging yang Jeager suapi.

"Kenapa kau tak takut melihatku? Bahkan kau sukses menggertak seorang jenderal, menyuruhnya memakan bretzel dengan sopan, bahkan membuatnya menyuapi-mu."

Hyuck hampir menyemburkan makanannya, tapi dirinya sukses menahan itu. Hanya segelintir air liurnya yang sukses mendarat di wajah tampan Jeager. Dia terkekeh kecil, terlebih saat melihat raut wajah datar Jeager.

"Hehe tadi aku refleks menggertak kalian. Begitu melihat lambang dari seragam kalian, jujur aku takut kok! Namun, percuma juga bila aku takut. Aku kan sudah menggertak kalian pertamanya, jadi aku berlagak berani saja." Jeager menampilkan senyum palsunya sambil mengelap bekas liur Hyuck.

"Haha berani ya? Bahkan kau menodai wajahku." Hyuck membawa tangannya untuk ikut membersihkan liurnya dengan kain ujung lengan bajunya. "Hehe maafkan aku."

"Kau tak takut mati?" Celetuk Jeager menatap lekat sosok kecil itu.

Hyuck menghentikan gerakannya, kembali duduk ke tempat semula. Tangan mungilnya tertaut, bibir bawahnya dia gigit menahan rasa gugup.

"K-kau tak akan membunuhku kan?" Tanyanya tanpa menoleh pada Jeager.

"Aku bercanda" kata Jeager. Sontak Hyuck menatap kesal pria itu. Dia rampas Bretzel yang hendak di gigit Jeager.

"Hei-"

Bentakkan Jeager berhenti. Dia menggeleng kepala takjub melihat tingkah pemuda yang polos dan seenaknya.

"Tuan," panggil Hyuck di sela kunyahannya.

Jeager menoleh sambil menggigiti daging kartoffelsalat-nya. Alisnya naik, mengisyaratkan pertanyaan kenapa bocah itu memanggilnya.

"Namamu siapa?" Tanya Hyuck.

Segera pria itu meneguk daging yang tercincang dalam mulutnya.
"Apa itu urusanmu?"

Wajah Hyuck berubah datar, bibirnya mencebik kesal. "Tentu! Kau saja menyuruhku menyebutkan namaku? Kenapa aku tidak boleh tau namamu?!"

Jeager menepuk bahu pemuda itu. Membuatnya agar tenang.

"Baik-baik. Namaku Mark, Mark Axilion Jeager. Tapi aku sudah biasa dipanggil Jeager dibanding nama depanku." Mulut Hyuck menganga memperhatikan Jeager yang menjawab pertanyaannya dengan gagah.

"Kenapa? Menurutku nama depanmu manis loh!" Tanyanya lagi. Jeager kembali menghela nafas sambil mengulirkan bola matanya. Tampaknya dia cukup menyesal membawa pemuda penuh pertanyaan ini. Tangannya mencubit pipi pemuda itu, "Kau banyak tanya"

"Huwa sakit! Sakit-sakit, Mark hentikan!" Sambil berteriak dia memukul tangan Jeager agar melepas pipinya.

Akhirnya Jeager melepaskan kehitungan kelima detik. Hyuck mengelus pipinya yang memerah pastinya.

"Jangan panggil aku Mark, bocah"

"Aku tetap akan memanggilmu Mark, Sir!" Jeager menahan rasa sakit kepalanya. Baru kali ini dia pusing karena hal yang tak ada hubungannya dengan politik, kuasa, dan militer. Pemuda itulah yang membuka ruang alasan kenapa seorang Jeager bisa pusing karena hal lain untuk pertama kali.

"Oh ya! Kau panggil nama depanku saja. Panggil aku Hyuck ya, Sir Mark hehe!" Pinta pemuda itu dengan senyuman yang menampakkan dua gigi depannya.

EJMIW

Usai menyelesaikan urusan perutnya, ketiga laki-laki dewasa dengan salah satu pemuda yang mengekor di belakang masuk ke mobil. Setelah kembali dari toilet, Berthold terkejut saat daging falscher hase-nya yang tinggal setengah. Saat ditanyai siapa yang mengambil, dengan seenak jidat pemuda surai merah itu mengatakan bila sang jenderal-lah yang memakannya. Anehnya, jenderal tersebut hanya abai meski sekali-kali menatap datar pada Hyuck.

Mereka mulai membelah jalanan kota. Hyuck bersenandung sambil memandang kota-nya. "Aku tak menyangka jika menaiki mobil sambil mengelilingi kota itu enak juga~" ujarnya. Kedua pria di depan tampak menghela nafas. Hyuck yang awalnya memberontak karena di bawa malah keenakan menikmati angin dari jendela kaca mobil.


"ASTAGA!" Pekik Hyuck. Berthold bahkan harus mengerem mendadak. Jeager mengumpat dalam hati lalu melihat ke belakang.

"Ada apa?!" Tanya Jeager dengan wajah kesal sekaligus khawatir.

