5inchi : Painful Memories (On...

By ekha_nurmala

89 7 66

Hanya sebuah oneshoot persahabatan. Semoga suka. 'Semua kenangan menyakitkan itu berawal dariku.' More

Painful Memories

89 7 66
By ekha_nurmala

Cast :
Naya, Mala, Azki, Atha, Kea.

Genre : Friendship and angst

⚠️Hanya Fiksi⚠️

Saya sarankan ketika membaca kalian sedang baik-baik saja dengan kehidupan persahabatan.
Saya hanya menyarankan. Kalau dibaca dalam keadaan tidak baik-baik saja saya juga persilahkan.


Selamat membaca

        Hai! Namaku Mala. Ketika aku menyebut namaku apa yang kalian pikirkan. Iya benar sebuah bencana. Kejadian itu sudah hampir 3 tahun yang lalu tepat tanggal 13 Juni hari anniversary persahabatan kami berlima. Tapi apakah pantas disebut anniversary sedangkan kami sedang di rundung pilu. Semua kejadian tak mengenakkan berawal dari Aku.

Semula aku tidak pernah yakin dengan apa yang dinamakan keluarga bahagia hingga aku menemukan mereka sebagai keluargaku. Kami memang hanyalah anak-anak asing yang tidak saling mengenal. Tapi karena takdir dan semesta yang mempertemukan akhirnya kami jauh lebih mengenal. Bahkan kebiasan buruk pun sudah menjadi hal yang wajar.

Aku sangat percaya bahwa kalian kuat tidak sepertiku yang rapuh bila disentuh. Mirip seperti gelembung sabun.

Aku kira kejadian itu hanyalah bunga tidurku. Tapi ternyata bukan. Kejadian itu sangat nyata dan akulah yang pertama menyebabkan kenangan yang menyakitkan ini.

Kak Naya,

Wanita terkuat yang pernah aku temui. Dia selalu berkata baik-baik saja ketika aku bertanya ada apa dengannya. Kakak terbaik buat kami walau kami lahir di tahun yang sama. Dia selalu menyemangati kami ketika kami sedang dalam keadaan paling rendah. Dan menyemangati kami ketika kami melakukan sesuatu yang bagi orang lain tidak mungkin terjadi. Dia terlihat baik-baik saja selama ini. Sendari awal pun ia tidak memperlihatkan air mata kesedihannya pada kami.

Dia adalah salah satu pendengar yang berharga. Dia selalu mendengar keluh kesah kami. Mulai dari masalah keluarga hingga masalah tentang pria. Aku mengaguminya. Bagaimana bisa ia seperti ibu kedua bagi kami?

"Apa itu kasih sayang?"

Tentu jawabanku seperti ini, "Orang yang mirip atau sama pelukannya dengan ibu."

Dia adalah kakak terhebat dalam persahabatan yang sudah kami jalin selama 6 tahun lamanya. Hingga aku menemukan sebuah kebenaran yang menyakitkan.

Brakk...

Aku masih mengingat jelas bagaimana ia pingsan di depanku. Dan darah segar masih setia menetes pada hidungnya. Tentu aku menangis. Dia tidak pernah seperti ini. Kala itu aku langsung menelepon ambulans ke tempat aku latihan dance.

"Kak. Tolong bangun kak! Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kakak tidak pernah bicara padaku?" tanyaku terus menerus sambil menggoyang-goyangkan badannya.

"Kak Naya bangun!" teriakku lagi.

Sirine ambulans itu memekakkan telingaku. Membuat jantungku terpacu lebih cepat daripada biasanya.

Semua berjalan dengan cepat begitu pula dengan waktu. Aku masih mengingat bagaimana ia dimasukkan ke dalam ruangan itu. Aku menghubungi semua sahabatku hingga lupa kalau Kea sedang lomba menari.

Aku terus menangis sambil menunggu kak Naya. Aku terus berdoa agar ia selalu baik-baik saja. Semua doa kurapalkan.

Rasanya sangat sulit untuk menghentikan tangis yang semakin lama semakin membuatku kesulitan bernapas. Ketakutanku kembali lagi. Aku sangat-sangat cemas. Dan aku juga melupakan obat yang selama ini menemaniku agar terlihat lebih baik.

