DIARY PERNIKAHANKU

By kingzadma

1.2K 8 0

ini adalah novel kedua saya, masih 1-10 halaman saja. semoga anda suka. insyaallah lanjutannya akan saya shar... More

AKU DAN RASA YANG TAK SELESAI

1.2K 8 0
By kingzadma



Muhammad Arif Billah.

Seorang putra kyai Jawa blesteran Madura

di salah satu pesantren terbesar di Jember.

Seorang doktor manajemen pendidikan

Summa Cum Laude termuda dengan usia 24 tahun

di University of Malaya.

"Gus Abil!" begitu sapaan akrab orang-orang disekitarku.

Yang sebenarnya adalah panggilanku pada diriku sendiri

Yang masih cadel di masa kecilku.

Seorang Gus millenial yang cerdas, supel, gaul dan ganteng...

(Begitu orang-orang memujiku)

Tapi.. Apa yang dilihat di luar

belum tentu itu mencerminkan apa yang ada di dalam hati.

Bukan berarti perlu hipokrit tetapi kadang – kadang orang lain

tidak perlu tahu apa yang sebenarnya kita rasakan.

Catatan harian ini kutulis semenjak aku menikah.

Semoga apa yang aku tuangkan dalam catatan harian ini

Dapat menjadikan pelajaran bagi siapa saja,

dan di mana saja kalian berada.

Kupersembahkan catatan harian ini

untuk kalian semua...




Maha suci Allah yang telah menciptakan mahluk-Nya berpasang-pasangan.
Ya Allah, perkenankanlah kami merangkaikan kasih sayang yang Kau ciptakan diantara putra-putri kami

Muhammad Arif Billah, S.Pd,. M.Pd,. Phd (Gus Abil)
Putra pertama dari KH.Zainullah Rois & Ny.Hj.Fatimah Rois

dengan

Imroatul Mufarrihah, LC (Ning Fariha)
Putri kedua dari KH.Abdussyukri Fansuri & Ibu Ny.Hj.Aminah Fansuri

untuk melaksanankan syariat agama-Mu, mengikuti sunnah rasul-Mu
dalam membentuk rumah tangga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmahdalam ikatan pernikahan
yang insya Allah akan diselenggarakan pada:
SENIN 30 MARET 2019
JAM 09.30 WIB
TEMPAT:

MASJID AGUNG PROBOLINGGO


Atas kehadiran dan doa restu Bapak/Ibu/Saudara/i kami ucapkan terima kasih

Kami yang berbahagia

(KH.Zainullah Rois & Ny.Hj.Fatimah Rois ) (KH.Abdussyukri Fansuri & Ibu Ny.Hj.Aminah Fansuri)

(Muhammad Arif Billah, S.Pd,. M.Pd,. Phd (Gus Abil) & Imroatul Mufarrihah, LC (Ning Fariha)



AKU DAN RASA YANG TAK SELESAI

Ledakan petasan dan kembang api memecah keheningan pagi ini. Jeritan sirine mobil Patwal yang mengawal Alphard putih dengan hiasan bunga-bunga cantik dan kain tile yang aku tumpangi menambah kemeriahan iring-iringan mantenanku ini. suara riuh rendah dan sorak santri terdengar bersahutan dengan bunyi ledakan petasan dan kembang api. Disepanjang jalan keluar dari komlpleks pondok pesantren beratus santri dan masyarakatsekitar berjejer rapi membentuk pagar betis, tak ketinggalan mereka juga melayangkan ponsel mereka ke arah iring-iringan mobil mantenan ini.sesekali kudengar terikan histeris mereka

"Gus Abil!!!"

"Cieh... Gus Abil dadi manten!"

Mereka seolah ikut merasakan apa yang di rasakan Umi, Abiku dan keluarga besarku saat ini.Dari kaca spion sesekali kulihat Umi dan Abiku saling menatap satu sama lain dengan bertukar senyum.Matanya bersinar penuh harap. Walau tak bicara, tapi seolah aku tahu apa yang akan mereka katakan. Bahagia.Abi dan Umi juga tak canggung-canggungnya membuka kaca mobil dan melambaikan tangan kepada masyarakat di jalan yang tak mau kalah ikut mengabadikan moment bersejarah di desa Sumberwangi ini dengan kamera ponselnya.

