[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔

By strawberricch

543K 66.9K 23.7K

[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari... More

s0on
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Jaemin Snapgram Update
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14 (bagian 1)
Bab 14 (bagian 2)
Bab 15 (Bagian 1)
Bab 15 (Bagian 2)
Bab 16
Bab 17
Bab 18 (bagian 1)
Bab 18 (bagian 2)
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27 (bagian 1)
Bab 27 (bagian 2)
Bab 28
Bab 29 (bagian 2)
Bab 30 (bagian 1)
Bab 30 (bagian 2)
Bab 31
Bab 32 (bagian 1)
Bab 32 (Bagian 2)
Bab 32 (bagian 3)
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
End
End Game (Let's Broke The Limit)
End Game (Dream)
versi PDF
jeno siyeon
PDF The Struggle

Bab 29 (bagian 1)

7.5K 1K 321
By strawberricch

Misi mau nyanyi bentar,

You see my hope was all but gone~

Ralat deh, but diganti almost.

Happy reading!

***

"Beres kalau sama gue." Kata Jaemin dengan wajah sombongnya setelah menyerahkan tumpukan kertas Nakyung.

Nakyung hanya berdecak kemudian mengecek skripsinya yang dua hari lalu dihancurkan oleh Jaemin, Wanita Lee itu menoleh saat layar handphoneya yang menyala dan menampilkan kontak bunda.

"Kenapa?"

"Naku di kafe deket toko... Iya, Naku yang ke toko apa mama yang ke sini?"

Nakyung memutuskan sambungan setelah mendapat izin dari mama, ia menaruh handphone itu ke meja dan menoleh pada Jaemin sebentar. "Makasih," Katanya singkat kemudian kembali mengecek skripsinya.

"Hm,"

"Lo udah nyelesaiin skripsi?"

Jaemin menggeleng, "Dikit lagi, terus tinggal dikirim ke percetakan."

"Kerjain sekarang, daripada lo nggak ngapa-ngapain disini."

Jaemin hanya berdehem dan Nakyung langsung menatap Pria Na itu heran. Sejak kapan Jaemin bersikap tidak menyebalkan dalam sehari?

Nakyung berdehem dan menyeduh jusnya, "Kenapa?"

"Gue?" Tanya Jaemin dengan dahi berkerut.

"Di depan gue memangnya ada siapa lagi selain lo?"

"Oh..."

"...Nggak kenapa-napa, pusing sedikit aja."

"Ya pusing kenapa, Nana?"

"Pusing kenapa Naku cantik terus, hehe..."

Jaemin memberikan cengiran yang akan selalu menjadi cengiran menyebalkan sekaligus cengiran kesukaan Wanita Lee itu. Nakyung menahan senyumnya dengan kembali menyibukkan diri pada skripsinya.

Sedangkan Jaemin, pria itu menyandarkan bahu tak bersemangat pada kursi dan memejamkan kedua matanya. Ingatannya terputar pada kejadian 2 hari yang lalu dimana ia, Saeron, Renjun, Ningning, dan Haechan secara tidak sengaja bertemu. Jujur saja saat itu rasanya ia ingin menghajar Renjun di tempat, tetapi ia tahu jika ia melakukannya, itu akan menjadi hal paling bodoh yang pernah ia lakukan.

"Kalau udah besar harus kayakgini ya, kak?"

Jaemin langsung membuka matanya saat suara anak-anak terdengar oleh rungunya.

"Iya, kalau nggak kayakgini nanti nggak lulus lulus."

Yejun mengangguk dan lanjut memakan es krimnya.

"Yejun sejak kapan disini?"

"Sejak hyung tidur," Balas Yejun sedikit tak peduli. Es krimnya lebih penting.

"Udah?" Tanya Nakyung yang melihat Yejun menaruh cup es krim. Yejun mengangguk lucu kemudian menuandarkan tubuh mungilnya pada Nakyung.

Nakyung mengelus rambut Yejun sayang, "Mau beli apa?"

"Um... Mau es krim lagi, boleh?"

"Kan udah tadi."

"Sekali lagi, ya? Ya? Ya?" Mohon Yejun lucu.

