A Perfect Plan ✓

Od A-noona

2M 175K 80.4K

[ SUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA ] Aku tidak pernah men... Více

PROLOGUE
APP - 1
APP - 2
APP - 3
APP - 4
APP - 5
APP - 6
APP - 7
APP - 8
APP - 9
APP - 10
AAP - 11
APP - 12
APP - 13
APP - 14
APP - 15
APP - 16
APP - 17
APP - 18
APP - 19
APP - 20
APP - 21
APP - 22
APP - 23
APP - 25
APP - 26
APP - 27 - TRAILER
APP - 28
APP - 29
APP - 30
APP - 31
APP - 32
APP - 33
APP - 34
TRAILER II + PENGUMUMAN
VOTE COVER - CLOSED
Special Chapter : Ryu Brothers

APP - 24

47.7K 4.4K 2.1K
Od A-noona

Semua jadi terasa berbeda. Ada canggung yang menyelimuti. Ada kalut yang mengepul di setiap kepala yang berusaha mencari-cari pengalihan seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah dalam dirinya tidak meraung dan memaki bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mereka semua sama-sama sada bahwa ada yang tidak beres tetapi tidak tahu bagaimana mengakhirinya atau bahkan untuk sekadar mengakuinya. Mereka bukan mencari penyelesaian yang berujung hal baik, mereka hanya ingin terlihat baik-baik saja dan nyatanya tidak.

Sulit untuk tidak bertatap muka ketika berada dalam satu atap. Sekalipun rumah yang ditempati Jimin, Taeri dan Jungkook cukup besar dan mereka kerap berkutat dengan kesibukan masing-masing di luar, tetapi ada saat-saat tertentu akan saling bersitatap. Hal itu sulit dihindari sekalipun Kim Taeri telah berusaha setengah mati. Setiap dia kembali ke rumah rasa waswas menyelimuti, melirik ke segela arah memastikan bahwa tidak akan bertemu. Tetapi bagaimanapun mereka pasti bertemu seperti saat ini di ruang tengah. Pusat dari segala ruangan di seluruh bagian rumah. Taeri merutuki diri karena pasti sangat terlihat ketika matanya dan Jungkook bertemu kemudian dia langsung membuang muka buru-buru. Bersikap seolah tidak melihat atau tidak peduli—tidak pula menyadari keberadaannya—padahal jelas mereka saling bertatapan.

Jungkook baru saja ingin membuka mulut dan menyapa, tetapi Taeri sudah berlalu pergi. Rasanya sakit. Perlahan raut wajahnya berubah menjadi senyuman miris. Mungkin dia salah berbicara. Harusnya dia tidak banyak omong dan tetap dia menyimpan perasaannya. Padahal yang dia inginkan hanyalah melihat Taeri tersenyum. Berusaha keras untuk wanita itu agar tidak bersedih dan terluka. Tidak lebih. Tidak memaksakan perasaannya sama sekali.

Sementara Kim Taeri memang sengaja menjauhi Jungkook. Mendapatkan perlakuan begitu lembut dari Jungkook membuatnya merasa bahwa lemah tidak masalah. Rasanya seperti ingin berbaring nyaman pada lengan yang memeluk itu. Ingin disenandungkan pujian-pujian dan kata manis. Ingin berlindung.

Namun Taeri menolak. Takut terlena dan lupa rasanya memijak dengan kaki sendiri. Bergantung dan berlindung sampai kehilangan dirinya sendiri. Tetapi yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana keinginan Jungkook yang cukup mengejutkannya. Taeri tahu rasanya terluka dan bersama Jungkook hanya akan semakin membuat pria itu terluka. Jelas dia tidak membalas perasaan Jungkok, akan sangat tidak tahu diri kalau dia tetap memanfaatkan adik dari suaminya itu.

Taeri segera melangkahkan kaki keluar dari rumah dan memakai salah satu mobil milik Jimin yang ada di garasi. Melaju cepat menyetir sendiri keluar dari gerbang. Sekarang dia harus pusing memikirkan tujuannya karena sebenarnya dia tidak berniat ke manapun. Pergi seorang diri memang tidak masalah ketika memiliki tujuan, tetapi Taeri untuk berpikir saja saat ini terlalu pusing. Mengapa waktunya harus bersamaan dengan dia tak memiliki jadwal syuting sama sekali. Tidak mungkin dia berdiam di kamar terus-terusan tanpa keluar degan perasaan waswas karena Jungkook juga ada di rumah.