"Bagaimana keadaan kak Naya?" tanya Atha kala itu. Jelas aku masih mengingat semuanya.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Ini salahku. Benar inilah hal yang tidak aku inginkan. Pikiranku berperang. Seharusnya aku tak mengajaknya berlatih koreo baru milik Park Jimin itu. Seharusnya aku membiarkannya melihatku saja. Seharusnya...hanya itu yang bisa kupikirkan. Seandainya aku tidak berkata bahwa ia harus menarikan tarian yang menguras tenaga itu. Seandainya aku tak mengajaknya berkunjung ke studio dance milikku. Hanya kata 'seandainya' yang terus berputar dalam pikiranku.

"Semua ini gara-gara kamu!" teriak Azki tepat di depan wajahku. Baru kali ini dia berteriak setelah 6 tahun lamanya kita bersahabat.

"Kalau kak Naya kenapa-napa aku tidak bakal maafin kamu Mal!" ucapnya sekali lagi.

"Maaf," lirihku.

Tentu aku menangis semakin kencang. Aku tak tahu harus bagaimana? Iya memang akulah yang menyebabkan kekacauan ini.

Atha menengahi kami berdua. Aku menyukai aura penengahnya.

Detik telah berganti menit dan menit telah berganti jam. Sudah hampir 2 jam dokter yang menangani kak Naya belum juga keluar dari ruangan putih itu. Kami terduduk bertiga. Saling merapalkan doa dan saling menguatkan. Aku kembali mengusap air mata yang telah membuat mataku memerah dan membengkak. Mereka berdua juga mengusap matanya masing-masing.

Kami menangis. Kami takut kehilangan. Itulah yang selalu dalam pikiran kami. Dokter dari ruangan putih itu akhirnya keluar. Kami menanyakan keadaan kak Naya.

Lalu dokter itu menggeleng penuh dengan keputus asaan. Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Ini mimpi. Ini hanya mimpi. Batinku mulai berteriak.

"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan pasien. Kankernya sudah stadium akhir. Dan inilah akhir dari semua penderitaannya. Doakan dia. Dan segera hubungi keluarganya," ucap dokter itu lalu pergi meninggalkan kami yang masih mematung di tempat.

Tubuhku merosot dan pikiranku tetap tak percaya dengan apa yang terjadi. Ini mimpi! Aku menangis kembali. Orang yang selama ini aku sayangi seperti saudara kandungku sendiri meninggalkanku tanpa sepatah kata. Bahkan tawanya tadi pagipun masih teringat jelas dalam ingatanku.

"Kak Naya," lirihku.

"Semua salahmu Mal," lirih Azki yang berada tepat di sampingku.

"Aku bahkan tidak tahu jika kak Naya sakit. Adik macam apa aku?" lirihku lagi.

"Dia menyanyangimu. Dia memilih menyembunyikan sakitnya agar kau tak kehilangan semangat hidupmu yang hampir kau akhiri tahun lalu," ucap Azki.

"Jadi kalian tahu kalau kak Naya sakit?" tanyaku.

Mereka mengangguk.

📖📖📖

Tepat tanggal 13 Juni kak Naya pergi meninggalkan kami. Dia yang selalu menjadi tempat kami pulang telah pergi. Ocehannya tentang makan tepat waktu tidak akan kudengar lagi. Tawanya, kata-kata mutiaranya tidak akan kudapatkan lagi. Seharusnya hari ini kami meniup lilin bertuliskan angka 6 di atas kue tar. Tapi semesta tak menghendakinya.

Aku menghadiri acara pemakaman yang memilukan ini. Langitpun juga sama sedihnya. Ia juga menangis. Air itu perlahan turun dengan deras. Dan semua yang berada di sana menangis karena kehilangan sosok berharga. Dialah orang yang membuatku tidak melakukan serangkaian rencana bunuh diri.

Satu hal yang ingin kutanyakan pada mereka (Atha dan Azki) adalah keberadaan Kea. Sejak kemarin aku tak melihatnya. Aku masih menundukkan kepalaku. Tak berani aku menatap mata mereka yang seolah-olah menyalahkanku akan hal ini.

Dadaku bergemuruh semakin cepat. Napasku juga sedikit tersegal. Dia kembali. Penyakit mentalku kembali. Dan penawarnya telah pergi selama-lamanya. Aku memejamkan mataku hingga aku melihat hanya tinggal kami bertiga yang masih disini.