Aku bahagia karena melihat Umi dan Abi bahagia, meski kenyataannya aku juga masih ragu apakah aku benar-benar bahagia.Hanya bermodal bismillah dan keyakinan bahwa saat kita menyenangkan hati orang tua disitulah terbuka seribu pintu menuju bahagia.Ya sudah semoga nanti ada keajaiban.Niatku suci, niatku ingin menyempurnakan separuh agamaku. Mungkin ini yang akan disebut dengan mencintai karena Allah. Entahlah aku tak tahu, perihal perasaan memang tak pernah dipelajari meski di bangku S3 sekalipun. Perihal perasaan tak peduli doktor tak peduli cuma lulusan SD. Semuanya akan menjadi bodoh jika berhadapan dengan yang namanya perasaan.

"Umi dan Abimu sudah menelpon Kiai Syukri.Dan insyaallah acara pertunanganmu akan di selenggarakan dua minggu lagi" baru buka mata masih ngantuk-ngantukknya, wajah umi berada di atas mukaku pagi itu.tepatnya dua tahun yang lalu sebulan setelah penganugerahan gelar doktorku.

"Jangan kecewakan Abi dan Umi, Fariha itu calon istri idaman. Kurang apa dia? Cantik, lulusan Al-Azhar, Hafidzah dan..."

"Anaknya kiai..." potongku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.Umi tersenyum.Sebuah rumus yang paling kuhapal.Yah... orang tua manapun selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, terlebih untuk pendamping hidupnya.Bibit, bebet dan bobot itu sangat diperhatikan.Terlebih untuk keluarga kyai.

"Ini nomer HP-nya!"Umi memberiku secarik kertas yang berisi nomer HP.

"Umi...!"

"Kamu hubungi dia! yah... tentunya kamu yang paling tahu lah gimana? Anak muda jaman sekarang ndak perlu lah di ajari maneh" Umi pun berlalu tanpa memberiku kesempatan sedikitpun untuk melontarkan sepatah kata.

Aku hanya memandangi angka-angka nomer ponsel itu sambil menghela napas berat.kenapa harus Farah? Kenapa gadis sesempurna Farah mendapatkan lelaki sebangsat aku?Iya, sebangsat aku.Andai saja mereka tahu, bagaimana sebenarnya Gus Abil lulusan S3 terbaik di University of Malaya ini.Tiba-tiba mataku memanas dan butiran-butiran air hangat yang kutahan kuat-kuat memaksa keluar dari kelopak mataku.

"Gimana? Kamu manggil apa sama Farihah?" tanya Umi seminggu setelahnya saat kami di meja makan.

"Kalau anak jaman sekarang belum apa-apa sudah bilang Abi-Umi paling mi..." Abi meledek.

Aku bingung harus jawab apa. Mereka sangat bahagia, betapa kecewanya mereka seandainya mereka tahu aku sama sekali melum mengiriminya pesan.

"Nggeh biasa mi... mboten manggil nopo-nopo" kataku tanpa berani menatap matanya.

"Koyok sopo putuku yo mbesuk?Anakku ganteng mantuku ayu. Subhanallah..."

Blrrrrr!!! Bagai disambar petir di siang bolong.Ya tuhan, begitu bahagianya mereka.Begitu besar mereka menaruh harap padaku.padahal hari ini aku mau menyatakan penolakanku dalam perjodohan ini. aku masih belum bisa melupakan Ilma.

Entah bagaimana hancur hatinya ilma jika orang yang selama ini di tunggu ternyata malah memilih bersama orang lain. Hampir dua tahun Ilma menunngguku.Aku dan dia memang tak pernah ada ikatan apa-apa.Aku tak pernah menyatakan kalau aku menyukainya. Apalagi dia, dia juga tidak pernah menyatakan kalau dia menyukaiku. Kami saling mencintai dalam diam. Salaing mengagumi dalam angan, saling titip rindu lewat doa, dansaling titip salam lewat status social media. Ilma selalu men-share puisi-puisi cintaku yang aku posting di Blog.

***

"Mas!Aku punya kakak kelas yang hebat. Cantik, Pinter, kalem..." kata Najwa adikku yang waktu itu masih duduk di bangku kuliah semester satu.