"Aku lupa membeli belanjaan untuk besok!" Jawab Hyuck tak kalah tinggi nadanya. "Lalu?"


"Mark, antarkan aku ke kedai serba ada. Aku mau membeli bahan-bahan." Perintah Hyuck seolah dia adalah tuan pemilik mobil.

"Apa? Enak sekali kau menyuruh jenderal seperti menyuruh kacungmu?! Bahkan kau memanggil Sir Jeager dengan nama pertamanya!" Bentak Berthold tak terima.

Hyuck menatap tajam pria yang mengendalikan mobil, "Apa urusanmu, ha?!"

Berthold kebarakan jenggot jadinya. "Tentu ada. Sir Jeager adalah atasanku dan mobil ini bukan milikmu bocah!"

"Cih apa-apaan kau?!" Berthold dan Hyuck pun melemparkan tatapan tajam dan bersilat lidah hingga Jeager yang menjadi penonton angkat bicara karena terlalu pusing saat ini.


"Berthold lebih baik kau diam. Bawa mobil ini ke kedai yang dia inginkan tadi." Perintah mutlak Jeager.

Hyuck merasa menang tersenyum sombong melihat Berthold yang dimarahi sang jenderal, sedangkan Berthold menatap tajam pemuda menyebalkan itu. Mobil mereka pun tepat berhenti di kedai serba ada. Hyuck turun, begitupula dengan Jeager yang mengintilinya. Membiarkan Berthold bersama perasaan kesal di dalam mobil.


EJMIW

"Aufwiedersehen, Mark!" Seru Hyuck melambaikan tangan ke mobil yang menjauh dari tempatnya berdiri. Sehabis belanja bahan-bahan pembuatan roti, dirinya merengek agar Jeager mengantarnya pulang juga.

Pria itu mengiyakan permintaan Hyuck. Dia cukup pusing meladeni pemuda itu jadi lebih baik mengantarnya pulang. Berthold pun mengiyakan. Meski hal itu bukan tanggung jawabnya, tapi dia melakukannya. Lebih baik baginya untuk menjauh dari pemuda nakal itu, pikir Berthold.

Hyuck bersenandung memasuki rumahnya. Di dalam, duduk sang ibu sambil melipat pakaian kering mereka.

"Kau darimana saja Hyuck? Lama sekali kau membelinya."

Hyuck tak membalas pertanyaan sang ibu. Dia malah tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Dari olimpus? Atau dari surga, ha?"

Hyuck mengerucutkan bibirnya, "Ih ibu! Hyuck beli di kedai biasa kok. Hanya saja tadi ada Mark yang menghalangi Hyuck!"

Ibunya mengerucutkan kening, "Mark? Siapa?"

Hyuck tertawa kecil, "Hehe kenalan Hyuck! Dia membawa Hyuck ke restoran kota dan ibu tau jika falscher hase di sana enak sekali!"

Sang ibu menggulirkan matanya, anaknya itu selalu saja tergiur jika ada kaitannya dengan makanan.

"Ya sudah, sana mandi. Lalu bersihkan kamarmu. Ibu akan menyiapkan bahan-bahan untuk besok." Perintah ibunya.

Hyuck berdiri tegap dengan tangan kanan hormat di samping kepalanya, "Laksanakan, ibu!"

Wanita paruh baya itu hanya menggeleng takjub melihat anaknya yang benar-benar luar biasa itu.

"Eh, Mark?" Tanya Hyuck saat tangannya ditahan oleh Jeager.

"Apa kita bisa bertemu besok?"

"Tentu. Memangnya ada apa?"

Jeager mengedikkan bahunya, "Tak ada yang spesial."

Hyuck ber-oh-ria. "Aku hanya lenggang dari siang hingga sore. Paginya aku harus membantu ibuku berjualan."

Jeager mengangguk, "Aku akan pergi pagi untuk membeli roti-rotimu"

"Oh benarkah?" Tanya Hyuck dengan binar di matanya.

"Iya" jawab pria itu singkat.

"Huwaa kau berjanji padaku, Mark!"

TBC

Jeno Christian Berthold

Continue Reading

You'll Also Like

211K 18.8K 31
PART MASIH LENGKAP! TERSEDIA DALAM BENTUK PDF (CARA ORDER ADA DI BAGIAN CHAPTER) Saat keduanya saling ingin mengobati. Mark yang terluka karena ditin...
32.9K 2.9K 27
[On-Going] wrn; - bxb,homo,etc - m-preg - a little bit angsat - 18 plus Dhia hanya ingin Lutfinya yang dulu kembali, hanya itu.
276K 13.9K 42
#CERITA HASIL PIKIRAN SENDIRI# #BANYAK TYPO NYA JADI MAKLUMIN SAJA# SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA!#* Dari sorang gadis bar-bar yang meninggal karna kec...
282K 22.9K 14
Haechan Lee jatuh cinta pada pesona seorang Mark Lee si dokter muda. Apapun Mark lakukan untuk beruang kecilnya, bahkan untuk menikahinya. ⚠️ BxB Ra...