Nakyung menghela napas pelan, menarik kedua ujung bibirnya, menunjukkan senyuman termanisnya dan... "Nggak boleh!" Tegasnya yang membuat Yejun mengembungkan pipinya kesal.

"Satuuuu aja, yang kecilll, ya?"

Nakyung menggeleng.

"Ish, kakak..." Rengek Yejun dan Nakyung masih tidak mengubah keputusannya.

Jaemin berdecak, "Udah ayo sini beli sama hyung." Katanya langsung mengambil Yejun dari Nakyung, menggendongnya menuju kasir, dan yang hanya bisa Nakyung lakukan adalah menunggu mereka berdua kemudian mengomeli Jaemin kalau Pria Na itu membelikan Yejun es krim.

"Mau apa?" Tawar Jaemin.

"Es krim ya?"

"Yejun mau kena marah kakak nggak?"

Yejun menggeleng pelan.

"Sama, hyung juga. Jangan es krim, deh, yang lain aja."

Kedua alis Jaemin menukik saat melihat punggung pria yang tak ia kenal sedang mengobrol dengan Nakyung.

"Kak aku dibeliin ini!" Yejun mendekat pada Nakyung dan menunjukkan salad buahnya.

Nakyung menatap Jaemin sebentar dan langsung mengalihkannya karena Jaemin menaikkan alisnya genit. Oh, pria itu benar-benar menyebalkan.

"Eh bapak? Siang pak..." Sapa Jaemin berpura-pura ramah, ia membungkuk sopan pada Pria itu, Sangyeob, orang yang tadi ia lihat dari belakang.

Sangyeob mengangguk dan menatap Jaemin kesal saat Pria Na itu mendudukkan diri tepat di samping Nakyung.

"Oh?! Hallo paman..." Yejun tersenyum manis dan melambaikan tangannya pada Sangyeob.

"Es krimnya udah habis?" Tanya Sangyeob yang langsung diangguki oleh Yejun.

Nakyung menatap Yejun kemudian Sangyeob, "Tadi bapak beliin Yejun es krim?"

"Iya, tadi kebetulan ketemu sama orangtua kamu waktu di deket kedai es krim, jadi saya belikan." Jelas Sangyeob yang mampu memberhentikan aktivitas makan Yejun.

Yejun menoleh pada Nakyung takut-takut kemudian menjewer telinganya sendiri karena lupa tentang perkataan Nakyung yang tidak boleh menerima makanan dari orang yang tak dikenal.

"Skripsi kamu sudah sampai mana?"

"Sedikit lagi selesai, pak. Um... Bapak lagi nggak ada keperluan? Nunggu mahasiswa mengumpulkan skripsi misalnya?" Tanya Nakyung kemudian mengumpat dalam hati karena pertanyaannya sangat terkesan mengusir.

"Oh itu... Nanti aja, lah. Saya lagi capek." Balasnya enteng, Jaemin yang mendengarnya pun langsung tersedak kopinya sendiri.

"Kamu tingkat akhir juga, kan? Gimana skripsinya?"

"Saya?" Tunjuk Jaemin pada dirinya sendiri.

Sangyeob mengangguk.

"Tinggal ngetik sedikit lagi, dan kirim ke percetakan, pak."

Sangyeob mengangguk paham, pria itu melirik arlojinya kemudian menghela napas pelan, "Saya ada keperluan," Ia beranjak, menatap Jaemin sebentar kemudian menatap Nakyung, "Semangat mengerjakan skripsinya, saya duluan..."

"Terimakasih pak," Nakyung berdiri dan membungkuk sopan, begitu juga dengan Jaemin.

"Sana pergi jauh-jauh!" Gumam Jaemin saat Sangyeob sudah keluar dari kafe ini. "Perhatian banget dosennya." Cibir Pria Na itu tak suka kemudian membuka handphonenya.

"Lo kenapa si?"

"Nggak suka." Ketus Jaemin.

"Ya bagus, kan sama sama cowok."

Jaemin berdecak, "Bukan itu." Ia mengalihkan pandangan dari handphone dan menatap Nakyung, "Pedofil!"

Nakyung terkejut mendengarnya. Bagaimana Jaemin bisa tahu?

