TITIK TERENDAH

By PenieJingga02

2.4M 385K 81.6K

Aku menangis, Kalian tertawa. Aku kesakitan, Kalian masih tetap tertawa. Apa jika aku mati, kalian masih teta... More

0_0
1. Pembuktian
2. Berjuang
3. Metamorfosis
4. Kupu-kupu
6. Terluka
7. Untuk bahagia
8. Bising dan Sunyi
9. Pena penawar luka
10. Pedang
11. Jarum dan Paku
12. Kupu-kupu, bukan Kura-kura
13. Yang sebenarnya
14. Duri dalam daging
15. Luka tak berdarah
16. Di balik gelap
17. Setiap detik berharga
18. Peringatan
19. Untuk bertahan
20. Dua sayap
21. Dua sayap (b)
22. Pelipur lara
23. Ter-ungkap
24. Ter-ungkap (b)
25. Ungkapan Rasa
26. Jati diri
27. Simbiosis mutualisme
28. Obat untuk penyebab luka
29. Keputusan
30. Seorang teman
31. Hari hancur Elina
32. Sayap yg terluka
33. Kupu-kupu tanpa sayap
34. Titik terendah
35. Rasa sakit terbesar seorang Kakak
36. Penyesalan terbesar
37. Topeng yang terbuka
38. Pahitnya karma
39. Trauma
40. Lembar baru
MAIN CAST
41. Kupu-kupu (2) End
Cerita baru

5. Sebelum indah

54.5K 9K 733
By PenieJingga02

Carilah seseorang (sahabat) yang setia
dalam duka, bukan hanya suka karena hidupmu akan senantiasa berputar antara suka dan duka

📖Imam syafi'i✏

,,,,,,,,

Hyura memasuki kamar putra sulungnya, ia duduk di tepi ranjang Samuel yang tengah sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Adik-adik kamu, Sam." Dia mulai mengeluh sembari memijit pelipisnya. "Mama bingung, tapi Mama cuman takut kalau Mama ngasih uang lebih ke Saga dia gunain buat keperluan yang enggak-enggak. Sekarang dia marah sama Mama karena mikir Mama perhitungan sama gak adil ke dia."

"Ma," kata Samuel mengalihkan atensi. Netranya menyorot tajam tepat ke retina mata ibunya.

"Setiap Mama masuk ke kamar aku, yang Mama omongin tuh Saga Sherly, Saga Sherly, Saga Sherly terus!" Samuel meninggikan nada suaranya membuat Hyura terkejut. Tak biasanya Samuel seperti ini.

"Aku capek, Ma." Samuel membuang napas kasar. Selama ini ia mencoba berpikir dewasa dan menahan semua emosi yang tersimpan dalam dada sebab ia anak pertama dimana kedua orang tuanya menuntut dirinya untuk menjadi contoh yang baik untuk kedua adiknya.

Namun, kali ini Samuel tak akan menahannya lagi. Ia menatap Ibunya terluka. "Aku tahu aku kekanakan tapi aku mulai capek. Apa Papa sama Mama pernah nanyain keadaan aku gimana? Ngertiin lerasaan aku? Nanyain perkembangan kuliah aku kayak apa? Kalian emang menuhin semua materi aku tapi yang kalian pikirin dan perhatiin tuh cuman Saga, Sherly."

Samuel menutup laptopnya, menghela napas kasar lalu bangkit dari ranjang membuat Hyura semakin terkejut.

"Nak ...."

Samuel mengangkat tangan kanannya meminta Ibunya diam. Dia justru menyambar jaketnya dan pergi setelah berkata, "aku butuh waktu sendiri."

Menjadikan Hyura tak kuasa menahan tangis. Tak ada yang lebih menyakitkan saat kedua putranya marah dalam waktu bersamaan.

Teruntuk Saga, karena dirinya sebagai Ibu yang terlalu bawel. Setiap anaknya itu meminta uang, dia selalu merecokinya dengan banyak pertanyaan dan Saga menganggapnya sebagai bentuk ketidakpercayaan.

