Good Morning, Uncle! (END)

By moosahara

1.4M 9.8K 185

Arya seorang pria berusia menjelang 26 tahun dewasa dan penggila kerja mendadak harus mengikuti keinginan ter... More

1. A Promise
2. Little Girl
3. The Day
4. New Home
Move to Dreame

5. Kiss

67.2K 1.9K 24
By moosahara

Arya mengusap ujung bibir Seline yang belepotan saos.

"Jangan," kata Seline lirih, dia tidak suka terlalu dimanja saat ini.

"Kenapa jangan?" Arya malah bertanya.

"Biar aku saja." Seline mengeluarkan tissue dari tasnya, padahal ada tissue di atas meja.

Seline mengelap bibirnya dengan tissue itu, dan melakukan hal yang sama ke Arya. Arya spontan menarik tangannya, dia kaget.

Mata Seline berkaca, dia pikir Arya menolaknya.

Seline buru-buru membereskan kotak bekal itu. "Aku pulang."

"Seline. Maaf itu spontan."

Seline mengangguk. Dia beranjak dari kursi.

"Seline, kita mau belanja kan?"

"Aku bisa sendiri," kata Seline. Arya berdiri, menarik tangannya.

"Astaga kamu marah?" Arya kaget melihat hal sekecil itu membuat Seline marah.

Seline menggeleng kuat.

"Ya udah, maaf," kata Arya. "Kita belanja, nanti aku beliin selai strawberry yang banyak.

Mata Seline berbinar, dia suka selai strawberry dan anehnya selai itu langsung dia makan dari jarnya. Tanpa dioles ke roti terlebih dahulu.

Arya melihat wajahnya, ya ampun lucu sekali.

"Ya udah, yuk." Seline kembali ceria.

Seline melingkarkan tangannya di lengan Arya saat mereka berjalan keluar.

Karyawannya melihat mereka dengan mata yang nyaris keluar.

"Miya aku pulang," ujar Arya pada sekretarisnya itu.

"Eh iya pak."

Seline menunduk saja seraya berlari kecil mengikuti langkah kaki Arya, dia nyaris terseret.

"Aku kecepetan jalannya?"

Seline mengangguk.

Karyawan Arya berkerumun saat bosnya itu keluar.

"Miya, siapa itu?"

"Pak Arya lembut sekali ya."

"Tapi masih kecil apa itu adiknya? Tapi bukannya Pak Arya tidak punya adik? Cantik ya."

"Itu pacarnya!" kata Miya mengulangi, setengah berteriak.

"Heh!"

🌹🌹🌹

Tangan Arya penuh dengan kantong belanja sementara satu tangannya menggandeng Seline. Belanjaan mereka didominasi oleh barang-barang Seline mulai dari pakaian sampai bodycare.

Seline senyum senyum sendiri melihat betapa Arya sejak tadi tidak melepaskan gandengannya.

"Aw ...." Seline terjatuh.

"Seline." Arya meletakkan kantung belanjaannya dan mereka duduk di kursi panjang yang memang disediakan untuk pengunjung mall.

"Sakittt ...." erang Seline. Sepertinya kakinya terkelir.

"Tunggu di sini, aku antar belanjaan ke mobil dulu. Jangan ke mana-mana."

Seline mengangguk, Uhh ngeselin, kenapa dia harus jatuh sih?

Seline melihat kakinya sebenarnya tidak terlalu sakit, tapi biar saja, dia mau pura-pura terkilir biar bisa bermanja dengan Arya.

Seline melihat Arya datang masih dengan ekspresi panik di wajahnya, Arya berjongkok di depan Seline melepas wedges-nya. Mengurut kaki kiri Seline pelan. Oh God, makasih papa yang memintanya menikah dengan pria ini.

"Sakit?" tanya pria itu pelan. Seline menggeleng.

"Arya."

Seline dan Arya menoleh ke arah suara, lagi-lagi seorang wanita dewasa dan cantik. Rambutnya pendek sekali tapi aura feminim sangat terasa. Dia mengenakan Top ketat yang pendek sepinggang dan mengenakan rok pensil juga high heels.

"Gaya."

Wanita yang dipanggil Gaya itu menatap Seline seolah ingin memakannya hidup-hidup.

