Mantan Kok Romantis [COMPLETE...

Από ringlight07

325K 10.8K 4.6K

"Siapa bilang mantan itu harus musuhan? Buktinya aku dan dia tetap bisa kompak, pulang bareng, belajar bareng... Περισσότερα

Calon YouTubers
Instastory Devo
NGAMOOKKKKKK
Terimakasih PHO
Cemburunya Irwan
Punya Pacar?
Sedang Berada Pada Panggilan Lain
Lagi?
POV Irwan
First
Sakit
Anaknya Teman Ibu
Devo Pintar
Keluar Malam
Terngiang-ngiang
Chika Comeback Guys!
Chika Lagi
Tak Sesuai Ekspektasi
Bye-bye
Pulih
EPILOG
Terimakasih
BERITA SEDIH🗿

Sebenarnya, Aneh

7.8K 304 121
Από ringlight07

Kamu tak perlu menang dalam segala hal untuk mendapatkan hati seseorang.

•••

Semuanya sudah membaik, kembali ceria, dan dia tetap menjadi milikku. Dan ya aku tak mengingkari janjiku, hari-hariku benar-benar dipenuhi oleh belajar, belajar dan belajar dan sesekali video call dengan Irwan untuk mengajari lelaki itu pelajaran yang tak dia mengerti. Aku tidak tahu, apakah dia memang tidak mengerti atau hanya ingin modus melihat wajahku. Ah, aku terlalu percaya diri.

 •••

Minggu-minggu ujian sudah berlalu, itu artinya waktu classmeeting dimulai. Itulah yang membuat seluruh siswa bersorak gembira karena tak perlu lagi memikirkan bagaimana mengerjakan PR, ulangan harian dan belajar.

Seperti saat ini, siswa kelasku sedang bersiap-siap untuk melawan kelas Arson dalam perlombaan tarik tambang.

"Semangat ya!" kataku sambil menepuk pelan pundak lelaki yang mengenakan sarung di sampingku, Irwan. Bersarung? Iya. Syarat untuk mengikuti perlombaan ini harus mengenakan sarung supaya semakin seru.

"Pasti!" ujar Irwan sambil mengedipkan mata kirinya, kemudian berjalan mengikuti yang lain memasuki area tarik tambang.

"MIA EMPAT! MIA EMPAT! MIA EMPAT!" teriakku bersama teman-teman sekelasku yang tak ikut dalam perlombaan.

“MIA SATU! MIA SATU! MIA SATU PASTI MENANG!” kelas Arson tak mau kalah.

•••

Akhirnya, pertandingan dimenangkan oleh kelas Arson. Irwan dan yang lain tampak begitu capek dan sedih.

"Ir--"

"Gimana? Kerenkan kelas gue?" tanya Arson, setelah ke luar dari tempat pertandingan, ia langsung menghampiriku. Membuatku batal untuk menghampiri Irwan.

"Pede banget lo, kerennan jug--"

"Gue-kan? Kerenan juga gue iya kan?" Lagi-lagi dia memotong ucapanku. Aku mendengus kesal.
 

"Keren pala lo botak!" kataku lalu meninggalkannya. Aku menghampiri Irwan yang sekarang duduk bersama teman-teman yang lain.

Aku duduk di samping kanannya yang kebetulan kosong lalu, mengelap keringatnya dengan tissu bersih yang selalu kubawa.
 
"Makasi, maaf ya kalah," katanya sambil menatapku.

"Gapapa, kalah menang 'kan emang biasa," kataku membuat dia tersenyum. Senyum yang selalu membuatku tenang.
 

Tangan kanannya meletakkan botol minumnya, lalu mengacak-acak rambutku. "Emang kamu doang yang bisa?" kataku, lalu mengacak rambutnya yang basah karena keringat.

Kami berdua tertawa.

"Pindah yok, nyamuk nih," kata Devo sambil berdiri lalu diikuti yang lain. Hingga meninggalkan aku dan Irwan saja yang duduk di bawah pohon yang rindang ini.

Irwan menatapku. Tatapan kami bertemu selama lebih kurang tiga detik karena aku langsung mengalihkannya.
 

"Kamu kok suka banget natapin aku? Kenapa sih?" tanyaku penasaran.

"Karena aku sayang kamu," katanya pelan hampir tak terdengar. Dia sudah kembali, sudah kembali berani mengutarakan rasa sayangnya, walaupun masih malu-malu.

"Aku mau bisikin sesuatu, siniin telinganya," kataku.
 

Dia mendekatkan telinganya, lalu aku dengan cepat berbisik, "Aku sayang kamu juga!" setelah itu aku pergi meninggalkannya.

Aku membalikkan badan untuk melihatnya, dia tersenyum dan kubalas dengan tawaku.