Teruntuk Samuel, Hyura pikir anaknya itu sudah dewasa makanya ia bersikap cuek dan tak terlalu memerhatikan setiap kegiatannya. Ia sebagai Ibu begitu bodoh, tak menyadari kalau ternyata putra sulungnya juga masih sangat butuh perhatian.

Di sisi lain, Sherly hanya diam sembari menatap datar ke arah mobil Samuel yang melaju menjauh pergi setelah keluar dari gerbang rumahnya. Di atas balkon, ditemani angin malam yang menyentuh lembut setiap inci wajahnya. Sherly menunduk.

Tangan kanannya mengusap lembut selembar poto dimana ia sedang memegang lolipop dengan ukuran besar dan kedua Kakaknya dari samping kanan dan kiri mencium gemas pipi kanan dan kirinya.

Air mata jatuh membasahi pipi Sherly. "Aku kangen kita yang dulu, Kak."

Rasanya setelah mereka beranjak dewasa, disibukkan dengan kegiatan masing-masing dan berdiri bersama keegoisan yang menghancurkan.

Ikatan kuat persaudaraan yang terjalin pun tak ada artinya lagi.

Sebelum masuk SMA, Kakaknya Saga masih sering suka meledek dan memperlakukannya seperti bayi. Namun, sekarang mereka justru seperti orang asing.

Sherly benar-benar merindukan kedua Kakaknya.

*

Teruslah melangkah, meski lelah memaksamu untuk menyerah. Seperti kata-kata yang sering kita dengar, semua pasti akan indah pada waktunya.

Kita hanya perlu berusaha keras dan berdo'a, percayalah hasil kesabaran pasti akan selalu memuaskan.

Sherly menekan kata publikasikan berwarna oranye di pojok kiri tempatnya menulis kemudian ia tersenyum manis. Rasanya sangat melegakan ketika ia sudah meng-update cerita wattpadnya. Sekarang, ia tinggal menunggu respon dari pembaca.

Semoga mereka puas. Sungguh, hal paling menakutkan bagi Sherly ketika ia menulis di wattpad adalah respon pembaca. Ia sangat takut pembacanya kecewa.

Sebab pembacanya satu-satunya alasan kenapa ia sangat semangat menuangkan rasa sakit yang ia rasa lewat cerita.

"Anjir gedek banget gue sama temen-temen kelas dan krang tuanya! Gak ngerti banget. Sumpah kalau gue di posisi Shera udah kabur dari rumah biar mereka puas sekalian!"

Sherly pernah berpikir seperti komen pembacanya itu. Ia pernah merasa tak sanggup dan berniat lenyap dari muka bumi ini. Namun, ketika ia mengingat bagaimana senyum ibunya, bagaimana komen dari pembacanya yang selalu menantikan cerita yang ia buat.

Rasanya Sherly punya semangat dan harapan. Jujur, semangat dari pembacanya membuatnya merasa berarti.

"Heh! Cewek gila!"

Suara seseorang membuat Sherly terlonjak. Saking asiknya dengan dunia wattpad, ia tak sadar kalau matahari telah nampak beberapa menit yang lalu, otomatis penghuni kelas mulai berdatangan masuk kelas.

Iya, Sherly hari ini memang datang sekolah pagi-pagi. Saat sekolah masih sepi.

Sekarang ia hanya bisa menghela kasar sembari menatap rizky yang tadi memanggilnya.

"Apa?" tanya Sherly pelan.

"BuWid manggil lo, cepet!" kata Rizky membuat Sherly mengangguk dan segera bangkit dari bangku setelah mengantongi ponselnya.

*

Sherly tak berhenti meneguk ludah, ia terus memainkan jarinya dengan keringat dingin mulai terlihat di pelipisnya.

Bagaimana bisa Bu Widya memintanya menagih uang LKS matematika kelas XII Ipa 1? Bukankah itu tugas bendahara kelas itu?

Oh astaga, Sherly ingin sekali menolak tetapi lidahnya kelu. Tidak mungkin ia menolak permintaan guru yang selama ini mati-matian membantunya memperjuangkan keadilan pada kepala sekolah yang tak lain dan tak bukan adalah Ayahnya Zemira setiap Zemira mem-bullynya.