"Alih profesi kamu sekarang, jadi baby sitter?" Seline sadar ada nada ejekan pada kalimat itu.

"Gaya, bisa sopan?"

Gaya menaikkan bahunya, "Untuk apa? Oh ini calon istrimu yang membuatmu mutusin aku?"

Deg!

"Gaya!"

"Hai loli." Dia melambaikan tangannya pada Seline. 'Loli?'

"Kami sudah menikah," kata Arya.

Terlihat wajah Gaya pucat mendengar ucapan Arya itu.

"Kamu hamil Loli?" tanya wanita itu.

Hamil?

"Gaya sudah cukup. Marah padaku saja jangan libatkan dia."

"Kamu bajingan!"

"Berhenti!" kata Seline nyaris berteriak. Dia merangkulkan tangannya di leher Arya.

"A-ayo pulang saja." Seline tak mau meneruskan perdebatan dengan mantan kekasih Arya, terlebih dia bilang Arya memutuskannya karena Seline. Hati Seline sakit.

"Kami pergi," ucap Arya meninggalkan wanita itu.

Seline melihat wajahnya yang penuh kemarahan, dia berjalan tertatih. Seraya tangan Arya melingkar di pinggangnya. Air mata Seline menetes.

🌹🌹🌹

Loli? Seline mencari tau arti kata itu di internet. Dia sakit hati saat mengetahui artinya.

Seline telah diam sejak mereka pulang dan kembali ke apartemen. Mengingat sosok Gaya tadi seperti bumi dan langit dengan dia. Arya memutuskan wanita seperti itu karena dia?

Seline tergugu di atas tempat tidur, di kamar yang berbeda dari Arya.

Pintu kamarnya terbuka.

"Seline." Arya duduk di sampingnya. "Kenapa menangis?"

Seline menggeleng pelan.

"Kakinya masih sakit atau ...."
Arya sepertinya mengerti kalau dia terguncang dengan peristiwa tadi.

Tercium aroma maskulin, aroma kayu dari tubuh pria itu.

"Kenapa O-om mau menikah denganku?" ucap Seline terisak.

Arya terdiam, "Kamu tidak usah pikirkan kejadian tadi ya?"

"A-aku nggak bisa."

"Sudah jangan menangis, kamu tidak salah di sini."

Seline menggeleng lagi. Kenapa dia jadi cengeng sekali? Gimana Arya akan memandangnya sebagai perempuan dewasa?

Arya menggenggam tangan Seline. Melayangkan sebuah kecupan di bibir gadis itu. Seline tersentak.

"Hmmm ... kalau menangis aku akan menghukum kamu seperti itu."

Seline merasakan debar jantungnya meningkat lagi lebih cepat.

"Uuh ...."

"Gimana kalau kita pacaran saja dulu?" tanya Arya.

Pacaran? Bukankah mereka telah menikah.

"Ya kencan, jalan-jalan. Kamu pernah pacaran?"

Seline mengangguk, ya dia pernah tapi itu cuma sekedar cinta monyet biasa.

"Mau?"

Seline mengangguk, Arya mencium bibirnya lagi kali ini lebih lama dan lembut.

"Kenapa cium lagi?"

"Ya itu yang dilakukan oleh orang pacaran."

Seketika wajah Seline kembali merona.

"Malam ini tidur bersamaku di sebelah."

🌹🌹🌹

Arya memejamkan matanya, dua tangan melingkar di pinggangnya. Aroma manis mengurai menggoda jiwanya, belum lagi kulit lembut yang sedari tadi bergesekkan dengan kulit tangannya. Harusnya dia tidak meminta gadis itu tidur di sebelahnya tapi tangisnya tadi.

Kasihan sekali gadis ini tadi, Gaya, kenapa mereka harus bertemu Gaya di sana. Ucapan Gaya pasti membuat Seline sakit hati. Gaya selalu tampil anggun dan berkelas, tapi ada sifat lain yang Arya tahu dia cukup liar dan bermulut tajam kalau tidak menyukai seseorang.

