His Eyes (TAMAT)

By AyaEmily2

1.7M 202K 9.4K

[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Dennis Anthony, mantan narapidana percobaan pembunuhan terhadap kekasih wan... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18a
18b
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29a
29b
30a
30b
31
32a
32b
33
34a
34b
35a
35b
36
37
38a
38b
40
41
42
43
44
Epilog

39

27.4K 3.3K 230
By AyaEmily2

Senin (20.27), 30 September 2019

----------------------------

Dennis mengantar Ellen sampai ke depan rumah. Senyum tipisnya tersungging seraya melambai saat gadis itu mengemudikan mobilnya keluar dari halaman. Tapi begitu mobil yang dikendarai Ellen hilang dari pandangan, senyum Dennis langsung pudar berganti dengan sorot cemas yang mati-matian ia sembunyikan dari Ellen.

Dennis berbalik berniat kembali ke dalam rumah untuk menemui Xavier. Namun langkahnya terhenti melihat Xavier sudah berjalan tergesa ke arahnya diikuti Sintha.

"Kita pergi sekarang?" tanya Dennis tak sabar.

Xavier mengangguk kaku dan terus berjalan menuju mobil sewaannya. Di sana juga sudah menunggu salah satu anak buahnya yang bertindak sebagai sopir.

Namun langkah tergesa Xavier harus terhenti karena Sintha menarik lengannya keras. Begitu lelaki itu berbalik menghadap sang istri, Sintha langsung melotot dengan sikap keras kepala yang sudah sangat dihafal Xavier.

"Apa tidak ada yang mau menjelaskan sesuatu padaku?" tanya Sintha kesal.

Xavier menghela napas sejenak sebelum berkata, "Ellias sudah kembali ke kota ini tadi malam. Salah satu anak buahku melihatnya."

Sintha ternganga. "Apa dia sudah tertangkap?"

"Belum. Dia sangat mengenal seluk beluk kota ini hingga bisa bersembunyi dengan mudah. Lagipula aku memang melarang anak buahku mengikuti dia secara terang-terangan. Kalau Ellias sampai sadar kedatangannya sudah diketahui, dia akan semakin sulit ditangkap."

"Lalu—kenapa kalian membiarkan Ellen pergi sendirian?" Sintha mulai panik.

"Kami akan mengawasinya," tandas Dennis. "Karena itu kami harus pergi sekarang."

Sintha buru-buru mengangguk dan langsung melepas tangan Xavier.

"Tetap di sini!" perintah Xavier tegas lalu berbalik menyusul Dennis yang sudah lebih dulu masuk dan duduk di kursi belakang.

***

Anak buah Xavier menyebar mengikuti Ellen secara diam-diam. Mereka menyaru dengan penduduk sekitar. Bahkan beberapa sengaja masuk ke perusahaan seolah-olah mereka salah satu pegawai di sana.

Sementara itu Xavier, Dennis, Henry, serta aparat polisi yang sudah bekerja sama dengan mereka sedang menunggu laporan keberadaan Ellias. Menurut perkiraan mereka, Dennis akan menyergap Ellen secepatnya atau mungkin menunggu dengan sabar. Itu salah satu alasan mengapa Xavier melarang Dennis menemani Ellen. Mereka berharap Ellias tengah mengawasi Ellen dan melihat bahwa Ellen selalu pulang pergi ke kantor seorang diri. Bisa saja itu akan memancing sikap arogan Ellias untuk menyergap Ellen secepatnya.

Dan dugaan mereka terbukti benar. Ellias sama sekali tak membuang waktu. Salah seorang polisi yang turut mencari keberadaan Ellias melihat pemuda itu tengah mengawasi jalan yang membelah hutan. Selanjutnya menjelang malam, tanpa sadar bahwa dirinya diawasi, Ellias menyiapkan tanda dilarang melintas di satu sisi jalan.

Selama menunggu Ellias menyiapkan jebakannya. Dennis dan lainnya mendapat informasi lain yang mengejutkan. Ellias tidak bertindak sendirian. Meski sudah tersebar luas dia kini menjadi buronan, ada tiga pemuda yang membantunya. Mereka adalah sahabat Ellias di kampus dan sepertinya mereka jugalah yang membantu Ellias sembunyi begitu dia berhasil masuk kembali ke kota itu.