Dan ketika Bu Widya ditanya alasan kenapa ia yang disuruh, jawaban Bu Widya sama sekali tak masuk akal.

"Supaya kamu punya sedikit intraksi dengan murid sekolah ini apalagi dengan Kakak kelas kamu."

Sekarang, ia berdiam sendirian di depan kelas XII Ipa 1 dengan raut ketakutan. Apa yang harus ia katakan?

Sherly melirik ke dalam lewat kaca dimana murid-murid fokus pada kegiatan masing-masing. Tak ada yang menyadari ia kebingungan di depan kelas.

Gadis itu berjongkok, menahan tangis. Pikiran buruk berkecamuk, ia pasti akan bertindak memalukan.

Sherly terperanjat saat menyium aroma familliar lewat di depannya. Itu wangi Kenzo.

Gadis itu mendongak menatap anak laki-laki yang berjalan cuek melwatinya.

"T-to-long!" lirihnya.

K menghentikan langkah. Melirik Sherly dengan alis terangkat. Namun, ia sama sekali tak berniat peduli hingga malanjutkan langkah tapi terhenti saat suara bergetar Sherly terdengar.

"A-aku ta-kut."

K menghela kasar. "Lo pikir gue genderuwo?"

Sherly cepat-cepat memberanikan diri menatap K sembari bangkit.

"K-kamu ke-las XII ipa 1?"

K tak menjawab dan malah menatap kedua tangan Sherly yang bergetar. Apa-apaan gadis ini? Kenapa ia begitu ketakutan?

"B-buwid bi-lang hari i-ini kalian harus bayar LKS ma-tematika," lanjut Sherly menunduk, tak berani menatap K lagi. Wajahnya sudah semerah kepiting rebus.

"Oh," kata K. "Biar gue yang urus."

"M-makasih," ungkap Sherly kemudian berlari pergi dari hadapan K tanpa menatap wajah tampan laki-laki itu membuat K menatap terkejut kemudian berdecak jengkel karena tingkah Sherly. "Dasar aneh."

Di tempat lain, setelah sampai di bangkunya Sherly duduk dengan tergesa sembari mengatur napasnya yang memburu. Jarak kelasnya dengan jarak kelas XII Ipa 1 lumayan jauh dan tak heran ia begitu lelah sekarang.

"Lo habis ngapain?" tanya seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda sembari menatap Sherly bingung.

Sherly mulai was-was. Bukan maksud berprasangka buruk. Namun, gadis ini. Cahyani pitri biasa dipanggil Cani adalah satu-satunya gadis yang sering datang ke bangkunya.

Lalu uang jajan di tas akan menghilang.

Setelah uangnya menghilang, gadis itu tak akan lagi mendekatinya karena alasan--

"Udah berapa kali gue peringetin kalian! Jangan sekali-kali deketin bangkai!" seru seorang gadis berambut kecoklatan yang bergelombang. Tampak begitu cantik dengan wajah blasteran indo-kanadanya itu.

Gadis itu berjalan melewati bangku dan meja ke arah Sherly membuat tubuh Sherly gemetar ketakutan. Di belakang gadis itu ada Elina mengikuti dengan wajah memelas. "Zem jangan lagi, Zem. Zem lo kan baru masuk, jangan ngulangin kesalahan yang sama. Please!"

Akan tetapi gadis yang dipanggil Zem justru kian mendekati Sherly.

"Jangan pernah sekali-kali dekati bangkai," kata Zem melirik Cani yang tadi memegang lengan Sherly dan langsung melepaskan tangannya dari Sherly saat melihat tatapan Zem.

Zem tersenyum miring sembari menatap semua teman kelasnya. "Karena bau busuk bangkai itu bisa menular ke tubuh kalian!"

Sekali gerakan Zem menjambak kuat rambut panjang Sherly hingga kepala Sherly mendongak ke atas dengan ringisan kesakitan keluar dari bibir mungilnya.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 138K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
525K 38.2K 28
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 121K 60
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.6M 174K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...