Azki dan Atha menghampiriku dengan raut marahnya. Hanya Azki. Atha seperti biasa dia selalu adil.

"Kau puas Mal? Semua karenamu! Kau tahu mengapa Kea tidak menghadiri acara pemakaman kak Naya? Semua karenamu. Semalam setelah kamu memberitahunya. Ia harus mengalami kecelakaan. Dan kau tahu Mal? Kea tidak bisa berjalan kembali! Aku benci kamu Mal. Haha Mala yang artinya bencana. Pantas saja!" ucap Azki yang membuatku tak percaya.

Kea adik terakhir kami kecelakaan? Dan tidak bisa berjalan lagi? Benar ini salahku. Salahku yang tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu. Aku terduduk di atas tanah yang basah karena hujan. Aku menangis. Mengapa harus serumit ini? Tuhan tak bolehkah aku bahagia dengan sahabat-sahabatku? Kau sudah mengambil kak Naya. Lalu mengapa kau juga membuat Kea tak dapat berjalan kembali?

"Sudah Mal tak perlu dipikirkan terlalu dalam. Ini sudah takdir dan ini juga bukan salahmu. Mungkin Azki masih terbawa emosi," ucap Atha sambil memelukku dan membiarkan Azki pergi menjahui kami.

"Tha...apakah kamu membenciku?" tanyaku lirih.

Ia menggeleng.

"Aku tak membencimu Mal. Walau sebenarnya semalam aku juga ingin menyalahkanmu. Tapi bukankah ini takdir. Kita tidak bisa mengubah kematian seseorang. Sekarang kita pulang! Aku akan mengantarmu," ucapnya yang mampu memperbaiki sedikit luka dalam hatiku.

📖📖📖

Dan tiga tahun itu telah berlalu. Kami berempat memutuskan untuk tidak saling menghubungi. Mereka berhak menyalahkanku. Kea masih sama. Masih belum bisa berjalan. Hal terakhir yang ku ingat adalah ketika dia tersenyum padaku lalu menangis dalam pelukanku. Ia sangat merindukan kak Naya.

Aku tidak tahu secara detail tentang keadaan mereka sekarang. Aku hanya bisa mengamati mereka dari kejahuan. Kea sudah menerima keadaannya. Walaupun ia harus merelakan mimpinya menjadi penari yang dikenal oleh masyarakat luas hingga go internasional. Penari yang berbakat. Mimpinya harus pupus di sini dan itu karenaku. Dan sekarang ia sedang berusaha dengan mimpi barunya. Dengan keterbatasannya ia mampu menjadi atlet yang hebat. Benar ia menjadi atlet lari walau bukan lari dalam artian yang sebenarnya.

Azki tentu dia belum memaafkanku. Dan sekarang ia lebih memilih untuk menyibukkan diri pada tugas kuliahnya. Kadang pula ia melewatkan makan siangnya. Andai kak Naya masih hidup mungkin keadaan pertemanan kita tidak akan seperti ini. Andai bukan aku yang menyebabkan kak Naya meninggal. Mungkin kami masih tertawa bersama dalam base camp milik kami. Bercerita tentang kehidupan-kehidupan fantasi dan hal-hal yang perlu di debatkan.

Dan Atha dia memilih untuk meraih mimpinya menjadi seorang youtuber sekaligus penyanyi di Ibukota. Itu mimpinya. Aku bahagia melihatnya meraih mimpi itu. Ia selalu tersenyum di depan kamera. Seolah hidupnya baik-baik saja. Aku tahu matanya tidak bisa berbohong padaku. Ku akui suara Atha memang yang terbaik.

Sedangkan aku di sini. Di dalam ruangan lengkap dengan kaca yang berada di dinding. Iya dalam studio dance milikku. 5Academy. Di sini aku meluapkan seluruh perasaanku dalam sebuah gerakan-gerakan. Dan hanya itu yang bisa kulakukan.

"Kak istirahat dulu!" itu suara anak didikku. Aku hanya menganggukkan kepala dan duduk di sampingnya.

"Jangan terlalu capek kak," sarannya.

"Nggak capek kok. Waktu tiga tahun berjalan terlalu cepat Ru. Dan kakak harus menyiapkan koreografi untuk kompetisi. Mimpi kakak harus tetap terwujud."

"Tapi jangan memaksakan kak. Kalau capek istirahat."

"Iya-iya."

