Love dulu buat part ini ♥️♥️
Jangan lupa follow vote dan Coment cerita author 😭😭
***
Sudah 3 hari Arsena di rawat dan pria itu sudah merengek minta pulang. Tentu saja Rumah sakit bisa apa selain mengiyakan dengan syarat Arsena harus kontrol juga dan mengganti perbannya. Saat ini Afiqah membantu merapikan barang-barang pria itu. Namun yang ia tidak suka ada Noviantika di sana. Ikut membantu suaminya. Menyebalkannya Arsena tidak mengusir wanita itu malah bersikap ramah dan mengajaknya mengobrol membuat hati Afiqah dongkol.
"Kalau gitu saya pulang dulu Novi. Kalau senggang kapan-kapan main ke rumah ya." Pamit Arsena.
Pria itu tidak sadar apa yang di katakannya membuat Afiqah kesal. Bahkan gadis itu tanpa sadar menjatuhkan ponsel Arsena yang dia ambil di dekat kasur untuk dia simpan.
"Kamu kenapa dek?" Tanya Arsena.
Afiqah hanya menggeleng, sedang Arsena menaikkan alisnya curiga. Apalagi melihat wajah kesal Afiqah yang seolah menahan sesuatu. Jadi apa yang dipikirkan gadis itu? Istrinya itu juga nampak menunjukkan raut wajah yang tidak bersahabat kepada Novi. Padahal mereka tidak ada masalah tapi kenapa seperti saling bermusuhan. Arsena menghela napas, jangan-jangan gadisnya itu cemburu dengan Novi. Tanpa sadar sudut bibir Arsena mengembang senyum. Cemburu tanda cinta bukan.
"Ayo kita pulang," Arsena memeluk pinggang Afiqah sedangkan tangannya yang kosong mengambil alih tas yang di bawa Afiqah. Mereka kemudian keluar dari kamar. Tadi Afiqah sudah memesan taxi online untuk mereka. Karena memang Arsena tidak membawa mobil atau kendaraan apapun ke rumah sakit.
Afiqah diam sedari tadi. Ia melihat ke luar jendela dan tidak menghiraukan Arsena yang mengajaknya berbicara ia hanya menjawab sekenanya. Ia sedang malas karena Arsena menawarkan Novi untuk main ke rumah mereka. Memang ada ya teman cewek suami kamu main ke rumah. Siapa yang tidak kesal coba membayangkan hal itu?
"Dek kamu marah ya?" Tanya Arsena sambil menggenggam tangan Afiqah.
Namun gadis itu hanya menggeleng menjawab pertanyaan Arsena, dalam hatinya mengumpat suaminya itu yang tidak peka udah tahu marah masih nanya lagi. Membuat pria itu menghela napas sabar.
"Bener ngak marah?" Sekali lagi Arsena mengatakan itu.
"Enggak, ngapain Afi harus marah?"
"Tapi kok saya ngak yakin."
"Terserah mas mau apa. Afiqah capek." Dengan wajah cemberut Afiqah menggeser duduknya menjauhi Arsena. Sedangkan pria itu malah mengikuti arah gerak Afiqah hingga mereka menempel di sudut kursi. Hal itu membuat Afiqah berdecak kesal.
"Mas Jangan macam-macam ini di mobil orang!!" Afiqah memperingatkan agar Arsena tidak melakukan hal gila seperti biasanya yaitu mengumbar kemesraan di manapun.
"Kamu cemburukan sama Novi?" Bukannya mendengarkan pernyataan Afiqah. Arsena malah mengalihkan perhatian dengan pertanyaan itu. Afiqah terdiam ia malah jadi terdesak karena Arsena yang semakin memepetnya. Padahal ini di dalam mobil, ia takut jika sopir itu akan berpikiran macam-macam. Beruntungnya supir taksi itu perempuan.
"Ngak mana ada." Afiqah berusaha untuk menutupi rasa cemburunya. Tapi namanya bukan Arsena kalau tidak nekat.
"Beneran, kok mas ngak yakin." Pria itu semakin memepet Afiqah. Hingga gadis itu menyerah.
"Iya Afiqah cemburu." Ucap Afiqah pada akhirnya membuat Arsena tersenyum senang. Ia tertawa geli melihat wajah cemberut Afiqah yang seakan mengundangnya untuk di cium. Sedang Afiqah sudah curiga melihat senyum-senyum tidak jelas itu langsung mendelik.
"Puaskan!!! Geser mas jangan macam-macam." Mau tidak mau Arsena menggeser badannya. Tapi ia tidak mau kalah, pria itu malah menaruh kepalanya di pundak Afiqah membuat gadis itu menelan ludah gugup mendapat kontak fisik dadakan dari Arsena.
"Jangan cemburu sama Novi. Dia bukan siapa-siapa saya."
"Dia cinta pertama mas," desis Afiqah tanpa sadar. Maklum jiwa kelabilannya berdering jika sudah menyangkut dengan ini.