"Ck, cara dia ngeliat sama ngasih perhatiannya ke lo itu udah keliatan jelas." Kata Jaemin tiba-tiba, "Nggak risih apa? Gue aja risih!" Lanjutnya terus mengomel.

"Pedofil apa si kak? Kok Jaemin Hyung ngomel terus?" Penasaran Yejun.

"Pedofil itu-"

"Ssstt! Udah-udah." Potong Nakyung dan Jaemin berdecak kesal, "Yejun kenapa coba mau dikasih es krim sama orang yang nggak dikenal?" Tanyanya mengalihkan topik.

"Tadi sama bunda boleh nerima,"

Nakyung menghela napas, "Besok besok lagi kalau nggak sama bunda, jangan nerima ya?"

Yejun mengangguk paham.

"Udah yuk ke toko? Kakak mau jaga toko, Kak Somi lagi ada urusan."




"Naku..." Panggil Jaemin saat keduanya telah sampai di depan toko, sementara Yejun sudah di dalam bermain dengan Guno.

"Hm?"

"Bingung,"

"Kenapa? Saeron?" Tebak Nakyung tepat sasaran.

Jaemin mengangguk tak bersemangat.

"Percintaan lo rumit ya, suka sama orang yang disukain sahabat lo dan orang yang lo suka juga suka sama sahabat lo." Nakyung terkekeh pelan.

"Lo juga rumit!" Balas Jaemin.

Nakyung memutar bola mata malas, "Coba ngomong lagi ke Saeron, pelan-pelan, biar Saeron ngerti."

"Udah pernah. Gue udah pernah ngomong ke Saeron kalau gue suka sama dia, Naku..."

"Gue bilang ngomong lagi, usaha nggak menghianati hasil kok, kalaupun hasilnya menghianati, berarti dimata Tuhan itu bukan yang terbaik buat lo..."

Jaemin diam, menatap Nakyung intens dan mendengarkan setiap kata yang dilontarkan oleh Wanita Lee di depannya, walaupun dalam hati bertanya mengapa Nakyung mendukungnya untuk mengutarakan perasaan pada Saeron, padahal Wanita Lee itu menyukai dirinya?

"...Gue mau ngingetin kalau Tuhan nyiptain makhluk berpasang-pasangan, perempuan dan laki-laki, Tuhan juga yang bisa membolak balikkan hati, Na. Coba bilang ke Saeron sekali lagi, kalaupun gagal seenggaknya lo udah usaha." Nakyung mengakhirinya dengan senyuman. Ah, ia harus merasa bahagia untuk temannya bukan?

"Tapi gue takut, dan nggak terima..." Jaemin tidak melanjutkan kata-katanya tentang ia yang takut bagaimana jika Saeron tahu tentang hubungan Renjun dan Ningning? Tentang ia yang tak terima jika hati Saeron akan terluka melihat semua kebrengsekan temannya.

"Takut dan nggak terima apa?"

"Oh? Nggak, lupain. Ngomong-ngomong, makasih sarannya. Gue balik, deh, mau lanjutin skripsi."

"Mm-hm,"

"Lo kenapa?" Tanya Jaemin pura-pura tak tahu alasan kenapa sekarang mata Nakyung berkaca. Sejujurnya Jaemin sangat merasa bersalah karena bersikap seolah-olah tidak tahu dengan perasaan Nakyung padanya. Ia mengakui kalau ia sama brengseknya seperti sahabatnya, tetapi ia tak sepenuhnya salah karena Nakyung juga tak mau mengakui tentang perasaannya.

"Banyak debu..." Nakyung mengusap matanya kasar.

Cuih. Alasan klasik.

"Maaf." Jaemin kemudian berbalik dan berjalan mendekat pada mobilnya, meninggalkan Nakyung yang kini tengah menggigit bibir bawahnya, air matanya menetes. Wanita Lee itu buru-buru berbalik dan memasuki toko.

"Aduh jangan diacak-acak Yejun sayang, barusan aja hyung beresin. Udah Yejun duduk disitu aja, hyung mau beresin lagi." Omel Guno menahan kekesalannya.

"Kyung? You're not okay? Aren't you?" Tanya Guno melihat mata Nakyung yang memerah.

"I'm not." Jujur Nakyung, "Dimana Somi?"

"Udah berangkat sama siapa ya tadi itu, Iyos Iyos gitu namanya..."