Dengan satu orang menunggu di area keluar hutan dan dua lainnya di area masuk hutan, dengan santai Ellias bisa bersiap di tengah-tengah hutan. Mereka berempat menggunakan walkie-talkie untuk saling berkomunikasi. Begitu Ellen masuk ke area hutan, ketiga teman Ellias langsung memasang tanda dilarang melintas. Bukan sekedar papan nama, tapi juga pagar kawat bergerigi yang melintang menghalangi jalan.

Mereka yang sudah mengawasi membiarkan para pemuda itu melakukan rencana mereka. Tapi begitu pagar kawat selesai dipasang, aparat polisi yang sudah bersiap langsung menyergap mereka, membuat tiga pemuda itu langsung menyerah dengan sorot takut. Mereka memohon minta dilepaskan dengan alasan hanya mengikuti permintaan Ellias karena Ellias mengancam mereka.

Sementara di titik tempat Ellias bersiap menyergap Ellen, sudah menunggu Dennis, Xavier, dan lainnya. Posisi mereka hanya berjarak beberapa meter namun terhalang kerimbunan pohon dan pekatnya malam. Dengan senyap, mereka mengawasi bagaimana Ellias berhasil membuat mobil Ellen berhenti.

"Shit! Dasar bodoh!" Tiba-tiba Dennis mengumpat melihat Ellen keluar dari mobil, membuat Xavier menoleh menatapnya dengan sorot memperingatkan agar Dennis diam. "Harusnya tabrak saja!" Dennis menggeram kesal, mengabaikan tatapan Xavier.

"Ellias." Terdengar nada pelan Ellen yang penuh rasa terkejut.

Jemari Dennis mengepal kuat. Dia sudah berniat menghampiri mereka namun seolah mengerti keinginan Dennis, Xavier membentangkan tangan di depan Dennis.

"Tadi aku agak kecewa karena kau tidak langsung mengenaliku."

Dennis semakin tidak sabar saat melihat Ellen berusaha melarikan diri tapi malah terjatuh. Apa dia tengah syuting film action picisan? Kenapa pakai adegan konyol segala?

"Sikapmu sungguh mengecewakan, Ellen. Kupikir aku bisa memercayaimu. Tapi kau mengkhianatiku dan memilih bersama mantan napi itu."

Sejenak kening Dennis berkerut bingung mendengar nada cemburu dalam suara Ellias. Tapi dia tidak memikirkan itu lebih jauh saat merasakan tangan Xavier tak lagi menghalanginya. Seketika dia melompat keluar dari persembunyian bersamaan dengan aba-aba pelan Xavier.

"Sekarang!"

Hanya dengan beberapa langkah panjang, Dennis sudah berhasil mencapai Ellen yang sudah semakin dekat dengan mobilnya. Dia langsung mendekap erat tubuh Ellen. Namun di antara gelapnya malam dan posisinya yang tengah terancam membuat perbuatan Dennis semakin menakutinya. Refleks dia berteriak keras seraya meronta berusaha melepaskan diri.

"Argh!"

Dennis mempererat pelukannya seraya sedikit mengguncang tubuh Ellen. "Ellen, lihat baik-baik. Ini aku!"

Suara familiar Dennis membuat Ellen berhenti meronta. Dia langsung mendongak dengan wajah basahnya yang penuh air mata.

"Dennis?"

"Iya, ini aku."

Refleks Ellen langsung memeluk lelaki itu dengan tangis pecah. Rasa takutnya tumpah dalam bentuk bulir air mata.

"Aku takut sekali."

"Aku malah ingin mengumpatimu habis-habisan karena bertindak sangat bodoh dan konyol," geram Dennis.

Ellen tak membalas ucapan Dennis, hanya terus menenggelamkan wajah di dada Dennis. Dennis menahan kepala wanita itu tetap menempel di dadanya seraya menanamkan kecupan menenangkan di puncak kepala Ellen. Tanpa Ellen sadari, tatapan Dennis dan Ellias saling terpaku dengan tajam. Dan seketika, Dennis sadar memang ada perasaan terlarang di hati Ellias untuk Ellen. Seperti yang sudah Ellen katakan.

Bibir Ellias menipis dengan kemarahan yang tidak bisa tergambar lagi. Jemarinya yang memegang gagang pisau semakin kuat mencengkeram.

Sungguh, rasanya dia ingin langsung melompat menghabisi kedua orang itu. Tapi jarak mereka terlalu jauh untuknya bisa langsung menikamkan pisau tanpa Dennis dan Ellen sempat menghindar. Lagipula dia menyadari Dennis tidak sendirian. Dia bersama banyak orang yang kini mengepungnya dari segala arah. Lalu mendadak Ellias tertawa keras, membuat Ellen menghentikan tangisnya dan berbalik menatap sang adik.