"Oh iya kak jangan lupa nanti kerumah sakit!"

"Iya kakak tidak lupa kok."

Iya setelah kak Naya meninggal, obat depresi selalu menemaniku. Obat tidurpun selalu kuminum kala malam telah datang. Ketika purnama menampakkan sinar putihnya. Hingga sebulan yang lalu Biru menemukanku tak sadarkan diri akibat overdosisi obat.

Dan apa yang terjadi padaku saat ini adalah hal yang harus kutebus. Aku menderita gagal ginjal. Dan sudah hampir satu bulan pula aku harus rutin cuci darah. Menyakitkan. Rasanya aku memilih mati daripada merasakan hal ini.

Dan juga hari ini aku akan resmi dirawat di rumah sakit. Biru membantuku untuk berkemas dan langsung menuju rumah sakit.

Selang infus telah terpasang dalam tanganku. Besok adalah waktuku untuk cuci darah. Biru pergi satu jam yang lalu. Aku menyuruhnya untuk melihat keadaan Kea dan Azki. Ku harap ia bisa memberikan informasi tentang dua sahabatku yang aku rindukan. Sedangkan Atha aku sedikit kesulitan menemukam dimana ia berada. Seminggu yang lalu ia tengah dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan patner duetnya. Aku sedikit bahagia. Setidaknya ada bahu untuk bersandar kala ia lelah dengan senyum palsu itu.

Dua bulan yang akan datang kompetisi dance itu diadakan di Seoul. Tepat hari ulang tahun persahabatan kami. Dan aku harus membawakan koreografi milikku. Ini mimpiku karena akan ada Jung Hoseok sebagai jurinya. Walaupun aku tidak terlalu yakin akan hal itu. Memang ini bukan pertama kali kami mengikuti acara tahunan itu. Tapi tiga tahun berturut-turut kami selalu gagal pada babak pertama.

Aku membuka laptop milikku. Naskahku hampir selesai. Dan sebulan lagi karyaku akan diterbitkan. Doakan sampai best seller ya. Aku tersenyum dan ini senyum tulus milikku yang selama tiga tahun ini menghilang begitu saja.

Aku sudah menuliskan kata SELESAI pada halaman terakhir. Dan menuliskan lirik lagu yang ku buat. Ini semua adalah curahan perasaanku yang merindukan kehangatan keluarga dan sahabat. Hati ini rasanya sangat kosong karena tidak ada canda tawa seperti dulu. Tidak ada pancaran kebahagiaan yang kurindukan. Tidak ada pelukan hangat dan senyuman hangat.

Dokter itu tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Ia membawa banyak suntikan dan banyak jenis obat. Ia masih setia tersenyum padaku sambil menyuntikkan obat pada selang infusku.

"Semangat Mala saya yakin kamu bisa melewati ini semua."

"Apakah masih ada harapan saya hidup dokter?" tanyaku.

"Semoga saja. Dan bagaimana naskahmu sudah selesaikah?" tanyanya.

Aku mengangguk. Dialah orang pertama membaca tulisanku. Yang masih dalam sebuah coretan-coretan. Ia teman psikolog yang dua tahun lalu kutemui. Dia yang selalu menyemangatiku menuliskan kisah indah milikku dan sahabat-sahabatku. Sepertinya takdir suka bermain-main. Sekarang akulah pasiennya.

"Besok akan ku kirimkan ke penerbitnya Mal. Dan istirhatlah. Karena setelah aku mengirim naskahmu kau harus cuci darah."

"Iya dok."

"Jangan dok. Panggil mas. Oke."

"Iya mas."

"Sekarang istirahatlah."

"Eum."

Seperti biasanya mimpi buruk menghampiriku. Ingatan tiga tahun lalupun masih berputar layaknya kaset rusak setiap harinya. Itupun karena penyakitku yang tidak memperbolehkan aku mengonsumsi obat-obatan itu.

Saat aku risau dengan mimpi itu maka akan ada tangan hangat yang terus mengusap punggung tanganku dan berkata semua akan baik-baik saja. Itu adalah kata klise yang ingin aku dengar setiap harinya. Setidaknya masih ada orang yang menginginkanku hidup dan memperbaiki semuanya. Tangan itu milik Biru lelaki berumur 17 tahun dengan mata hazelnya. Dia adik yang baik. Adik yang selama ini hanyalah anganku. Iya aku selalu berangan-angan mempunyai adik dalam artian sesungguhnya. Bahkan aku menamai ia dalam kontakku dengan Adek 4. Karena adek 1, adek 2, adek 3 untuk Atha, Azki dan Kea.