"Trus?" kataku sambil terus menatap lurus ke jalan raya. Aku tak begitu antusias, selain karena jalanan kota Jember di hari senin gini memang ramai, aku juga tidak suka dengan tema pembicaraan najwa.Entahlah kalau urusan cewek aku emang males.Cewek itu manusia ribet.Paling ribet.Caper, Egois, menang sendiri... ah aku sepertinya memang tak butuh makhluk yang namanya cewek. Kecuali Umiku.

Aku kadang heran sendiri sama teman-temannku yang sampai segitunya saat putus sama ceweknya. Sampai nggak mood kuliah, gagal seminar proposal gara-gara habis putus.Segitu sakitnya kah?Mau wisuda juga gitu, yang habis putus juga pada bikin status "Wisuda tanpa pendamping" segitu nelangsanya kah nggak punya cewek itu?

"Dia anak orang biasa sih. Bapaknya petani ibunya kerja di pasar..." lanjut Najwa

"Hmmm..." kataku tanpa berpaling dari kemudi.

"Yang bikin special dari dia adalah karena dia anak orang biasa, dulu SMA nya dia tidak berhijab, nggak kenal agama trus masuk kuliah dia berhijrah, masuk pesantren, aktif ikut kajian dan dia sekarang jadi ngursus bahasa Arab ngajar ngaji buat anak-anak kampus yang dulu SMA-nya bukan di pesantren. Anaknya kalem, baik, cantik, teduh... uhhh nyenengin banget deh" cerocos Najwa lagi.

"Woy!pelan-pelan dong!" Najwa sontak kaget karena rem mendadakku.

"Mana mana aku mau lihat fotonya!"

"Aku nggak punya. Di facebook-nya aja dia nggak pernah posting"

"Dia semester berapa sih?jurusan apa?"

"Cieh... kepo-kepo.Yang jelas kamu nggak bakalan ngajar di kelas dia. Mbak Ilma. Zidni 'Ilmannafi'ah"

Entah kenapa tiba-tiba darahku berdesir-desir saat nama itu disebut.Perasaan aneh, misterius tapi indah sekali.Aku tak pernah seperti ini sebelumnya.Apalagi pada seorang perempuan.Mendengar namanya saja aku sudah aneh.Yah mungkin kalau tidak terlalu cepat, aku mencintainya.Atau lebih tepat mengaguminya.Dan ini adalah kali pertama diriku mengagumi seorang perempuan. Kepo sekali seperti apa sih si Ilma itu?


Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama...

Meski jantung ini berdetak tak menentu tatkala tak sengaja teringat akanmu.

Bukankah rasa bisa saja menipu?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Karena aku khawatir, jika aku menyebut namamu,

ternyata aku tak cukup pantas sebagai pasangan dunia akhirat bagimu.

Bukankah Allah selalu lebih tahu siapa yang terbaik untukmu?

Pun demikian untukku. Biarlah waktu yang menjawab semua tanyaku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Bukankah kita tak tahu apakah namamu

atau kah namanya yang telah Allah tetapkan

di sebelah namaku di Lauh Mahfudz sana?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Biarlah Ia yang menuntunku untuk mencinta engkau yang terpilih untukku.

Atau aku yang terpilih untukmu.

Saat ijab kabul sudah kau ucap dengan mantap di depan Ayahku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Marilah kita fokus saja mengejar cinta Allah ta'ala.

Ia tak akan menyiakan hamba yang bekerja keras untuk taat atas setiap perintahNya.

Ia kan persiapkan akhir cerita indah bagi setiap yang bertakwa.

Termasuk urusan "sepele" bernama cinta.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Tak perlu iri dengan cerita indah drama Korea.

Semua itu skenario buatan manusia.

Sementara kisah kita? Allah Yang Mahacinta yang menuliskan special untuk setiap kita,

hamba yang selalu dicintaiNya.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama.

Karena aku percaya,

Ia telah menuliskan cerita indah untuk kita di Lauh Mahfudz sana :').

***

Siang malamku selalu terbayang Ilma dan Ilma. Lucu sekali aku ini, suka sama seseorang yang bahkan aku tak pernah tahu seperti apa paras wajahnya. Secepat inikah rasaku pada Ilma?Kalau nanti ternyata si Ilma tak sesuai dengan ekspektasiku bagaimana?Tapi entah mengapa aku begitu yakin kalau Ilma memang pantas untuk kukagumi, pantas untuk aku cintai.

