Love dulu buat part ini ♥️♥️
***
Cinta kita tidak benar, cinta kita didasari oleh nafsu. Karena kita memulainya dengan tidak benar, sebaik apapun makna pacaran, jika tidak didasari komitmen, kedewasaan dan tanggung jawab itu tak akan sanggup menggetarkan Arsy yang agung untuk menjadikan kita pecinta yang sejati. Itulah sebabnya kenapa hanya ada luka dan tangis, karena cinta kita datangnya bukan dari Allah. Maka dengan cepat pula Tuhan merenggut cinta itu.
-
-
Arsena menatap tajam Andreas. Saat ini ia berada di tempat penahan sementara. Mereka duduk berdua saling berhadapan satu sama lain. Ia berusaha memendam rasa amarahnya. Baginya sia-sia jika ia datang dengan penuh emosi, yang terjadi bukan menyelesaikan masalah tapi menambah masalah. Selama pengalaman hidupnya dari pada marah dan menjadi brutal lebih baik menjadi orang tenang, karena dulu ia pernah meninggalkan keluarganya akibat kesalahpahaman dan ia sudah terlanjur membenci ibunya sendiri. Padahal semua itu tidak seperti yang ia pikirkan, ibunya ternyata juga mencintainya sama seperti mencintai Ahwan kakaknya. Dari hal itu Arsena belajar untuk menjadi orang sabar.
"Saya minta baik-baik untuk tidak mendekati Afiqah lagi dan jangan mengganggunya!!" Arsena mengatakan itu dengan tenang.
"Kamu tidak bisa mengatur hidup saya." Balas Andreas sengit.
"Kamu juga tidak berhak menggangu Afiqah, karena kamu bukan siapa-siapa dia lagi." Ucapan Arsena telak membuat Andreas diam.
"Semua itu karena kamu yang telah merebutnya dariku. Andai saja tidak ada dirimu pasti aku dan Afiqah akan bahagia sekarang. Tapi kenyataan Semua wanita ternyata sama saja mereka akan mudah berpaling jika bertemu pria yang lebih baik." Andreas menjelekan Afiqah, ia sudah terlanjur sakit hati pada gadis itu. Gadis pertama yang telah membuat hidupnya berwarna sekaligus suram.
"Kamu salah, sayalah yang memaksa Afiqah menikah dengan saya. Bahkan dia menikah denganku untuk melindungimu waktu itu agar kamu tidak di keluarkan dari sekolah." Andreas menatap Arsena dengan penuh tanda tanya seakan tidak mengerti.
"Dia menikah dengan saya karena sebuah perjanjian. Dengan isyarat saya bersedia membantu kalian agar tidak di hukum kepala sekolah karena telah membolos. Dan dia juga melindungimu dari kemarahan ayahnya, jika seandainya pria paruh baya itu tahu betapa brengseknya dirimu yang hampir merusak anak semata wayangnya mungkin hanya tinggal nama saja dirimu. Seharusnya kamu berterimakasih kepada gadis itu bukan melukainya dan menuduhnya yang tidak-tidak. Dan juga gara-gara kamu dia jadi tidak ingin melanjutkan kuliah. Dia sudah terlanjur malu akibat ulah berengsekmu." Ucapan itu membuat Andreas terpaku, timbul rasa bersalah yang amat besar di hatinya. Arsena berdiri dari kursi yang didudukinya. Ia amat jengah di sini. Udara terasa sangat panas di tubuhnya.
"Ini peringatan terakhir untukmu! Jika kamu mendekati kehidupan Afiqah lagi maka aku tak akan segan untuk membunuhmu dengan pistolku tepat di kepalamu." Arsena menarik kerah baju Andreas sambil mengatakan itu. Ia masih menahan kesabaran untuk tidak memukul Andreas. Ia bukan pria lemah yang hanya bisa baku hantam. Tapi ia hanya tidak ingin mengotori tangannya untuk melukai anak kecil yang umurnya jauh dengan dirinya. Itu sama saja dirinya pengecut karena melawan lawan yang tidak sepadan.
Kemudian Arsena meninggalkan sebuah surat yang Afiqah titipkan padanya tadi untuk Andreas.
"Ini apa?" Tanya Andreas.
"Baca saja, ini dari Afiqah. Kalau begitu saya pergi dulu. Assalamualaikum." Kemudian Arsena pamit meninggalkan Andreas yang sedang membaca surat itu.
Teruntuk Andreas.