•••

Pulang sekolah, aku diantar Irwan seperti biasanya. Kami banyak tertawa di atas motor karena lelucon yang dilemparkan oleh Irwan. Aku bahagia memilikinya.
 
Sesampainya depan rumah, Irwan memintaku untuk menunggunya sebentar. Dia memindahkan tasnya ke depan yang awalnya berada di belakang punggungnya. Dia membuka tasnya lalu mengambil sesuatu.

"Nih, buka di dalam ya!" katanya sambil menyodorkan sebuah plastik berwarna biru muda.

Aku menerimanya dengan senang hati bercampur rasa penasaran.

"Aku pulang ya," katanya setelah mengembalikan tas ke belakang punggungnya.

"Hati-hati!" kataku dibalas dengan senyumannya, kemudian segera ia beranjak pergi bersama motornya.

Setelah motor Irwan bergabung dengan kendaraan lainnya, aku segera masuk ke dalam rumah bersama rasa penasaran dengan plastik yang sedang kupegang ini.

Tanpa berlama-lama di ruangan tengah, aku segera menuju kamarku. Rasa penasaran itu sudah berada di paling teratas.

•••

Plastik ini ringan, seperti hanya berisi beberapa kertas jeruk di dalamnya. Karena  sangat penasaran, aku naik ke atas kasur tanpa membuka sepatuku terlebih dahulu, duduk di sana lalu melepaskan tas dari punggungku. Setelah itu, dengan semangat aku membuka plastik yang diberikan Irwan tadi.

Aku menarik kertas yang cukup tebal dari dalam. Ternyata isinya adalah foto. Ada lima lembar kertas foto dengan gambar wajahku dan Irwan di sana. Dua lembar pertama, ada fotoku yang di grid empat di dalam satu lembar kertas foto, satu lembar lagi fotoku dan foto Irwan yang di grid empat juga. Lalu, satu lembar lagi terdapat fotoku sendirian dan pada satu lembar terakhir berisikan satu foto kami yang berukuran besar. Semua foto itu diambil saat kami berada di bukit pada malam hari waktu itu.

Aku memeluk erat foto itu. Mungkin sederhana, tapi sangat berharga dan begitu berkesan bagiku.

Aku segera meraih ponselku yang terletak di nakas. Aku mencari nomor lelaki yang selama ini selalu membuatku senyum-senyum sendiri. Ya, lelaki yang baru saja mengantarkanku itu. Aku meneleponnya.

"Halooo," kataku bersemangat setelah Irwan mengangkat teleponku.

‘Kenapa Yang?’

"Ciah, manggil Yang-yang aja," kataku sambil tertawa. Pasalnya, ini pertama kalinya Irwan memanggilku dengan 'Yang'. Terasa ganjil saja, namun aku suka sih.

‘Yaudah, kenapa Nyet?’ kata Irwan sambil tertawa.

"Lapor Cing, aku udah liat fotonya. Bagus, keren dan aku suka!" kataku sumringah.

‘Orangnya?’ kata Irwan membuatku bingung. Aku tidak mengerti maksud dari perkataannya.

Aku diam beberapa detik, memikirkan maksud Irwan.

"Kalo orangnya, gak suka," kataku sengaja memperlama kelanjutannya.

‘Ooo, tapi aku suka, sayang sama cewek yang di samping fotoku itu.’ Aku merasa pipiku memanas, itu karena perkataan Irwan yang selalu membuatku deg-degan.

"Aku cinta sama orangnya, sayang juga," kataku melanjutkan ucapanku. Perkataanku itu tulus, aku memang menyayangi dan mencintainya.

‘Kalau misalnya, aku jauh dari kamu, rasa itu gimana?’ tanya Irwan pelan. Suaranya begitu pelan dan entah kenapa aku merasa itu bukan misalnya, aku merasa perkataannya itu akan menjadi kenyataan. Tapi, Aku berharap itu memang hanya sebatas misalnya.

"Emang kenapa?" tanyaku ingin mengetahui kenapa ia bertanya seperti itu.

‘Gapapa, aku cuman mau tahu rasa kamu kalo kita misalnya LDR gitu.’ Baru kali ini Irwan membahas LDR, ada apa? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang tidak beres?
 
"Aku bakal tetap sayang kamu. Tapi, aku gatau gimana sama kamu," kataku memancing agar dia memberitahu perasaannya saat kami berjauhan.

Hening beberapa detik.

‘Pasti, aku gak akan pernah gak jatuh cinta sama kamu.’

Aku diam, mengulang-ulang perkataannya di di dalam hati. Memahami setiap kata yang ia lontarkan. Apa dia selalu jatuh cinta padaku?