📖📖📖

Hari ini mereka bertujuh telah sampai di bandara Incheon, Korea Selatan. Mereka tidak boleh mengecewakan kak Malanya. Mereka harus menang. Apapun yang terjadi? Kak Mala sangatlah berharga bagi mereka. Mereka semua yatim piatu dan Mala yang menampung mereka selama ini. Mala itu bukan bencana Mala itu Malaikat. Malaikat bagi mereka yang menghargainya.

"One...two...three...fighting!" mereka menyemangati diri mereka sendiri.

"Biru kau yakin akan menampilkan koreografi ciptaan kak Mala yang terakhir itu. Bukankah itu sangat menyakitkan?" tanya Aji pada Biru.

"Iya kita harus menampilkan koreografi itu saat acara grand final nanti. Dan kita harus tetap semangat agar masuk dalam babak itu. Kita harus membanggakan kak Mala. Kak Mala adalah harta berharga bagi kita. Ingat!" ucap Biru yang membuat grup itu semangat kembali.

Sudah dua bulan yang lalu mereka mengikuti kompetisi dance di Korea. Dan mereka harus mensyukuri itu. Usaha tidak menghianati hasil. Mereka telah masuk grandfinal. Hari ini koreografi terakhir ciptaan kakak mereka ditampilkan.

"Kalian siap?" tanya staff yang ada di sana.

"Ne!"

"5Academy fighting! 5hope fighting! Go go go!"

Mereka menaiki panggung megah dan di sana ada seseorang yang membuat kakaknya yakin dengan impiannya. Jung Hoseok namanya. Hari ini tepat tanggal 13 Juni dan hari ini pula anniversary persahabatan Mala dan sahabat-sahabatnya.

"Annyeonghaseyo! We Are 5hope and we are from Indonesia,"

Dua bulan yang lalu pula mereka juga mendapatkan fans dari netizen Korea. Mereka bersorak memanggil nama-nama mereka. Biru tersenyum begitu pula anggota yang lainnya.

Lampu stage telah mati. Lalu suara seseorang membuat keheningan. Suara sorak-sorak itupun seakan menghilang begitu saja.

'Hi! This choregraphy, i'm creating for my hope my best friend and my family. And don't forget to Jung Hoseok my love.'

Lampu stage itu mengarah pada tujuh sosok lelaki itu. Lagu telah terputar dan mereka memulai gerakan itu. Semua ditampilkan secara tersirat. Koreografi itu membuat orang di sana mulai meneteskan air mata mereka. Koregrafi itu mengatakan tentang indahnya persahabatan dan rasa kehilangan. Benar kata Aji lagu dan koreogfari ini terlalu menyakitkan. Dan mereka aura bertujuh sangatlah menyentuh hati. Raut wajahnya bahkan berubah sendu seiring berjalannya musik. Mereka secara sadar juga meneteskan air mata mereka.

Sudah hampir 7 menit koregrafi itu telah selesai. Penonton berteriak histeris. Mereka sangat mendalami penampilan tersebut. Bahkan Jung Hoseok yang notabenya adalah juri tamu pun tak kuasa menahan air matanya. Mengapa gadis itu membuat koreografi dengan penjiwaan yang seperti ini? Itulah pertanyaan dalam hatinya.

Mereka bertujuh menghapus air mata mereka dan membungkukkan badannya. Dan acara hampir selesai. Mereka menunggu di belakang stage dan menantikan pengumuman pemenang.

Drtt drtt drtt

Handphone milik Biru bergetar dalam mode vibrate. Dokter Yudha. Nama itu yang tertera dalam handphone miliknya. Dokter yang selama ini menangani kakaknya.

"Halo."

"Ini Biru?"

"Iya dok saya sendiri. Ada apa ya?"

"Maafkan saya Biru. Maafkan saya tidak bisa membuat kakakmu bertahan lagi. Setelah dua bulan yang lalu kondisinya semakin parah. Kami baru saja merayakan ulang tahun anniversary persahabatan mereka yang ke sembilan. Tapi ketika lilin itu ditiup Mala langsung kritis. Kami berusaha semaksimal mungkin Biru. Namun Tuhan berkehendak lain. Kakakmu meninggal hari ini."

