EINSERZ | CatLem

By Silbi_

14.1K 2.1K 419

❝I'll better be around you.❞ END | ID | WARN Kim Wooseok & Song Hyeongjun More

1 Eins
2 Zwei
3 Drei
4 Vier
5 Fünf
6 Sechs
7 Sieben
8 Acht
9 Neun
10 Zehn
11 Elf
12 Zwölf
13 Dreizehn
14 Vierzehn
15 Fünfzehn
16 Sechzehn
18 Achtzehn
19 Neunzehn

17 Siebzehn

910 104 17
By Silbi_

[ No one 17 and under admitted ]

•••




















Wooseok memberikan banyak waktu bagi Hyungjun untuk bisa menenangkan diri. Membiarkan situasinya menghangat dalam diam, tanpa ada kata yang keluar dan tanpa ada perbuatan yang dilakukan.

Mereka hanya saling menatap, mengeluarkan perasaan dalam pandangan, dan menunjukkan kasih sayang dalam senyuman.

"Apa sakit?"

Ragu, Hyungjun membuka suara. Khawatir dan tidak yakin dengan apa yang akan dia lakukan. Wooseok masih memandangnya dengan senyum redup yang tidak berubah sedikitpun. Hyungjun memberanikan diri untuk mengangkat tangan. Menyibak pelan poni rambut yang menutupi dahi Wooseok untuk bisa melihat luka lainnya.

"Pasti sakit."

Senyum tipis terukir di bibir Wooseok. Sebelah tangannya mengusap lembut pipi Hyungjun. Meyakinkan anak itu bahwa rasa sakit karena luka fisik itu tidak jadi masalah besar. Tetap saja bagi Hyungjun, sekecil apapun luka itu, pasti akan terasa sakit.

"Mau melakukan sesuatu?"

Wooseok mengalihkan perhatian Hyungjun yang tertuju pada mata kanannya yang memerah dan bermasalah. Anak itu jelas khawatir, tapi ekspresinya terlihat kesal dengan dahi yang mengkerut dan bibir melengkung kebawah.

"Sayang?"

Kedua telapak tangan Wooseok membingkai wajah manis si kecil. Meniupnya pelan, membuat Hyungjun berkedip lucu beberapa kali dan berhenti menatap khawatir goresan luka di wajahnya.

Hyungjun mengingat pertanyaan Wooseok sebelumnya. "Sesuatu seperti apa?"

"Eum... Yang menyenangkan?"

Jawaban Wooseok lebih terdengar seperti pertanyaan dan membuat Hyungjun memiringkan kepala bingung.

Wooseok tersenyum maklum, mendekatkan wajah untuk memberikan kecupan di dahi Hyungjun lama. Juga berfikir tentang jalan mana yang akan dia lewati malam ini.

Menjadi kasar akan selalu menggiurkan. Sisi gelap dalam dirinya benar-benar memberi gambaran menarik tentang cara mendapat kepuasan. Menghancurkan tubuh lemah anak dibawahnya dengan hentakan keras tak beradab berulang kali hingga mereka terbakar gairah dan hancur melebur bersama.

Tawaran yang terlalu sulit untuk ditolak.

Namun, sampai kapanpun itu, Wooseok bukanlah iblis bagi Hyungjun. Meskipun dia sedikit mirip iblis bagi Minhee, tapi Wooseok tidak akan berbuat kasar dengan menghancurkan Hyungjun hanya demi sebuah kepuasan.

Lagipula, gairah akan selalu menyenangkan saat dilakukan pelan-pelan. Nikmati setiap detiknya dengan cumbuan basah memabukkan. Rasakan sensasi terbakar diantara lumatan lembut menghancurkan.

Hyungjun tersentak saat Wooseok menuntun tubuhnya merunduk dan duduk diatas perutnya dengan sangat hati-hati. Awalnya dia sedikit khawatir, namun Wooseok melenyapkan batas keraguan Hyungjun dengan ciuman lembut penuh kasih sayang.

Bibir keduannya bertemu. Bergerak dengan caranya masing-masing. Hyungjun lebih banyak menikmati dan Wooseok lebih banyak mendominasi dengan jilatan memabukkan dan hisapan penuh penekanan.

Bibir dingin itu bergerak menelusuri garis rahang Hyungjun. Dingin yang menyengat saraf kesadaran seolah sentuhan itu berasal dari mahluk tak berdarah yang berbahaya. Sentuhan yang membuatnya berharap agar seseorang mengatakan apa yang sedang dia rasakan tentang sebuah perasaan baru yang membuat anak itu penasaran.