Nakyung mengangguk paham, "Guno..."

"Iya?"

"Mau peluk..."

Guno mendekat dan memeluk tubuh mungil Nakyung, membiarkan Wanita Lee itu membasahi bajunya dengan air mata. "Masalah hati?" Tanya Guno mengusap bahu Nakyung pelan dan Nakyung hanya mengangguk.

"Gue bukannya nggak mau ngasih saran, karena gue rasa masalah hati itu nggak bisa asal-asalan, gue berharap Tuhan ngasih yang terbaik buat lo..."

***

"Kok aku jarang ngeliat Unni sama Kak Renjun lagi si?" Tanya Ella, Saudara Saeron, pada Saeron.

"Karena Ella sibuk sekolah, bukan kuliah." Sahut Jiheon yang berjalan beriringan. Ngomong-ngomong sekarang ketiganya berada di kantor Mark.

"Apa hubungannya?" Sewot Ella.

"Ya ada, pokoknya ada." Balas Jiheon tak jelas yang mendapat tatapan kesal dari Ella.

Saeron terkekeh pelan, "Dua hari yang lalu Unni sama Kak Renjun, kok. Emang kenapa Ella nanya kayakgitu?"

"Nggak tau, pingin nanya aja. Terus kenapa kemarin sama sekarang nggak sama Kak Renjun?"

"Dikira perangko apa?" Sewot Jiheon.

"Sssttt! Ella nanya Saeron Unni!" Galak Ella.

"Kalian ini ada masalah apa si? Daritadi sewot-sewotan." Bingung Saeron kemudian melanjutkan, "Unni sama Kak Renjun kan ada di tingkat akhir, jadi sibuk sama skripsi, sidang, dan lain-lain, jadi ya gitu..."

Ella mengangguk paham, sedangkan Jiheon panik, "Tingkat akhir sesusah itu ya?"

Saeron tersenyum, "Jalanin aja."

"Kalau nggak bisa ngejalanin?"

"Ya... Nggak lulus."

"Aduh, nggak mau nggak lulus maunya..." Omongan Jiheon terputus saat netranya tak sengaja menangkap keberadaan Pria jangkung berhoodie putih di depan sana.

"PARK JISUNG SIALAN! KOK LO NGGAK NGOMONG KE GUE KALAU MAU KE KOREA?!"

"Surprise..." Balas Jisung dengan suara datar dan wajah dibuat bahagia.

Jiheon berdecak kesal, berjalan mendekat pada Jisung dan memeluk orang itu. Oh, persetan dengan fakta bahwa ia sedang berada di Kantor Mark.

"Ih, bucin!" Cibir Ella kemudian bersama Saeron mendekat pada dua jangkung itu.

"Iri aja!" Sewot Jiheon.

"Ada masalah hidup apaan sih lo berdua?" Bingung Jisung menatap Jiheon dana Ella bergantian.

"Jiheon Unni ngancem-ngancem, nggak asik!"

Saeron mengerutkan dahinya, "Ngancem apa?"

Jiheon melepaskan pelukannya "Itu... Ellah udah punya cowok, tapi Kak Mark sama Kak Taeyong belum tau."

"Serius?!" Kaget Saeron dan Jisung.

"UNNI KAN JANJI NGGAK MAU NGASIH TAU!"

"Kan aku janjinya nggak ngasih tau ke Kak Mark sama Kak Taeyong."

"Tapi-"

"Ngapa nyebut-nyebut nama gue?" Potong Mark yang sudah berdiri di samping Saeron.

"Muncul darimana sih?!" Kesal Saerob karena terkejut dengan keberadaan Mark yang tiba-tiba.

"Surga. Aku kan bidadara jatuh dari surga."

"Sumpah nggak inget umur sumpah." Sewot Jisung kemudian bersembunyi dibelakang Jiheon karena Mark sudah bersiap untuk memukulnya.

"Tadi kenapa nyebut-nyebut nama gue?" Ulang Mark.

Jiheon senyum jahil, Ella panas dingin.

Saeron meraih handphonenya yang bergetar. Renjun menelfonnya. Wanita Kim itu menolak panggilan dari Renjun, kemudian menatap Mark. "Unni mana?"