Tapi Arya menyukai wanita itu kalau tidak mana mungkin dia memacarinya selama satu setengah tahun. Arya seorang yang workaholic, terlebih sejak Sean sakit dia mati-matian bekerja agar perusahaan tetap berjalan. Mana sempat mencari pacar, Gaya yang lebih banyak berinisiatif dia juga yang lebih dulu menyatakan perasaannya pada Arya.

Ngghh ... Arya melirik gadis mungil berambut tebal nan halus yang sedang bergerak di dadanya. Dia harus sangat lembut dan perhatian agar Seline tidak mengalami kepedihan juga kesepian. Kesepian sangat mengerikan, Arya pernah merasakannya dulu.

Bibir Seline lembut lebih lembut dari kulitnya, ciuman yang manis telah direnggutnya dari gadis itu.

"Cepat berikan aku cucu Arya."

Ucapan Sean terngiang di benaknya. Membuat Arya keringat dingin. Dada Seline yang menonjol menempel di tubuhnya. Arya menggeser posisi tidur Seline. Kemudian mencium bibir gadis itu lagi, kemudian turun ke lehernya. Gadis itu bergerak tapi tetap tertidur. Kepala Arya mau pecah menahan gairah.

🌹🌹🌹

Arya sedang membaca berita online saat Seline merangkulnya dari belakang.

"Hei, sudah mandi?"

Seline mengangguk. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi dan mengoleskan selai kacang ke roti tawar.

"Tumben nggak pake selai strawberry." Tanya Arya bingung. Biasanya saja setiap pagi Seline akan mengemili Selai strawberry langsung dari jarnya. Arya mengetahui kebiasaan Seline itu, dulu saja setiap dia bepergian ke luar negeri dia akan mencari selai strawberry untuk oleh-oleh.

Seline menggeleng.

"Om ...."

"Ya sayang."

"Ih genit."

Arya terdiam, bukankah dulu dia dan papa Seline selalu menyebutnya dengan kata 'sayang?' kenapa sekarang gadis itu mengatakan dia genit.

"Kamu sih panggil om, jadi keceplosan kan."

Seline tertawa, tawanya sungguh indah. Arya senang dia tidak lagi sedih seperti kemarin.

"Seline mau kuliah."

Arya meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. Ya itu tentu saja, pernikahan mereka hanya untuk status setidaknya itulah yang ada dibayangkan Arya saat ini. Jadi bagaimana mungkin Arya menghalangi masa depan gadis itu.

"Tentu saja."

"Benar?" Mata Seline berbinar, membulat cerah.

"Lho memang kenapa?"

Seline bangkit dari kursinya, memeluk dan menciumi pipi Arya.

"Hey ... hey ...."

"Kata Bibi Suri setelah menikah Seline harus diam di rumah dan berbakti pada suami. Tapi ...."

Astaga, nggak Sean nggak penghuni di rumah itu semuanya bersekongkol mencuci otak gadis itu.

"Tapi Seline udah janji sama Nadine dan Sandra buat kuliah bareng."

"Lakukan apa yang kamu suka Seline."

Arya tidak tahu kalau kata-kata itu nantinya akan dia sesali.

"Oh iya, nanti ada asisten rumah tangga yang sudah aku hire datang sekitar jam sepuluh."

Kening Seline berkerut, ya sepertinya Arya harus mempekerjakan orang di apartement ini karena sekarang dia tidak mungkin beres-beres sendiri belum lagi dia tak akan tega melihat Seline menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan rumah. Biarlah dia bersenang-senang dengan temannya.

Seline mengancingkan kemeja Arya di kamar, dia harus berjinjit. Setiap hari Seline menyiapkan pakaian kerja Arya. Arya tak tega menolaknya, lagipula dia juga gembira dengan perhatian itu.

Continue Reading

You'll Also Like

92.2K 3.6K 21
"Mah, sekarang ini jamannya Siti Nurbaya.." "Hah? Ngawur ngomong, udah tahun berapa Rara, 2020 kamu bilang jaman si Siti," "Mah, come on la, jodohin...
3.2K 52 52
Qin Yang memiliki gen fantasi. Selama dia memiliki energi misterius, dia dapat berubah menjadi karakter apa pun dalam karya apa pun. Dewa Kematian Ai...
439K 40.2K 92
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
1.7M 67.2K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...