Saat-saat seperti ini dia langsung teringat teman dekatnya yang selalu ada ; Kim Taehyung. Taeri tahu jelas Taehyung menyukainya dan mungkin akan terdengar jahat ketika dia masih saja mencari Taehyung saat-saat seperti ini, tetapi setidaknya Taehyung dan Jungkook berbeda, Jungkook mengabaikan perasaannya dan menggantungkan kebahagiaan Taeri di atas segalanya, sementara Taehyung masih bersikeras mendapatkan Taeri dengan cara yang benar. Setidaknya Taeri bersama Taehyung tidak membuatnya merasa sejahat ketika bersama Jungkook. Taeri sendiri tidak pernah menyangka bahwa Jeon yang tempatnya melampiaskan gairah itu ternyata menyimpan perasaan sebesar itu padanya.

Selain itu, Taehyung adalah temannya. Entah perasaan cinta itu hadir sejak kapan, tetapi bagaimanapun mereka adalah teman. Semburat senyum terukir di bibir Taeri dan langsung menghubungi pemuda itu. Seperti biasanya, Taehyung mengangkat dengan begitu cepat.

"Taehyungie... bisa temani aku makan siang?" tanya Taeri dengan nada mengayun. Seperti biasa terlihat manja jika ada maunya. Taehyung sudah hafal jelas itu. Cukup membuat pria yang sedang mengangkat telepon di seberang sana tersenyum. Taehyung suka setiap Taeri yang terlihat galak berlaku manis seperti ini pada orang-orang tertentu termasuk dia di dalamnya. Tentu pengecualian pada bagian berakting di depan kamera.

Sialnya keadaan tidak sedang mendukung. Sama seperti keadaan Taeri dan Jungkook, sejujurnya dia merasakan hal yang sama. Mendengar suara Taeri membuatnya teringat omongan Jimin tempo hari. Taehyung itu pintar, dia jelas melihat ada rasa tidak suka dari Jimin atas hubungannya dan taeri. Mungkin bisa dibilang cemburu, walaupun dia tidak tahu apa itu berarti Jimin mencintai Taeri dan ingin memilikinya secara penuh atau tidak. Yang Taehyung tahu, kalau dia bersama Taeri, dia akan menyakiti wanita itu. Taeri mencintai Jimin dan Jimin akan melakukan sesuatu untuk menyakiti Taeri seperti dia membuat Taehyung marah tempo hari. Dan Taehyung yakin kalau Jimin sendiri juga merasaka sakit karena seharusnya persahabatan mereka tidak seperti saat ini.

Taehyung tidak mau kedua orang yang dia sayangi terluka.

Seandainya Taeri memilihnya pasti akan lain lagi. Dia akan berjuang mati-matian dan menjaga Taeri. Sekarang bahkan dia tidak bisa berkutik setiap melihat Taeri terluka karena Jimin.

"Aku tidak bisa..." jawab Taehyung dengan suara melemah.

Taeri terdiam sesaat dan menghela napas. "Kau sedang sibuk sekali ya. Ya sudah, tidak apa-apa." Taeri hanya bisa tersenyum sedih seraya hendak mematikan teleponnya, tetapi Taehyung memanggil namanya. Mencegah dirinya untuk menutup telepon. Membuatnya bertanya-tanya.

"Taeri... Kau mau tidur denganku?"

"H-ha?" Taeri sukses melongo. Dia bahkan hampir saja kehilangan kendali saat menyetir. Padahal dia sudah memakai earphone yang membuatnya jadi tidak terganggu saat menyetir. "Taehyung—apa yang terjadi padamu?" tanya Taeri dengan tawa yang dipaksakan. Sengaja agar terlihat seakan itu bukanlah hal besar dan mengejutkan.

Mendengar apa yang Taeri katakan membuat Taehyung tertawa miris. "Kau—benar-benar tidak mau kusentuh ya?"

Taeri menelan ludahnya sendiri. Bagi Taeri sekarang Taehyung mendadak terlihat seperti orang lain. "Taehyung, kau sedang bercanda atau—"

"Kau tahu bagaimana perasaanku padamu. Kau tahu bahwa aku juga mengilaimu. Membayangkan bagaimana Jimin bebas menyentuhmu membuatku iri dan terluka secara bersamaan. Aku ingin mendapatkanmu dengan cara yang benar. Aku juga bisa menahan diri. Hanya saja mendengar penuturanmu membuatku terluka. Rasanya memang aku tidak memiliki kesempatan dan semuanya selalu tentang Jimin. Bahkan aku bertanya-tanya apa dulu kau benar-benar menyukaiku."

Taeri tidak dapat berkata apa-apa. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah, haruskah dia juga menjauhi Taehyung? Rasanya di akhir dia akan kehilangan segalanya. "Tae.., Maaf..." lirih Taeri.

"Tidak. Ini bukan salahmu. Ini salahku dan rasa cemburuku. Mendengar Jimin menceritakan bagaimana kau menikmati sentuhannya membuatku cemburu dan kacau sendiri..."