"Ruangan aku, kesana aja, udah ditungguin itu."

Saeron mengangguk dan menjauh dari empat orang itu. Ia mencari kontak Renjun dan menghubungi Pria Huang itu.

"Tadi masih sama Kak Mark, kenapa nelfon?"

"Lagi dimana? Kantor?"

"Iya," Saeron melanjutkan, "Kok suaranya berubah? Lagi sakit?"

"Lagi puber."

"Renjun serius!"

"Flu dikit, pergi yuk?"

"Sakit itu istirahat, minum obat, bukan ngajak pergi."

"Kan obatnya kamu."

"Renjun..." Panggil Saeron jengah.

"Iya iya, udah minum obat tadi."





"Udah makan?"

Renjun berdehem, "Ayo pergi. Nganter skripsi ke percetakan sekalian jalan-jalan..." Ia memeluk gulingnya dan menatap langit-langit kamarnya bosan.

Apartemennya sama sekali tidak berpenghuni karena bibi pulang kampung dan Ningning sedang ke Jilin.

"Aku nggak bisa, ada urusan sama Unni, skripsi aku juga udah aku anter ke percetakan."

Renjun menghela napas, "Bener-bener nggak bisa?"

"Bener-bener nggak bisa."

"Yaudah, aku matiin."

"Jangan lupa istirahat! Makan! Minum obat!"

Renjun menutup telinganya karena Saeron berteriak di sebrang sana. Ia mengiyakan semua perintah Saeron kemudian memutuskan sambungan.

Renjun membuka aplikasi hijaunya dan menekan groupchat yang beranggotakan empat orang itu.

Cogan

Pergi yok
Bosen

Nana
Lagi ngerjain skripsi
Mau lulus gue ini
Bosen kuliah

Jeno
Up
Lagi ada urusan

Echan
Alah tai
Gue ngeliat lo sama Lami ya tadi

Jeno
Itu urusannya

Nana
No pulang ke sbux dong
Beliin gue, lagi mager kemana-mana

Jeno
Ya nanti gue mampir

Nana
Pake uang lo dulu ya
Nanti gue bayarnya pake pahala

Echan
Ajg wkwk

Jeno
Y

Serius nggak ada yang mau pergi apa?
Renang ayok

Echan
Di rumah gue ada
Ngapain pergi-pergi

Emang lo lagi dirumah?

Haechan
Iyoy

Ayo si temenin gue
-read 3
Ajg
-read 3

***

Haechan mematikan handphone, kemudian turun dari mobil hitamnya yang terparkir di depan Toko Sonamiku. Ia berjalan mendekat pada pintu dan membukanya, menghampiri Nakyung yang sedang berjaga di kasir.

"Kok mata lo bengkak?" Heran Haechan.

"Habis kena peluru."

"Loh? Aturam buta, bukan bengkak, bengkak mah habis nangis!"

"Udah tau kalau bengkak itu habis nangis, kenapa masih nanya?!" Sulut Nakyung dan Haechan langsung menyengir dan menyatukan telapak tangan meminta maaf.

"Nangis kenapa lo?"

"Kepo!"

"Galak bener, kayak Siyeon! Untung cantik..."

"Makasih."

"Sumpah lo kayaknya anaknya Jeno sama Siyeon, deh, Kyung. Galak kayak Siyeon, singkat kayak Jeno."

"Ngaco!"

"Hehe..."

"...Naku?"

"Jangan panggil gue Naku!" Sinis Nakyung.

"Aduh, sori-sori.." Haechan menhatukan kedua telapak tangannya kembali, "Cuma lo yang jaga?"

Nakyung mengangguk, "Ada Guno si, tapi lagi nganter pesenan."

Haechan mebgangguk paham, "Somi kemana?"

"Pergi sama yo... yo..." Nakyung mengingat nama orang yang pergi dengan temannya itu.

"Yoyo?"

"Bukan!" Nakyung diam sebentar kemudian menjentikkan jarinya, "Yoshinori! Nah itu orangnya dateng!"

Nakyung menunjuk ke arah pintu masuk, sementara Haechan membalikkan badan mengikuti arah telunjuk Nakyung. Netranya menangkap keberadaan Somi yang tengah merangkul dari samping Pria bernama Yoshinori itu akrab, ia bisa melihat Somi yang tersenyum bahagia sambil menjahili Pria itu.