"Hiks tidak...ini tidak mungkin. Dokter bercanda kan. Iyakan dok. Dokter lagi main prank kan?"

"Maaf Biru...maaf sekali lagi."

Biru langsung menutup panggilan itu. Ia menangis. Aji dan yang lainnya menghampirinya. Menanyakan apa yang terjadi dengan Biru. Mengapa ia menangis seperti ini?

"Kak Mala pergi," lirihnya.

Mereka bertujuh berpelukan. Menangis sejadi-jadinya. Malaikat mereka juga pergi meninggalkan mereka. Mereka berbagi rasa sakit. Memang senyum kakak mereka jarang mereka dapatkan semenjak tiga tahun yang lalu. Tapi tetap saja mereka sangat menyayangi kakak mereka itu.

"Kalian sekarang masuk ke stage!" intrupsi dari salah satu staff yang membuat mereka melepaskan pelukan itu.

Pemenang dalam kompetisi ini akan segera diumumkan. Mereka bertujuh masih setia dengan air mata yang mengucur deras. Para penontonpun di buat bingung. Mengapa mereka menangis?

"Dan pemenang tahun ini adalah 5hope dari Indonesia!" teriak MC.

Mereka bersujud syukur. Mimpi kakaknya telah terwujud hari ini. Walau hanya salah satunya. Karena mimpi terbesarnya adalah merayakan ulang tahun persahabatannya seperti dulu.

"Kami sangat bahagia dapat membawa piala kemenangan ini. Piala ini untuk kakak kami kak Mala. Hiks..hiks kak Mala ini Biru. Terimakasih kak Mala. Kami juga berterimakasih pada Tuhan yang memberikan kami kesempatan emas ini. Terimakasih juga pada para fans yang senantiasa mendukung kami. Terimakasih semuanya."

"Kak Mala...kami akan segera pulang hiks hiks hiks.." ucap Aji diselingi tangisannya.

"Bolehkah saya tahu siapa Mala itu?" tanya MC.

"Ia adalah kakak, ibu, sahabat, motivator, dan malaikat bagi kami. Ia yang mengajari kami hingga kami mendapatkan piala hari ini. Dia koreografer terbaik. Ini mimpinya. Mimpinya untuk bisa memenangkan kompetisi ini agar bisa kolaborasi dengan Jung Hoseok."

"Maaf...bolehkah saya bertemu dengannya?" tanya Hoseok tiba-tiba.

"Tidak bisa."

"Mengapa? Bukankah ia menginginkan untuk kolaborasi denganku?"

"Kakak kami sudah pergi. Dia telah bahagia di atas bersama Tuhan. Hari ini ia meninggalkan kami. Hiks hiks hiks."

"Maaf...saya turut berduka cita."

"Bolehkah saya berbicara sedikit saja."

"Iya silahkan!" sang MC mempersilahkan Biru untuk menyampaikan beberapa kata.

"Happy Anniversary 5inchi. Selamat ulang tahun. Hari ini tepat hari ulang tahun kalian dan hari ini pula kalian kehilangan seorang yang berharga. Kak Azki tolong maafkan kak Mala. Kak Mala juga tidak ingin kehilangan kak Naya kala itu. Kak Mala juga tidak menginginkan hal buruk menimpa kak Kea. Maafkan kak Mala kak Azki. Dia sudah menderita selama ini. Walau saya juga tahu kalian semua menderita karena hal ini. Dan kak Kea selamat atas mendali emasnya. Semoga dapat membanggakan negera seperti mimpi kak Kea walau bukan dengan menari. Kak Atha selamat atas penghargaan Penyanyi terbaik dalam negeri semoga hingga go internasional kak. Terimakasih kalian telah menjadi sahabat buat kakak kami. Kak Naya dan kak Mala semoga tenang diatas sana. Kami selalu mendoakan kalian."

Semua yang berada di sana menangis. Mereka juga penasaran dengan cerita tentang siapa Mala itu. Jung Hoseok juga tidak bisa membendung air matanya.

"Semoga mereka mendengarmu Biru. Dan semoga kakak kalian tenang di sisi Tuhan. Dan selamat ulang tahun 5inchi. Walau saya tidak mengetahui ceritanya tapi jujur kelihatannya itu sangat menyakitkan," ucap MC.