Kening Taeri berkerut dengan amarah yang memuncak. "Jimin? Dia menceritakan padamu? Maksudku, kau sudah tahu aku dan Jimin menikah dan—untuk apa pula bajingan itu membicarakan itu."

"Dia menjelaskannya..." Taehyung rasanya tak sanggup berbicara lagi. "Taeri... Ku rasa Jimin juga menyukaimu. Masih teramat menyukai sampai saat ini."

Giliran Taeri lagi yang dibuat bungkam. KEmbali bertanya-tanya tentang apa yang Taehyung katakan. Mungkin Taehyung memang belum menyadari bahwa yang Jimin takutkan adalah kehilangan mereka berdua, bukan karena dia mencintai Taeri seperti itu. "Tae—"

"Taeri aku benar-benar sibuk sekarang. Maaf sekali," potong Taehyung segera mematikan telepon.

"Jimin bajingan!" maki Taeri sambil memutar arah menuju kantor Jimin. Dia tidak mengerti isi kepala Jimin, mengapa harus menyakiti Taehyung seperti itu. Padahal dia telah berjanji tidak akan bersama Taehyung.

Sementara Taehyung menutup telepon dan menatap kasur di mana seorang wanita tengah tertidur lelap. Wanita yang sama saat tempo hari dia membicarakan dengan Jimin. Taehyung pada akhirnya memutuskan untuk meredakan perasaannya. Kembali bersenang-senang seperti sebelumnya.

+++

Sesampainya Taeri di kantor Jimin, dia mempercepat langkahnya—bisa dibilang tergesa-gesa. Rasanya ingin sekali berteriak dan langsung memaki. Namun statusnya menjadi istri Jimin yang juga seorang aktris terkenal, sulit membuatnya bersikap seperti itu. Semua mata pasti memandangnya dan menyapa dengan senyuman. Mau-tak mau Taeri juga harus tersenyum karena bagaimanapun orang-orang itu tidak memiliki kesalahan sama sekali padanya. Seburuk apapun perasaan Taeri, dia tidak boleh melampiaskan pada orang lain. Kecuali memang orang itu membuatnya kesal, maka habislah dia.

Sampai di depan pintu ruangan Jimin, sempat dicegah oleh sekertarisnya, hanya untuk mengatakan bahwa Jimin sedang ada tamu. Taeri tak masalah dengan itu karena tamu yang datang malah pasti akan sangat senang melihat dirinya. Taeri membantu banyak dalam mengikat klien Jimin. Setelah berdeham sekali dan mempersiapkan diri, Taeri segera masuk.

"What the hell!" maki Taeri pelan dengan mata membelalak. Taeri segera menutup pintu sebelum orang lain (sekertaris Jimin) menyadari apa yang terjadi di dalam.

Jimin terkejut menemukan Taeri yang sudah berdiri tidak jauh. Awalnya dia ingin marah memaki pada siapapun yang masuk sembarangan, tetapi setelah melihat itu adalah istrinya, senyum Jimin berubah menjadi menyeringai licik.

"Isla ahn—n aku mau keluar. Pastikan kau telan semua ya," ujar Jimin seraya menyisir rambut isla yang sedang berlutut di depannya.

Jimin duduk dengan pongah di sofa menatap Taeri yang terkejut. Sama sekali tidak terganggu akan kehadiran istrinya. Padahal jelas celananya terbuka dan penisnya sedang berada di dalam mulut Isla. Mendesak kerongkongan dan diisap keluar masuk. Mereka melakukannya sudah sedari tadi hingga saatnya Jimin akan keluar.

Tempo hari ketika dia meminta Taehyung agar Isla yang mengantar, pria itu jelas menolak. Jimin cukup kecewa dan harus menunggu hari ini ketika Isla libur. Kemudian dia akan mendapatkan kenikmatan tidak terkira dari wanita penurut itu. Orang hanya akan mengira Isla adalah sekertaris Taehyung yang mengatar berkas sementara dia dapat memainkan tubuh Isla sesuka hati. Menyetubuhi gadis itu atau meminta kenikmatan.

Jimin sampai pada puncaknya ketika cairannya keluar. Alih-alih menarik, Jimin malah sengaja mendorong hingga masuk semua ke mulut Isla. Memegang rahang Isla agar mulutnya tidak tertutup dan mengisap seluruhnya. Isla sempat tersedak tetapi Jimin malah mengulas senyum. "Kau benar-benar gadis penurut, Isla. Kau membuatku ingin melecehkanmu setiap waktu. Aku suka."

"Jim—kau—"

"Halo istriku. Kemari. Duduk di pangkuanku. Aku bisa melanjutkannya denganmu. Atau—Taeri, kau suka ketika kewanitaanmu ku mainkan bukan?" goda Jimin sambil menunjukan jarinya.