"Pokoknya harus nraktir gue!"

"Nggak adil lah!"

"Yaudah saling traktir kalau gitu, call?"

"Call!"

"Semoga keteri-Echan?! Kok kesini nggak bilang-bilang siiiii?" Tanya Somi begitu menyadari keberadaan Haechan.

Haechan menatap Iyos sebentar kemudian menatap Somi, "Kenapa bilang-bilang?"

"Mau nitip barang padahal, Eh kenalin nih temen kuliah gue, otw temen kerja kayaknya..."

"Yoshinori,"

"Haechan,"

"Tau nggak sih Chan? Iyos ternyata daftar juga di sekolah yang lo rekomendasiin ke gue tau! Ya ampun makasih bener, seenggaknya KALAU gue keterima dan iyos keterima, gue ada temen." Jelas Somi dengan senyum yang terlihat sangat bahagia.

"Hm,"

Oh, sial, baru sekali ini Haechan tidak menyukai Somi tersenyum.

"Lo kesini mau ngapain?"

"Tadinya mau cerita, cuma gue lupa mau cerita apa, jadi nanti deh gue chat kalau udah inget."

"Um... Som, gue pulang deh, mama minta tolong." Kata Yoshinori mengintrupsi Somi dan juga Haechan.

"Oh? Iya, semangat beberapa hari lagi penguman! Dadah..." Somi melambaikan tangan pada temannya itu.

"Gue juga pulang-"

"Kok gituuuuuuuuu?" Potong Somi.

"Mau ngambil pesenan," bohong Haechan, "Duluan," pamit Haechan kemudian keluar dan berjalan mendekat ke mobilnya.

"Som lo kuliah ngambil jurusan apa si?" Bingung Nakyung karena Bagaimana bisa Somi bersikap biasa saja dan tidak menyadari raut wajah Haechan yang terlihat tidak suka dengan interaksi Somi dengan temannya?

"Kenapa emang?"

"Kuliah lo melajarin ekspresi orang gitu kan?"

"Iya,"

"Lo nggak nyadar sesuatu?"

"Nyadar apaan?"

"Udah ah lupain. Bego bener gue punya temen..."

"KOK NGATAIN?!"









Injun

Jun
Jadi pergi nggak?
Ternyata gue lagi gabut

Ini baru temen gue
Gue jemput ke rumah lo deh

Gak usah
Gue yang ke tempat lo

Chan sekalian temenin gue ya?
Di apartemen sendiri gue

Lah bibi mana? Ningning mana?

2 2nya pulang kampung

Minta Saeron temenin lah

Itu namanya gali kuburan sendiri
Nunggu gue selesaiin semuanya baru bisa sama Sae

Lah lo mau nyelesaiin semuanya?
Udah nyusin strategi belom?

Udah jalan setengah

Dih anjing kok gak cerita?!

Ngapain cerita2
Nginep sini gih chan
Ajak nana sama jeno juga

Gampang




Haechan keluar dari ruang obrolannya bersama Renjun kemudian mencari kontak mamanya dan mengetikkan beberapa pesan.



Mama

Ma
Kak Yuqi jangan disuru ke rumah dulu
-

Read

Pria berkulit tan itu menaruh handphone pada dashboard kemudian melajukan mobilnya dalam kecepatan normal menuju apartemen Renjun.

Tbc.



a/n : maaf kalau ada typo dan chapternya kurang maksimal karena chapter ini ngetik ulang cui. Gimana ya, gamau punya utang cerita makanya aku ketik ulang hehe, btw malem minggu nanti nggak up ya, kan udh up malem ini.

Penumpang Renjun Saeron yang nggak goyah dari jaman bullying, yang nggak goyah sama Jinyoung, Sanha, Jaemin, Ningning mana nih?

Sama penumpang kapal Jaemin Saeron yang nggak goyah sama Naku juga mana nih?

Terus yang dikapal Nanaku masih mau bertahan nggak?

See you yap!
🍉cc








Continue Reading

You'll Also Like

71.9K 11.4K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
791K 81.8K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
790K 38.3K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
43.2K 6.1K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG