Hyeongjun
Junho
Cepat ke perpustakaan sekarang
06.15 AM
---
"I-Itu jamnya.." Eunsang terbata-bata melihat pesan dari Hyeongjun ke Junho.
Berdasarkan hasil penyelidikan dari polisi, Hyeongjun tewas jam 11 malam. Tapi kenapa Junho menerima pesan dari Hyeongjun jam 6 pagi?
"Jadi tadi lu melaporkan ini ke polisi?"
Junho menggeleng.
"Ingat, gue hanya ngasih tau ini ke lu. Karena gue percaya sama lu"
"Percaya kenapa?"
"Diantara yang lain, gue paling dekat sama lu dan Yohan kan? Tapi dikondisi saat ini Yohan sedang tempramental, jadi gue ngasih tau ini ke lu"
"Tolong lu hargai keputusan gue, ada banyak hal juga yang gue simpan" Sambungnya.
"Tapi kenapa? Bukannya kalau kita ngasih tau ke pihak kepolisian, masalahnya cepat terselesaikan?"
"Bukan begitu.."
Krieekk
Serontak semua menoleh ke arah Seungwoo dan Wooseok yang baru memasuki ruang musik.
"Tadi Pak Minhyun ngomong apa?" Hangyul langsung menghampiri Seungwoo yang berjalan di belakang Wooseok.
"Bukan apa-apa, dia hanya menanyakan soal keberadaan Hyeongjun sebelum kejadian ini.." Jawab Seungwoo dengan tampang murungnya.
"Jadi pembunuhnya belum terungkap?"
Seungwoo dan Wooseok menggeleng bersamaan.
"Sial, kalau saja dia ketahuan. Gue gak akan maafin dia" geramnya.
"Ngomong-ngomong, Seungyoun ada kabar?" Minhee mengangkat tangan kanannya sambil bertanya.
---
Waktu berlalu dengan cepat, gak kerasa kini sudah dua minggu setelah kematian Hyeongjun.
Brak!
Seseorang yang dua minggu 'menghilang' tanpa kabar memasuki ruangan dengan santainya.
"Darimana aja lu? Dua minggu kok gaada kabar" Tanya Hangyul yang merupakan teman sebangkunya.
"Sorry gue disuruh ikut ke Jepang. Biasa, urusan bisnis keluarga. Mana hp gue pake hilang segala lagi" Jawabnya dengan santai.
"Hyeongjun.." Seungyoun yang baru saja duduk di bangku yang berada disamping Hangyul langsung menatapnya dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
"Tolong jangan sebut nama itu lagi.." Lirihnya.
Memang, dari awal Hangyul sudah merasa ada yang aneh dari sahabatnya ini. Biasanya ketika dia masuk kelas, dia sering berteriak minimal "what's up gaes, Uyon is back" karena Seungyoun sering absent untuk pergi keluar negri.
Memang sudah sering bahkan hampir tiap kali Seungyoun izin untuk urusan keluarga, pasti dadakan dan sering lupa beri kabar ke teman-temannya.
Cuman, mungkin untuk saat ini aja karena para 'eksatu' sedang sensitif semenjak kepergian Hyeongjun dua minggu yang lalu.
---
"Minhee"
"Minhee"
"Kang Minhee!"
"Ah, iya bu?" Tanya Minhee yang barusan terbangun dari lamunannya.
"Nilaimu kenapa menurun? Biasanya nilai kamu pasti diatas 85 dan sekarang kenapa nilai ulangan kamu 60?" Tanya guru yang merupakan wali kelas Minhee.
"M-Maaf bu" Minhee gak tau harus merespon apa, untuk guru-guru dan juga untuk kedua orang tuanya nanti.
Huft.. Minhee menghela napas sambil melirik ke meja sebangkunya yang diatas mejanya ditaruh vas bunga.
"Inget banget setiap pelajaran matematika, lu pasti gangguin gue yang lagi fokus" gumamnya.
"Minhee, ajarin dong soal matriks"
"Shush.. Jangan pas dia lagi ngejelasin dong"
"Iya iya, tapi nanti lu ajarin gue ya?"
"Minhee~ besok ulangan ekonomi kan? Ajarin dong, gue ga paham materi yang soal hitung-hitungan"
"Iya, mau di rumah gue ga? Kebetulan orang tua gue lagi diluar kota, mau nginep juga boleh"
"Oh, boleh-boleh! Pinjem baju lu ya"
Tes..
Tanpa sadar lagi-lagi Minhee meneteskan air mata di kelas.
Ini sudah sekian kalinya Minhee seperti ini di kelasnya, apalagi saat pelajaran matematika dan ekonomi. Pelajaran yang Hyeongjun sangat kesulitan.
"Bu, saya izin ke toilet"
"Lu tau ga sih? Peringkat gue lima besar gini karena lu tau, lu minta gue ajarin, gue atomatis jadi semakin paham pelajarannya tau.."
"Dan sekarang lu gaada... hiks.. Gue ngajarin siapa lagi kalau bukan lu? Lu kan tau gue kurang dekat sama anak kelas gue semenjak kelas 11 ini... hiks.."
"Kenapa lu ninggalin gue secepat ini.. hiks... Bukannya kita janji lulus bareng? Bukannya kita janji, kalau kita bakal kuliah di universitas yang sama meskipun jurusan yang kita pilih beda... hiks..."
"Minhee, lu nangis lagi?"