Taeri diam melongo. Matanya melirik Isla yang kelelahan. Bahkan wanita itu tidak memakai apapun kecuali pakaian dalam. Duduk begitu saja di lantai sementara Jimin mengancing celananya dan menatap Taeri penuh gairah.

"Berengsek!" maki Taeri kesal seraya beralih pada salah satu lemari dan mengambil selimut yang memang tersedia untuk ruangan Jimin. Jika Jimin lembur dan harus menginap, dia biasa memakainya. Dulu Taeri pernah menemani Jimin menginap dan diselimuti oleh itu. Taeri segera menutupi tubuh Isla dengan selimut dan lalu membawa wanita itu duduk di sofa sementara mata Jimin tidak lepas dari Taeri.

Diam-diam Jimin tersenyum penuh arti sambil menunduk.

"Jim, kau gila? Setidaknya perlakukan dia dengan benar."

Jimin mengedikan bahu. "Aku memperlakukannya dengan benar. Dia menyukainya. Hanya saja kami akan melanjutkan ke tahap berikutnya, jadi untuk apa memakai pakaian?"

Taeri memutar bola mata. "Karena aku ada di sini! Sial! Aku ingin marah tetapi lebih tidak tega melihatnya. Setidaknya berpura-puralah takut, terkejut atau apapun. Aku istrimu."

"Dia tahu tentang kita."

"Ya tapi—" Taeri tidak melanjutkan kalimatnya karena merasa percuma. Lalu menatap Jimin sambil mencerna ucapan pria itu tentang Isla tahu tentang mereka. "Kau dan dia, sedekat itu?"

Jimin tersenyum sambil mendekat dengan Taeri. Berdiri di depan gadis itu dan menelanjanginya dengan tatapan. "Ya, cukup dengan untuk bisa menunjukan padanya bagaimana kita bercinta. Kita bisa menunjukan pertunjukan yang indah untuknya. Penuh gairah. Dia bisa belajar membuatku nikmat darimu."

Taeri melotot. "Orang gila!"

"Taeri, ayolah kita coba bermain bertiga. Ayo sekarang lepas pakaianmu," bujuk Jimin ketika Taeri hendak keluar berusaha menghalangi jalan wanita itu.

Taeri melotot. "Jim! Kalau kau tidak bisa menghargaiku, hargailah Isla!" Taeri marah bukan hanya untuk dirinya tetapi juga Isla. Bagaimanapun mereka sama-sama wanita.

Jimin tertawa remeh dan saling menatap mengintimidasi dengan Taeri. Tidak ada yang mau kalah satu sama-lain. Pun Jimin menoleh pada Isla. "Isla... Kau suka bukan bermain bertiga? Tidak ada masalah kan?"

Isla terdiam tidak langsung menjawab.

"Tenang Isla, aku pasti akan menolongmu. Aku selalu menepati janjiku," ujar Jimin lagi yang Taeri tidak mengerti. Kemudian Isla mengangguk setelahnya.

Isla bangkit dari kursi dan membuat selimut jatuh begitu saja. "Haruskah aku membujuknya?" tanya Isla pada Jimin.

Taeri merasa dua orang itu sudah gila. Dia harus segera pergi dari sana.

"Kau tidak bisa ke mana-mana," ujar Jimin ketika Taeri kembali meloloskan diri. Kali ini malahan Taeri segera digendong oleh Jimin. Wanita itu berontak tetapi kalah kuat.

Jimin membaringkan Taeri di sofa. "Jimin!" Tetapi Jimin tidak mendengarkan dan lalu menarik tangan Taeri untuk menusap kejantanannya dari luar celana.

"Lihat... tegang lagi kan karenamu?" ujar Jimin.

Taeri tidak menyukai ini tetapi Jimin tidak menghentikannya. "Kalau kau tak mau, tak masalah. Usap saja terus seperti ini. Aku bisa orgasme hanya karena kau melakukan ini."

Wajah Taeri memerah.

"Jimin..." Isla memanggil sambil memeluk Jimin dari belakang.

Taeri terdiam. Dia tidak suka pemandangan itu.

[]

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

144K 15.7K 51
"Sedikit gila. Tapi, biarkan kami mengalaminya" Tuesday, Apr. 14th 2020 - Thrusday, July. 30rd 2020 3rd book in this year.
92.3K 7.3K 30
Kisah ini bermula sebab perjalanan yang membuat Jungkook mengalami pertemuan berulang dengan seorang gadis polos bersurai cokelat. Tak ada yang salah...
2M 159K 33
[ SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA] Pernikahan kedua orang tua mereka menjadikan kehidupan Kim...
1.2M 130K 36
[ SUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA ] Mungkin Kim Taeri sudah kehilangan akal untuk keluar dalam n...