"Wan, gatau kenapa aku ngerasa kamu mau pergi ninggalin aku. Kenapa? Ayo cerita," kataku dengan mata yang sudah membendung air mata ingin segera diluapkan.

Tidak ada jawaban. Irwan diam.

"Irwan!" panggilku dengan suara yang sudah serak.

‘Jangan nangis, aku gak ke mana. Hatimu adalah tempatku kalau kamu selalu ngizinin.’

"Wan, aku harap kamu gak bohong."

‘Jangan nangis, Bin. Aku gak bisa liat kamu nangis gini. Kamu makan siang gih, aku tahu kamu belum makan pasti.’ Katanya seakan memata-mataiku, karena apa yang ia katakan benar.

‘Oh iya, kamu jelek kalo nangis.’

"Ish Irwan!" kataku dengan suara diimut-imutkan.

‘Selamat makan siang, Bindella. Jangan khawatir, kalo jodoh gak akan ke mana kok.’

‘Udah dulu ya.’ kata Irwan lalu langsung memutuskan sambungan telepon.

Aku diam, masih duduk di kasur dengan sepatu yang masih melekat di kaki. Aku memikirkan kata-kata terakhir yang dikatakan Irwan, bukan 'Udah dulu ya' tapi 'kalo jodoh gak akan ke mana'. Menurutku, di dalam kalimat itu sebenernya ada kalimat yang lebih ingin di sampaikan oleh Irwan. Tapi, apa ya? Apaaa?

•••

Selama satu minggu classmeeting, sikap Irwan berubah. Bukan menjadi cuek atau mendiamiku tapi, dia malah semakin romantis. Misalnya, ia lebih sering mengacak rambutku gemas, menggenggam tanganku dan bercanda bersamaku. Ia juga beberapa kali mengajakku jalan tapi, aku selalu menolak karena ibu tidak memberi izin. Kata Ibu, nanti saja setelah pembagian raport, aku tidak tahu kenapa.

Irwan juga jadi menjemputku setiap pagi untuk berangkat ke sekolah bersama. Ia juga lebih lambat dalam mengendarai motor saat pergi ke sekolah dan mengantarkanku pulang. Aku kebingungan dibuatnya. Seolah-olah dia ingin berlama-lama denganku padahalkan kami bisa setiap hari ketemu? Tapi kenapa harus dilambat-lambatkan begitu ya?

Dia juga menjadi lebih sering meneleponku saat malam hari, padahal dulu ia memilih via chat saja.

Sebenarnya ada apa?

Saat kutanyakan padanya, dia berkata, 'Emang gak boleh?' aku hanya diam, saat aku pikirkan, iya juga, emang gak boleh Irwan ngelakuin hal manis?

"Hey, diam-diam bae lo!"

Aku menoleh ke kanan, memastikan siapa yang telah membuyarkan lamunanku dengan ucapannya dan pukulan pelannya di bahuku.

"Devo!" kataku dengan penuh penekanan memanggil namanya yang sebenarnya aku malas menyebutnya.

"Dah bel noh, kuy ke lapangan," ajak Devo sambil menarik kunciran rambutku.

"Ish! Malas ah, aku gak bakal  juara!" kataku enggan melangkahkan kaki menuju lapangan yang pasti sudah dipenuhi oleh siswa-siswi yang ingin menyaksikan siapa yang mendapatkan juara dari setiap kelas. Iya, hari ini adalah pembagian raport sekaligus pengumuman juara dari setiap kelas.

“Ayo woi, Irwan sama yang lain pasti sudah baris,” aku langsung berdiri karena mendengar nama Irwan. Aku tak melihat Irwan sejak ia berkata ingin mengantarkan sesuatu ke tata usaha. Aku tidak bertanya sesuatu itu apa, aku hanya mengiyakan karena tadi aku sedang mendengarkan cerita Tina tentang Geri yang sekarang sudah diterimanya kembali.

"Optimis dong! Ayo gak?" kata Devo lagi masih menarik kunciran rambutku.

"Minggir!" Devo refleks melepaskan tangannya dari rambutku. Aku segera pergi meninggalkannya, ternyata tidak, ia menyusulku.

•••

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

The antagonist's wife [END] Από Acha..luv

Εφηβική Φαντασία

1.4M 62.5K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
FRIENDzone (Completed) Από Uma

Εφηβική Φαντασία

65.9K 2.9K 47
Awalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa...
ANESKA Από Lavaanaa

Εφηβική Φαντασία

3.8K 797 35
Mengingat kejadian ketika Deka tidak sengaja menabrak Aneska di sebuah Bakery, membuat gadis itu kesal. Aneska yang saat itu terlihat bahagia karena...
ARGALA Από 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Εφηβική Φαντασία

6.2M 265K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...