Beberapa detik tertawa dengan perasaan yang campur aduk, akhirnya Ellias berhenti dengan tatapan yang terpaku ke arah Ellen. Lalu jejak senyum di bibirnya menghilang digantikan kemarahan tertahan dan sorot kecewa dalam matanya.

"Aku sungguh kecewa. Aku mencintaimu dengan tulus tapi ini balasanmu?"

DEG.

Mendadak Dennis seolah melihat dirinya sendiri malam itu. Saat dia berteriak penuh amarah pada Aira.

"Tapi apa balasanmu? Aku sama sekali tidak menuntutmu melayaniku dan malah memberi kehormatan agar kau menikah denganku. Namun kau malah bertingkah seolah aku menganiaya dirimu."

Dennis tersenyum penuh ironi dengan tatapan yang masih terpaku pada Ellias. "Lucu sekali. Dulu aku di posisinya. Sekarang aku dipaksa berada di posisi bocah tengik itu."

"Yang kau panggil bocah sekarang sudah menjadi ayah dari balita cantik," Xavier yang tiba-tiba sudah di samping Dennis berbisik dengan nada mengejek.

Ellen mengabaikan kedua lelaki itu dan hanya fokus pada Ellias. Sorot matanya juga penuh rasa kecewa dan luka yang dalam.

"Aku sanggup kehilangan semuanya asal kau menjadi milikku, Ellen." Kali ini suara Ellias penuh nada memohon. Bahkan matanya berkaca-kaca saat menatap Ellen.

Sebelum Ellen sempat mengatakan apapun, Dennis lebih dulu berseru. "El, cinta semacam itu hanya akan melukai dirimu sendiri. Percayalah, aku sudah mengalaminya."

"Aku tidak butuh nasihatmu!" teriak Ellias. "Kembalikan Ellen sekarang!"

"Dia bukan barang. Dia berhak memilih hendak bersama siapa."

Ucapan Dennis membuat Ellen refleks mundur semakin menempel ke dada Dennis. Dia bahkan menarik lengan Dennis melingkari perutnya.

Ellias yang melihat itu tampak kian terluka. Satu tetes air mata jatuh membasahi pipinya. "Baiklah jika itu pilihanmu." Suaranya berubah serak. "Selamat tinggal, Ellen."

Lalu Ellias mengarahkan pisau ke perutnya sendiri. Namun perbuatannya sudah bisa ditebak. Dengan mudah salah satu anak buah Xavier yang sudah berada cukup dekat dengan Ellias menjatuhkan pisaunya lalu menelikung lengan Ellias. Sebuah aksi penyelamatan yang terkesan mudah. Tapi mendadak berubah kacau saat seorang polisi melepaskan tembakan—tiga kali tembakan—ke arah Ellias.

Seketika seorang anak buah Xavier juga melepaskan tembakan mengarah ke tangan dan kaki polisi itu. Hal itu membuat anak buah Xavier yang lain langsung menodongkan senjata kepada seluruh aparat polisi dan begitu pula sebaliknya. Semua menjadi kebingungan dan saling curiga.

Di antara semua kekacauan itu, tampak Ellen satu-satunya yang tidak terpengaruh. Dia ternganga dengan tangis yang kembali pecah melihat tubuh Ellias lunglai seketika. Kenangan kebersamaan mereka sedari kecil memenuhi benak Ellen.

Sejenak, dua bersaudarayang tumbuh bersama itu saling berpandangan lama. Hingga akhirnya Dennismenyeret tubuh Ellen kembali ke dalam mobil sementara mata Ellias yang menatapEllen nanar perlahan menutup.

------------------------

~~>> Aya Emily <<~~

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 87.8K 31
Abel tidak pernah menyukai Garry... Sejak Garry berpacaran dengan Risty-- kakak Abel, pria itu tidak pernah menutupi ketertarikannya pada Abel. Dan k...
4.1M 233K 45
Di dunia ini kita hanyalah boneka bagi yang berkuasa. Banyak hal yang tak terduga yang dapat mengubah semua ekpektasi dan rencana hidup kita. Akan t...
8.6K 1.1K 55
Gio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematia...
55.8K 7.1K 21
Cerita pertama (◍•ᴗ•◍)❤ Kisah cinta tanpa baku hantam ? Tidak seru, sayang !!! Make it chaos and then, let it flow. Naruto dan semua pemeran hanya mi...