Terimakasih telah membaca suratku. Aku ingin mengatakan padamu, bahwa cintaku dulu padamu tulus. Tidak ada niat sedikitpun untuk mengkhianatimu. Aku sungguh memahamimu saat itu. Namun ternyata kita tidak pernah tahu bahwa hati kita mudah sekali di bolak-balik oleh sang pemilik hati ini. Aku tidak berniat sekalipun untuk meninggalkanmu. Hatiku berusaha untuk mencintaimu apapun yang terjadi, tapi semua tak semudah itu. Cinta kita tidak benar, cinta kita didasari oleh nafsu. Karena kita memulainya dengan tidak benar, sebaik apapun makna pacaran, jika tidak didasari komitmen, kedewasaan dan tanggung jawab itu tak akan sanggup menggetarkan Arsy yang agung untuk menjadi pecinta yang sejati. Itu sebabnya kenapa hanya ada luka dan tangis, karena cinta kita datangnya bukan dari Allah. Maka dengan cepat pula Tuhan merenggut cinta itu.
Untuk terakhir kalinya aku minta maaf karena telah membuatmu kecewa. Tapi aku hanya ingin kau kembali ke jalan-Nya. Jangan sia-siakan waktumu untuk hal yang tidak berguna. Aku yakin di saat kamu mengenal Tuhanmu, maka kamu akan mengenal siapa dirimu, dan kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu walau bukan dari aku.
Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak akan membenci walaupun kamu berusaha melukaiku lagi. Karena aku belajar dari seseorang mengkhawatirkan apa yang ada di masalalu itu tidak ada gunanya.
Andreas membaca itu dengan penuh haru. Dia tidak dapat berkata-kata lagi. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Afiqah kenapa gadis itu bisa sebodoh itu hanya untuk melindunginya.
****
Arsena menyalakan mesin motornya. Ia menghela napas, akibat percakapan mereka tadi. Ia jadi teringat bagaimana sedihnya Afiqah yang memutuskan untuk tidak lanjut kuliah. Padahal ia mampu untuk membayar kuliah gadis itu.
"Kamu yakin tidak ingin kuliah?" Tanya Arsena sekali lagi. Afiqah menggeleng sambil mengelus rambut Arsena yang tertidur di pangkuannya. Mereka saat ini masih di gunung menikmati pemandangan disana.
"Beneran? Saya ngak papa. Saya tidak akan melarang kamu jika ingin sekolah lagi. Saya malah senang."
"Tidak usah mas, Afiqah sudah tidak berminat." Wajah Afiqah berubah jadi murung, Arsena bisa melihat itu. Ia tahu alasannya yang tidak lain karena masalah itu.
"Kamu yakin? Mas tidak ingin kamu jadi sedih dan kamu kehilangan masa-masa muda kamu karena menikah dengan mas." Lanjut Arsena sambil mengecupi tangan Afiqah yang digenggamannya. Semilir angin menemani mereka.
"Tidak apa-apa mas. Lagipula Afiqah bisa membantu mas mengelola cafe atau di rumah jadi istri yang baik buat mas, Afiqah bisa belajar masak atau lain-lain. Mas tidak apa-apa kalau Afiqah tidak bekerja atau tidak berpendidikan tinggi."
"Tidak sama sekali, mas akan mendukung kamu jika apa yang kamu lakukan sesuai dengan keinginan hati kamu. Lagi pula saya tidak mau memaksa kamu. Tapi jika kamu berubah pikiran katakan saja." Gadis itu mengangguk.
Suara dering ponsel menyadarkan Arsena dari lamunan. Arsena langsung mengangkat panggilan dari Afiqah. Baru saja di pikirkan sudah menghubunginya. Kalau sudah jodoh mau di pisah bagaimanapun juga pasti akan sulit. Pria itu tersenyum tanpa sadar tak dapat menahan rasa bahagia.
"Iya sayang ada apa?" Tanya Arsena pada Afiqah di seberang sana.
"Mas beliin Martabak manis rasa ketan dong mas."
"Oke siap komandan! Mas ojol siap antar makanan." Terdengar suara cekikikan disana mendengar sahutan Afiqah.
"Bintang lima ya nanti." Lanjut Arsena meng-kode istrinya. Setiap kali pria itu berhasil mendapat bintang lima akan dapat reward kecupan.
"Yang penting beli dulu. Hati-hati di jalan ya mas. Jangan lupa pake helm sama patuhi rambu lalu lintas nanti di tilang sama polisi." Arsena terkekeh mendengar itu. Lagi-lagi Afiqah mengingatkan akan kejadian konyolnya yang di tilang polisi padahal dia sendiri seorang polisi.
"Siap sayang."
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
***
T
BC
SPAM komen next di sini yaa!!!
1000 komen dong guys
Gimana part ini?
Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_
@arse_fa
@arsen_aanggara
@️afi_qahshafa
Maaf lagi ada revisi....
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho
Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_
Jangan lupa jaga kesehatan :)
Cerita ini akan menemanimu selama liburan...