Aku memarkir Rubicon kuningku di parkiran mobil dosen seperti biasa.Kadang canggung juga sih aku pakai mobil ini, terlalu mencolok.Aku masih belum bisa meningglakan jiwa mudaku untuk mengganti warna Rubicon kuningku yang penuh dengan stiker ini menjadi hitam polos atau warna-warna yang lumrah dipakai sebagian besar dosen UIN Jember ini.Apalagi dosen FKIP. Kurang sopan rasanya.

"Cepetan turun!" kata najwa saat mobilku masih belum berhenti sempurna.

"Apaan sih?"

"Itu yang kerudung merah hati" Najwa menunjuk kearah mahasiswi yang berada di samping mobil Professor Mustafa bersama dua orang temannya.

"Itu Mbak Ilma" terang Najwa setengah berbisik.

Aku pun turun tanpa mematikan mesin.Degup jantungku beradu dengan mesin diesel Rubicon kuningku ini.saking gugupnya aku sampai jatuh tersungkur dari pintu mobil. Najwa menutup mulut menahan tawa.

"Wah hati-hati dong pak doktor" goda mahasiswi teman Ilma itu

"Pasti belum sarapan ya pak?" timpal mahasiswi satunya yang ternyata si Rani, mahasiswiku.Sementara Ilma hanya tersenyum.Sekilas tatapan mata kami bertemu, tapi aku buru-buru mengalihkan pandanganku.Begitu juga Ilma, dia kelihatan tak kalah salah tingkah dengan memegang erat tangan Rani, lalu memberi kode kepada dua orang temannya agar berhenti tak meledekiku lagi.Ya Tuhan, tatapan mata itu.aku belum pernah merasakan hatiku sedemikian hanyut karena mata seseorang, apalagi seorang perempuan.

Wajah putih dengan mata bulat jernih memancarkan pesona yang mampu meghangatkan aliran darah setiap laki-laki yang menatapnya.Aku terpesona.Belum pernah aku merasakan getaran aneh tapi indah ini sebelumnya. Iya! Aku yakin kalau aku sudah mencintainya.

***

Sepulang dari kampus UIN Jember aku menceritakan hal itu pada Umiku, umiku tampak bahagia karena mendengar anak laki-lakinya ternyata sudah mulai berfikir kearah pernikahan.Apalagi abiku.Dulu baru lulus S1 saja abi diki-dikit bilang pengen gendong cucu.Padahal kala itu usiaku masih dua puluh tahun, karena S1-ku akselerasi.

Abi meminta bantuan Ustadz Harist yang juga dosen UIN untuk mengorek habis bagaimana bibit, bebet dan bobotnya keluarga Ilma.

Sementara, Ilma mendengar kalau aku ada rencana melamar dia. entah dengar dari siapa aku tak tahu.Siang itu Najwa menyeretku ke kantin kampus.

"Mas kamu beneran nggak sih mau ngelamar mbak Ilma?" desak Najwa

"Bukan mau ngelamar, tapi masih penjajakan. Ya biasa kan keluarga kita kalau mau cari mantu masih ribet ini dan itu. Kamu denger dari siapa sih?"

"Nih lihat!" Najwa menunjukkan Screen shoot chattingan dia sama Ilma.

Aku sedikit shock membaca Screen shoot chattingan Najwa dan Ilma.

Ini salah ustadz Harist.Seharusnya beliau jangan blak-blakan kalau aku mau ngelamar dia dong.Emang sih Ilma isinya nggak menjurus ke lamaran tapi nih liat!

whatsApp:

· Ilma: Dek Najwa, ada apa ya kok kata Ustadz Harist Pak Abil kakak jenengan katanya mencari saya?"

· Najwa: Oh, mungkin Mas saya ingin tahu judul skripsi jenengan mbak. Soalnya kan judul skripsi jenengn keren sekali. wah bakalan jadi skripsi terbaik nih!"

Aku suka sekali dengan jawaban Najwa.Jawaban yang cerdas.Tapi aku tetap saja merasa nggak enak.Sebagai seorang wanita Ilma sedikit banyak jelas ada rasa berbeda, Ilma bukan anak kecil.Kalau boleh Ge-Er mungkin sebenrnya pertanyaan Ilma itu begini "Dek Najwa, emang benar ya kalau Pak Abil mau melamar saya?"