Apa yang sudah Wooseok lakukan, apa yang sedang Wooseok lakukan, dan apa yang akan Wooseok lakukan.

Hyungjun penasaran kenapa Wooseok harus mengangkang menduduki perutnya dan membuat detak jantungnya semakin berantakan. Hyungjun juga penasaran kenapa Wooseok menjilat dagunya dengan lidah basah dan membuat darahnya mendidih.

"Kaka Wooseok..."

Dua kata dan empat silabel yang berhasil Hyungjun ucapkan ditengah batas kesadarannya yang perlahan seperti dilenyapkan.

Mata mereka bertemu dalam keheningan malam yang menghanyutkan. Hyungjun terlalu lama berfikir dengan otak kosong dan membuat Wooseok tersenyum manis karena kesederhanaannya. Yang lebih tua menunggu dengan sabar apa yang ingin Hyungjun katakan.

Tapi sepertinya si kecil masih kehilangan kalimatnya.

Wooseok kembali merunduk untuk bisa menyapu lekuk leher Hyungjun dengan bibir dinginnya. Menjilat setiap inci kulit leher dari bawah rahang sampai batas bahunya yang terbuka.

"Kakaa..." Si kecil menggeleng frustasi.

Wooseok berhenti lagi untuk menunggu apa yang ingin anak itu katakan. Tangannya mengusap pipi Hyungjun lembut, mencoba menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan malam ini.

Anak itu memandang dalam iris gelap Wooseok yang ada diatasnya. Kedua tangan mungil itu menyentuh dada bidang Wooseok yang tertutup piyama putih khas rumah sakit. Merasakan detak jantung Wooseok di telapak tangannya. Temponya sama dengan Hyungjun; berantakan.

"Kaka Wooseok..."

"Em?"

Lagi, Hyungjun kehilangan kalimatnya. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak tau bagaimana cara menyampaikannya. Baru kali ini berbicara saja sangat membingungkan untuk Hyungjun. Semuanya terasa berbeda. Termasuk sentuhan Wooseok yang berdampak lebih parah dari biasanya.

Sudut bibir Wooseok terangkat. Entahlah, Hyungjun jadi terlalu menggemaskan. Rasanya sangat sulit menahan gairahnya lebih lama. Cowok itu menjilat bibir Hyungjun yang sedikit terbuka dengan aura memabukkan yang nyaris membuat si kecil sinting.

"Kakaa..."

Hyungjun memejamkan mata erat dan memanggil putus asa.

"Iya sayang, kenapa?"

Wooseok bertanya dengan nada lembut dan hati-hati. Mengecupi kelopak mata anak dibawahnya sampai netra jernih itu perlahan terbuka.

Wooseok menemukan rasa penasaran besar yang tersembunyi dibalik mata bening yang selalu jernih itu. Membayangkan tentang perpaduan antara kesederhanaan dan fantasi liar tentang sebuah penjamahan hasrat membuat Wooseok gila dan mengerang tertahan.

Sulitnya menjadi lembut... Barangkali semuanya sudah selesai jika Wooseok bermain kasar.

Namun cowok itu tidak menyesal. Dia akan mengingat setiap detik dimana Hyungjun kesayangannya kebingungan di kali pertama.

Wooseok menggigit gemas ujung hidung mungil Hyungjun. Menelusuri garis wajahnya dengan bibir dinginnya dan menyapu setiap jengkal rahangnya dengan lidah basah.

"Kaka Wooseok..."

Anak itu memanggil lagi saat kedua matanya terpejam erat sebagai reaksi dari sapuan menggelayar di lehernya. Wooseok berhasil membuatnya mabuk dengan lumatan mesra di atas tulang selangka yang membuat perasaan asing menjalar memenuhi saraf pusatnya. Perasaan yang semakin tak terkendali saat Wooseok mengapit kulit putih kenyal lehernya diantara belah bibir sebelum menggigitnya dan menghisap kuat, membuat anak itu mendesah frustasi.

"Kakaaa..."

"Katakan, sayang..."

Wooseok berhenti lagi dan berharap bisa lebih sabar menunggu Hyungjun mengatakan apa yang ingin dia katakan. Rasanya semakin sulit saat melihat tubuh itu lemas dibawahnya.

Cowok itu lebih memilih menyembunyikan wajahnya kedalam lekuk leher Hyungjun sebelum gila karena pikirannya sendiri. Sementara anak itu sudah hilang akal karena sentakan menyengat yang membakar tubuhnya sampai membuat kepalanya pening saat Wooseok kembali menciumi belakang telinganya dan turun di sepanjang garis bahu.