"Saya juga mengucapkan happy anniversary untuk 5inchi dan Bangtan yang hari ini juga ulang tahun. Dan semoga kakak kalian tenang di sana."

Setelah mereka menerima penghargaan itu mereka langsung menuju bandara dan pulang ke tanah air. Mereka tidak bisa menghentikan tangisnya.

📖📖📖

Hari ini pemakaman Mala. Seperti yang ia harapkan mereka bertiga menangis sambil memeluk gundukan tanah yang masih basah itu. Seminggu sebelum ia meninggal ia telah menerbitkan buku yang berjudul '5inchi: Beautiful memories in My Life'. Cerita tentang persahabatan yang indah. Dan kabar baiknya buku masuk dalam jajaran nasional best seller lalu tahun depan buku itu akan di filmkan.

Dalam buku itu sangat berbeda dengan apa yang terjadi 3 tahun terakhir. Mala tidak mempublikasikan cerita kenangan menyakitkan ini. Cukup orang di luar sana mengira bahwa persahabatan ini baik-baik saja.

Bahkan Kea, Azki dan Atha mengingat-ingat masa mereka sekolah dulu. Hampir semua orang di sekolah itu iri dengan persahabatan mereka. Persahabatan mereka juga terkenal di sekolah lain.

Mereka bertiga meniup lilin di atas kue tar. Tepat di depan makam Naya dan Mala. Mereka tak kuasa menahan tangisnya.

"Happy Anniversay guys."

"Happy Anniversay my sister."

"Happy Anniversary guys."

Ia membuka lirik lagu ciptaan Mala. Dan pada akhirnya Atha akan memasukkan lagu itu ke dalam album terbarunya. Mereka berpelukan sambil mengingat hal-hal indah persahabatan mereka.

Setelah Mala meninggal berita tentangnya mulai tersebar. Mulai kemenangan 5hope grup dance yang menjuarai kompetisi di Seoul. Ia mampu menarik perhatian orang-orang. Apalagi ia merupakan sahabat dari Atha yang merupakan penyanyi yang mempunyai banyak fans. Apalagi ketika Jung Hoseok meneteskan air mata pada saat Biru mengungkapkan selamat ulang tahun.

Hampir semua orang mengenal siapa 5inchi itu. Kisah persahabatan yang indah.

Dear friend,

Hai apa kabar kalian semua. Kuharap kalian baik-baik saja. Mungkin memang benar kata Azki aku memanglah bencana. Dan sekarang aku menebus semuanya. Mungkin kalian membaca surat ini saat aku sudah tidak ada. Aku sangat merindukan kalian. Semoga kalian bahagia dengan apa yang telah kalian capai. Maaf karenaku persahabatan ini berantakan.

Hanya maaf yang bisa keluar dari mulutku. Maaf harus merusak mimpi kalian. Aku memang salah.

Untuk kalian I Love You guys.

Tertanda Mala.
Bencana yang berharap menjadi malaikat.

Catatan rahasia Atha si penengah.

Hai sahabat

Mungkin selama ini kalian menyangka aku tak pernah sekalipun memikirkan kalian,

Mungkin kalian sangka aku hanya fokus pada apa yang ku raih saat ini,

Mungkin kalian sangka aku hanya bisa melupakan masa lalu kita yang telah kita lalui itu,

Tapi kalian salah, di setiap detik dalam hidupku, ada sepercik rindu yang kian lama semakin membelenggu,

Rindu akan canda tawa, rindu akan tangis sedih dan gembira, rindu akan kebersamaan kita,

Hanya satu hal yang ingin aku sampaikan,

Aku rindu kalian,

5inchi ku, 5inchi kita😭

_SELESAI_

Silahkan di play lalu hayati dengan rasa kehilangan seseorang yang kau sayangi

Silahkan untuk:

1.) Komentar di sini

2.) Beri saran

3.) Bagaimana perasaan kalian ketika membaca ini?

4.) Jangan lupa vote dan komen.

Continue Reading

You'll Also Like

734K 18.5K 52
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
939K 60.4K 37
οΌ³οΌ¬οΌ―οΌ· οΌ΅οΌ°οΌ€οΌ‘οΌ΄οΌ₯ Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...
273K 8.8K 62
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
30.8M 2M 103
COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerita berjudul "Private...