Ya tuhan, bagaimana ini?dia pasti sangat berharap dan menunggu kapan hari itu tiba. Bagaimana jika ternyata Abi dan Umiku tidak setuju?.Inilah salah satu alasanku mengapa aku tidak mau membuat ikatan apapun dengan seorang perempuan. Aku dan dia boleh suka sama suka, tapi bagaimana dengan kedua orang tuaku? Dalam keluarga besarku perjodohan masih dan akan selalu menjadi tradisi yang tak akan pernah lekang waktu seperti dalam keluraga kyai pada umumnya.

Malam harinya aku dikejutkan lagi dia men-share puisi-puisi cintaku yang dari Blog-ku yang aku share di wall facebook-ku ke beranda facebook-nya dengan caption :

"Suka sekali dengan tulisan-tulisan ringan Pak dosen muda ini, Afwan saya share puisi jenengan ya pak!"

....

Sajakku memang untuk mengabadikan kisahmu
Yang tak pernah bertatap
Bahkan komunikasi kita hanya lewat doa dan harap

Sajakku memang untuk menjagamu dari luka
Yang mungkin tak pernah kau sadari
Bahkan merindunya jiwa pun kau tak mengetahuinya

Sajakku memang untuk menitipkan segala rasa padaNya
Menata hatiku
Untuk mendekatiNya

Agar mampu menyatukan diam ini
Lalu biarkan sajakku yang akan menceritakan segalanya.


Jangan ditanya bagaimana perasaanku saekarang? Berbunga-bunga dan melayang ke langit ke tujuh pastinya. Dia sudah jatuh cinta padaku.Bahkan sebelum ustadz Harist mengatakan rencanaku ingin melamarnya.Aku ingat bagaimana mata kami saling bertemu di parkiran dosen itu.Iya aku dan dia sudah saling jatuh cinta secepat itu.

***

"Menikah itu bukan hanya menikahkan dua orang anak le! Tapi menikahkan dua keluarga dan dua budaya.Setelah abi minta saran kepada pakde dan paklik kamu, mereka kurang setuju kalau kamu jejuduhan karo Ilma".Kata abi setelah tahu kalau Ilma Cuma anak petani dan ibunya hanya seorang pedagang sayur di pasar.

Blrrrr!!! Telingaku tuli seketika.Kenapa selalu ada status sosial?Emangnya aku salah kalau menikahi bukan anak kyai?Emang salah aku mencintai anak petani?

"Cinta durung mesti jodoh, tapi lek wis jodoh mesti cinta le!" tambah umi.

"Abi bukan pilih-pilih karena dia anak orang biasa atau apa? abi sama sekali tidak melihat hal itu. tapinasab itu sangat penting. Setelah ustadz harist telusuri, orang tuanya bukan ahli Ibadah. Bapaknya tidak sholat"

Orang tuanya boleh tarikussholah, bahkan bajingan sekalipun. Tapi apa urusannya dengan anaknya? Tapi aku yakin Ilma tidak seperti itu, Ilma adalah wanita yang bisa dibimbing.Entah kenapa aku begitu yakin.Ini kata hatiku.Jangan kira jika bapak dan ibunya seorang 'Abid lalu jaminan anaknya juga 'Abid.Belum tentu.

"Umi sebenaranya setuju-setuju saja meski dia bukan dari nasab kiai, asalkan dia Hafidzah"

Ingin aku menjawab "Meski dia bukan penghapal al-Quran setidaknya ada banyak hal yang bisa dibanggakan dari Ilma.Dia adalah perempuan yang selalu berproses, tahap demi tahap memperbaiki diri. Buktinya dari sekolah SMA bukan pesantren dia masuk ke UIN di Fakultas Satra Arab.Kemudian dia belajar kitab-kitab klasik ke Ustadz Harist sampai diberi kepercayaan untuk memberi kursus kepada adik tingkatnya.Apakah ini bukan sesuatu yang membanggakan?Apakah ini bukan termasuk prestasi yang luar biasa?Dia anak orang biasa yang belajar agama dari nol sampai berhasil" tapi aku tak mau berdebat dengan orang tuaku.

Sepertinya tidak akan pernah ada lagi wanita yang bisa membuatku sedemikian gila. Andai umi dan abiku tahu. Ilma adalah satu-satunya perempuan yang bisa membuat darahku berdesir-desir, mengalahkan desiran saat aku bersama Dirga.