"Hahahaha.. pikiran dari mana itu. Kamu lupa jika kamulah cinta pertama saya dek Afi."
"Mas Arse Bohong, Afi tidak bodoh ketika dia bilang dia pacar pertama mas berartikan dia cinta pertama mas." Afiqah berdecak kesal, kepalanya berpaling menatap gedung-gedung pencakar sambil menahan tangis. Ia tidak sanggup lagi membicarakan ini. Ia juga tak habis pikir dengan Arsena yang berusaha membodohinya.
"Pacar pertama bukan berarti cinta pertama Afiqah."
"Jadi mas mau bilang kalau mas dan dia dulu itu tidak mencintai Novi sama sekali. Mana ada orang pacaran tanpa cinta." Balas Afiqah dengan kesal.
"Novi itu dulu teman SMP saya Afiqah. Memang kamu tahu kenapa kita bisa pacaran?"
Afiqah diam pura-pura tidak mendengarkan.
"Dulu itu kita jadian gara-gara kakak kelas. Jadi waktu Pramuka Novi tidak membawa dasi Pramuka jadi dia di hukum buat nembak saya. Ya mau ngak mau kita harus pacaran. Lagian cuma 2 hari doang." Setelah mengatakan itu Arsena tertawa seolah-olah itu adalah hal yang lucu.
"Mas bohongkan, buktinya mas kemarin ngak cerita dan ngak mau mengakui ke Novi kalau aku itu istri mas." Sahut Afiqah masih tidak terima dengan alasan tidak masuk akal Arsena.
"Waktu itu saya ngak cerita karena menurut saya itu tidak penting. Cuma sebuah hubungan yang di paksakan mana ada spesialnya sayang. Sedang kamu sendiri waktu itu menyuruh saya untuk tidak memberitahu orang-orang tentang hubungan kita sebelum kamu lulus. Saya cuma mau menghargai kamu sayang." Jelas Arsena. Hal itu membuat Afiqah terdiam. Apa yang diucapkan Arsena benar. Seharusnya ia tidak melupakan perjanjian yang telah mereka buat waktu menikah.
"Lagian kamu memang udah siap go publik?" Tanya Arsena yang hanya di tanggapi keterdiaman oleh Afiqah.
"Jangan pikirkan soal Novi lagi. Dia jelas tidak ada apa-apanya di banding kamu. Yang membuat saya rela terluka seperti ini." Ujar Arsena sambil menunjukkan luka bekas jahitannya.
"Tapi mas juga salah menyuruh wanita itu mampir ke rumah!!!" Sahut Afiqah dengan kesal mengingat ajakan Arsena di rumah sakit tadi.
"Aturan tadi Afiqah hancurkan aja ponsel mas Arse."
"Jangan dong, Oke-oke saya menyerah kamu benar Afiqah. Saya yang salah disini."
"Memang mas Arse yang salah. Masa Afiqah." Benar kata orang wanita itu selalu benar sedangkan pria itu akan selalu salah. Dan sekarang Arsena sudah membuktikan teori itu di kehidupannya.
"Ya sudah mas minta maaf."
"Kamu mau apa deh? Nanti mas turutin apa aja kemauan kamu."
"Bener? Mas yakin sanggup nurutin apa maunya Afi?" Afiqah menatap Arsena dengan tatapan menantang. Membuat pria itu meneguk ludah gugup. Ia jadi teringat cerita kakaknya dulu yang di suruh menari Korea oleh istrinya.
"Asal jangan Dance ala Korea." Ujar Arsena cepat.
Mobil yang mereka naiki belum sampai tadi mereka sempat terjabak macet. Mereka melaju di jalan raya yang ramai dengan lalu lalang.
"Enggak kok, itu mah udah biasa."
"Terus kamu mau minta apa?" Tanya Arsena curiga.
"Afi mau kita kencan, tapi mas pake baju SMA terus dandan macam dilan."
"Loh-loh kok bawa Dilan sih dek, lagian maskan sudah tua mana cocok pake seragam SMA." Arsena melihat ke badannya yang tinggi dan tegap bahkan otot yang menonjol di lengannya.
"Yaudah kalau ngak mau!!!"
"Kamu lagi ngak ngidamkan, dek. Kita belum melakukan itu loh dek."
"Apaan sih mas!! Maskan yang menawarkan diri sendiri mau melakukan apapun asal Afi maafin tadi. Dasar Mesum!!!"
"Hehehehe... Kamu yakin mau mas begitu? Ngak ada yang lain?" Afiqah menggeleng sedang Arsena hanya bisa mengiyakan sambil tertunduk lemas. Dalam hati Arsena berusaha menenangkan diri, ia cuma jadi Dilan bukan jadi oppa Korea. Tidak masalah bukan?
****
SPAM KOMEN NEXT DISINI
1000 KOMENTAR BARU LANJUT
Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_
@arsen_anggara
@afi_qahshafa
@arse_fa
Love you ♥️♥️
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️