Minhee buru-buru mengelap air matanya ketika menyadari kalau ada orang di toilet selain dirinya.
"Seungwoo..."
"Tolong jangan seperti ini lagi, Minhee.. Relakan Hyeongjun yang sudah pergi, dia gak akan tenang kalau lu tetap merindukannya begini?" Seungwoo mengelus rambut hitam Minhee untuk menenangkannya.
"Seungwoo..."
"Hm?"
"Pembunuh Hyeongjun belum terungkap, tapi kenapa beberapa dari murid di kelas gue mengira kalau pembunuhnya salah satu diantara kita?"
"Ditambah lagi sekarang gue dijauhin sama murid kelas gue entah karena alasan apa.."
---
"Seungwoo lama banget sih di toilet" gumam Dongpyo sambil iseng melihat-lihat isi tempat pensil Seungwoo yang isinya lumayan lengkap.
"Dongpyo, itu temanmu Seungwoo kenapa lama di kamar mandi?"
Dongpyo menggidikan bahunya tanda ia gak tau apa yang dilakuin temannya itu.
"Bapak tau, pasti sulit untuk menerima kematian temanmu.. Boleh kamu sedih, tapi jangan sampai kamu terpuruk dengan kesedihanmu.. Jalan hidupmu masih panjang, kamu harus terus mengejar cita-citamu"
Dongpyo hanya mengangguk merespon kata-kata dari Pak Jisung.
Sudah beberapa guru berkata soal ini kepadanya, dia jadi merasa bosan.
Begitulah Dongpyo, meskipun dia terkenal dengan tampangnya yang imut, dia mempunyai kepribadian yang bisa dibilang ga sebanding dengan wajahnya.
Krieekkk
Pintu kelas terbuka, menampilkan sosok yang ditunggunya.
"Kok lama?" Tanyanya sambil memanyunkan bibirnya.
"Minhee kumat lagi tadi.."
"Sekarang sudah tenang kan dia?"
Seungwoo mengangguk merespon pertanyaan Dongpyo.
"Tapi lu ngerasa gak sih.. Kalau hubungan kita semakin renggang?"
---
Minhee POV
"Minhee, fokus dong" tegur salah satu teman sekelasnya.
"Maaf, gue lagi gak enak badan"
"Tapi lu ngomong itu setiap kali lu gak fokus Minhee, ayolah... Kemarin lu sudah gak masuk tiga hari"
Gue menghiraukannya dan langsung lari ke UKS.
"Mau istirahat lagi, Min?" Tanya Eunsang yang kebetulan lagi jaga UKS.
Gue mengangguk lalu langsung tidur di kasur paling pojok.
"Kayaknya lu jangan sering-sering kesini deh, soalnya kemarin Bu Sana udah peringatin gue buat melarang lu ke UKS. Lagian lu setiap hari ke UKS terus"
"Bilang aja gue gak ke UKS hari ini.."
"Tapi kalau ketahuan, jabatan gue sebagai ketua ekskul PMR terancam" Balas Eunsang sambil membawakan teh hangat ke gue.
Pfft..
Gue tertawa kecil melihat Eunsang yang ngomel tapi tetap perhatian dengannya.
"Tapi gini-gini lu masih perhatian ama gue kan?"
"Iyalah, dan lu harus makasih ke gue karena gue laporan ke Bu Sana kalau lu ke UKS 4 hari, padahal seharusnya 2 minggu berturut-turut"
"Hahaha, thanks.. Lu memang teman terbaik gue" Eunsang tersenyum mendengar ucapan gue.
"Kalau saja hari itu kita gak saling menuduh, mungkin kita bisa bersama lagi"
Minhee POV end
———
Flashback
"Yohan!" Junho menghampiri Yohan sambil ngos-ngosan.
"Ada apa?"
"H-Hyeongjun..."
"Kenapa Hyeongjun? Dia sudah ketemu?"
"B-Bukan..." Junho langsung menarik tangan Yohan dan membawanya ke perpustakaan.
"GYAAAHHH—mph!" Junho langsung menutup mulut Yohan, bermaksud agar gak menarik perhatian murid sekitar meskipun nanti bakal.
"J-junho... Kita harus lapor ke guru..."
"Jangan dulu!"
Junho menahan tangan Yohan yang tadinya mau keluar.
"Kenapa?! Kalau kita gak melapor, kita bisa dikira pembunuhnya tau!" Bentaknya yang membuat Junho melepas cengkramannya.
"Gimana kalau kita selidiki dulu? Lagipula sekarang masih jam setengah 7 kurang dan bel masuk jam 7" Yohan menggeleng gak setuju.
"Kalau polisi nemu sidik jari kita, bisa mampus tau"
"Tapi lu ngerasa ada yang aneh gak sih?"
Yohan memperhatikan jasad Hyeongjun sejenak, mukanya pucat, pisau yang tertancap di perutnya berlumuran darah, begitu juga dengan rak buku ditempat ia bersandar.
"G-gue.. Ga kuat melihatnya.." Yohan langsung lari ke kamar mandi, yang ditinggal hanya menatapnya dengan kesal.
"Yaudah, gue sendiri aja"
Krek!
"Eh?" Junho mengambil benda berbentuk persegi panjang yang gak sengaja ia injak ketika mendekati jasad Hyeongjun.
Ketika ia nyalakan benda itu, terdapat foto wallpaper lock screen yang membuatnya bingung.
"Ini kan hpnya Seungyoun"
To be continued...