Ingin sekali aku menjerit sekeras-kerasnya.Ingin aku mengucapkan sepatah kata, tapi apalah daya doktrin keluargaku sejak dulu "Suara orang tua adalah suara malaikat" bahkan suara tuhan.aku bisa apa kalau Abi dan Umi sudah bilang seperti itu.

Setahun telah berlalu, Abi dan Umiku masih saja belum merestuiku.Sementara Ilma sepertinya sangat menunggu kepastian.Dia tidak pernah membuka hati untuk siapapun.Aku tahu itu. Ilma sama sepertiku, dia begitu yakin kalau aku sangat mencintainya meski tanpa kata I Love You... kami saling mencintai dalam diam, saling titip rindu lewat doa. Sekalipun kami tak pernah tegur sapa meski Cuma komentar di social media sekalipun.

***

whatsApp chatting:

· 085xxx: Happy engagement mas! Pasangan yang sangat serasi. Relationship goals. Semoga jodoh dunia akhirat ya J

Sebuah whatsApp masuk di HP-ku, pagi keesokan harinya setelah acara pertunanganku dua tahun yang lalu.Nomer baru.Entah dari siapa aku tak tahu. Dia juga nggak masang display picture.

· Aku: ini siapa?

· 085xxx: Orang yang selalu mendoakanmu

Dari sekian banyak ucapan masuk, entah kenapa hanya nomer ini yang paling bikin aku penasaran.Sebenarnya ada banyak sekali nomer baru yang belum ada di dalam kontakku mengirimi aku pesan, tapi semuanya terasa biasa-biasa saja.

Dan firasatku benar.Ini adalah nomer ponsel Ilma.Aku iseng mengetik nomer itu di HP Najwa lalu mencoba menghubunginya. "MBAK ILMA" begitu nama itu muncul di daftar panggilan HP adikku.

Aku tergugu.Persendianku terasa ngilu, hatiku teriris, jiwaku meronta.Aku tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Ilma?Dua tahun menunggu ternyata sia-sia. Padahal dia sangat percaya kalau hari indah itu akan segera mendekatinya, aku kembali teringat puisi yang dia tulis di beranda Facebook-nya kira-kira lima bulan yang lalu.

Bertemu dibelahan bumi yang sama membuat aku jatuh cinta
Meski tak saling kenal apa lagi tegur sapa
Hanya tahu wujud rupapura-pura tak tahu namanya
Oh bunga indah sekali pemandangan surga dunia

Telah sekian lama waktu itu berlalu tanpa temu
Seakan habis dan hilang ditelan mimpi dan bayang-bayang semu
Hari demi hari ku lalui dengan memperbaiki diri
Kelak untuk bersanding dengan kekasih hati

Saat senja menggoda...
Malam tiba-tiba menyapa dengan rangkai kata
Datang kembali seorang hawa
Wajah berseri terbasuh air wudhu nan suci
Tanda patuh terhadap perintah Illahi
Akhlak mulia dan terpuji sang akhlaq qur'ani

Dalam diamku,aku mencintaimu
Tak ingin mengumbar bahagi jika tidak atas izin-Nya
Dalam diamku, aku mencintaimu
Hati menggebu ingin segera bersanding denganmu
Karna bersamamu aku yakin akan mempertebal imanku
Siap membimbing dan mendekatkan diri dengan Rabb ku

Di sepertiga malam menjadi saksi bisu bukti cinta
Dalam tahajud itu terpanjatkan doa indah kata-kata untukmu
Dalam istikharah terselip doa tetapkan hati kita hingga bahagia
Di sujud terakhirku .....
Aku merayu pada Allah untuk dijadikan kekasih halalmu


BERSAMBUNG...

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 291K 106
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
1.3M 67.6K 59
π’πœπžπ§π­ 𝐨𝐟 π‹π¨π―πžγ€’ππ² π₯𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐑𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐒𝐞𝐬 γ€ˆπ›π¨π¨π€ 1〉 π‘Άπ’‘π’‘π’π’”π’Šπ’•π’†π’” 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
584K 48.7K 23
Indian Chronicles Book III My Husband, My Tyrant. When Peace Becomes Suffocation. Jahnvi Khanna has everything in her life, a supporting family, a hi...
186K 14.5K 36
Her marriage was fixed which was an arranged marriage but she moved to London to pursue her career and dreams and after that, she would marry. But in...