Hyungjun sinting saat Wooseok melenyapkan batas kewarasannya untuk berfikir. Cowok itu benar-benar memusnahkan sisa kesadarannya untuk bertahan.

"Emh... Kaka..."

Wooseok tidak tahan lagi mendengar pertanyaan tak terucap yang terus Hyungjun lontarkan di sela desahan frustasinya. Hyungjun memanggilnya dengan suara bergetar. Hyungjun memancingnya untuk tidak sabar. Hyungjun menggodanya.

Cowok itu menuruni tubuh lemas Hyungjun. Menyentak apapun yang menjadi penghalang yang menutupi tubuh bawah anak manis itu dan membiarkan tubuh atasnya tetap tertutup.

Si kecil merona melihat Wooseok juga menanggalkan apa yang dia pakai dengan aura kuat yang membuat dadanya bergemuruh hebat disertai detak jantung yang seolah akan meledak.

Hyungjun menutup wajahnya dengan kedua tangan dan merapatkan paha telanjangnya saat netra tajam cowok itu mulai mengintimidasi.

Terlalu menggemaskan, seperti kesederhanaan yang mengundang hasrat panas dan gairah berbahaya.

"Hyungjun..."

Wooseok memanggil. Tenang, rendah, dan dingin.

"Sayang..."

Seperti alkohol yang memabukkan.

"Buka matanya..."

Hyungjun menggeleng keras.

"Biarin kaka masuk..."

Tidak, itu sihir, hipnotis.

"Buka pahanya, sayang..."

Lenyap.

Keduanya melenyapkan batasan.

Sensasi membakar itu semakin kuat setiap detiknya. Rasa penasaran semakin menyiksa karena Hyungjun belum mengetahui keinginannya. Namun insting akan selalu membimbing otak yang sulit mengerti.

Insting untuk membuka diri dan membiarkan Wooseok mengangkang kokoh diantara pahanya dengan gairah keras terpampang jelas disana.

Sengatan itu kembali terasa saat yang lebih tua merunduk dan menjilat dagu Hyungjun dengan lidahnya. Naik sampai bibir dan memberikan ciuman panas penuh gairah sosok dominan.

Di detik itulah Wooseok memulainya.

Hyungjun menggelinjang, menggeleng kuat dan membanting kepala ke belakang. Sensasinya membuatnya memekik dengan tubuh melengkung erotis ke atas.

Keringat membasahi helaian rambut yang menutupi dahi. Nafasnya memburu saat yang lebih tua melepas ciuman panas mereka.

Mata keduanya bertemu. Memandang dalam menyelami iris hitam masing-masing. Mencari apa yang dicari, dan menemukan apa yang di inginkan.

Wooseok mulai bergerak dan Hyungjun mulai benar-benar hilang akal. Tubuhnya terbakar gairah kuat mematikan. Rasanya memenuhi seluruh saraf pusat dan mengalir bersama aliran darah ke otak. Membuat kepalanya berdenyut hebat merasakan pening karena pelampiasan hasrat.

Ini adalah rasa penasarannya.

Desahan frustasi semakin menjadi saat cowok itu memberikan sedikit perubahan dalam pergerakannya. Wooseok masuk begitu dalam, menariknya hingga nyaris keluar, lalu menghentak lebih dalam lagi, dan melakukannya berulang kali untuk mencapai titik terdalam tanpa berhenti.

Lagi, Hyungjun membanting kepala ke belakang dan mengerang tak tahan dalam desahan. Kenikmatan membuat keduanya terbakar gairah bersama. Wooseok semakin menggila liar dan Hyungjun menggelinjang dibawahnya.

Mereka larut dalam setiap sentuhan dan cumbuan. Hanyut dalam setiap lumatan dan jilatan. Tenggelam dalam setiap hentakan, serta menggila setiap detik sepanjang malam.

















•••

To be continued

I feel a little bit down in this part. Silakan jadi siders jika ini tidak layak baca. Aku tetep sayang kalian, jangan khawatir.

Continue Reading

You'll Also Like

10.8K 263 3
Hai perkenalkan nama ku Adelia Rebecca .dimana aku akan menceritakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang sangat penting dalam hidup ku. Dan sam...
151K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
58.5K 5.2K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
11.3K 1.3K 35
:: book 2 coming soon ❝ 𝒂𝒔𝒂𝒍 𝒎𝒖𝒍𝒂 𝒕𝒓𝒊𝒐 𝒈𝒂𝒈 𝒃𝒐𝒐𝒔𝒆𝒐𝒌𝒔𝒐𝒐𝒏❞ "Hah anak baru?! Siapa? lo tau ming???"-Seokmin. "Hah! Gak usah nge...