Missing Between Us

By Kite_Nh

12.8K 1.9K 155

Sinopsis! Kalian percaya karma? Arvin Pradika Kusumawardana percaya, sangat percaya. Dia menyakini dia sed... More

Prolog & Cast
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12

Bagian 3

988 157 13
By Kite_Nh

Sudah seminggu Arvin masih jalan di tempat dalam menganalisis apa yang membuat Rubi tidak mengenalinya. Apa mungkin karena Rubi terlalu membencinya, hingga dia tidak ingin mengenalinya lagi? Itu bisa saja terjadi, setelah dia mengingat apa yang dia lakukan pada gadis itu.

Tujuh tahun, Arvin membayar karma dari perbuatannya membuat gadis itu selalu kesakitan. Arvin merasa itu waktu yang sudah cukup lama dan dia ingin mengakhiri semuanya. Dia ingin menyelesaikan urusannya yang belum selesai dengan sang mantan, kemudian hidup normal seperti dulu.

Setelah berpikir keras, dia merasa membutuhkan bantuan teman-temannya. Meski kadang mereka menyebalkan, tapi mereka cukup bisa di andalkan.

"Hey Bro! Tumben ngajak ngumpul?" tanya Johnny. Dia tahu jika sahabatnya yang satu ini, jarang sekali mengajak mereka bertemu. Bahkan Arvin sering tidak datang saat mereka berkumpul.

"Hooh si bos besar, tumben!" timpal Yuta.

"Kenapa nyokap lu mau jodohin lu lagi?" tanya Doni.

Ya, sahabat-sahabatnya ini memang terlalu cerewet. Jika bertanya tidak bisa satu-satu dan membuat dia bingung harus menjawab pertanyaan siapa lebih dahulu.

"Gue butuh bantuan kalian!" kata Arvin langsung pada intinya.

"Tumben!"

"Mau bantuin nggak?"

"Apa dulu, kalau lu nyuruh kita ngebunuh orang ya ogah!"

"Emang gue ada tampang tukang bunuh apa?" Arvin jengkel dengan pernyataan sahabatnya itu.

"Ada! Nih muka lu udah kaya mau bunuh gue!" Lalu tawa mereka bertiga meledak. Meledek dan membuat Arvin kesal adalah salah satu hobi mereka dari dulu.

"Gue serius!"

"Ya udah apa?"

"Gue ketemu Rubi!"

"Rubi mantan lu?"

"Yang ngutuk lu itu, kan?"

"Iya, gue ketemu dia. Tapi masalahnya dia nggak ngenalin gue."

"Kok bisa?"

"Ya kalau gue tau kenapa, gue nggak minta bantuan kalian!" ujar Arvin mulai hilang kesabaran.

"Ih ngambek Mas-nya. Mentang-mentang nggak diakuin mantan!" celetuk Doni yang mengundang tawa dari dua sahabatnya yang lain. Arvin bertanya pada dirinya sendiri, setan apa yang merasukinya hingga dia bisa berteman dengan tiga spesies aneh seperti, Johnny, Doni dan Yuta.

"Udah puas ngetawain gue?" tanya Arvin dengan tatapan menusuk yang membuat mereka berhenti tertawa. Mereka tahu jika Arvin sudah seperti ini artinya dia sudah tidak ingin bercanda.

"Terus bantuan apa yang lu inginkan dari kita?"

"Yut, calon istri lu itu kalau nggak salah, temen deketnya Rubi, kan?"

"Hooh, makanya dia benci banget sama lu!"

"Bisa ketemuin dia sama gue nggak? Cuma mau nanya sesuatu sama dia. Siapa tahu dia tahu tentang Rubi."

"Gue nggak bisa janji, tapi gue usahain."

"Jon, lu pernah cerita tentang om lu yang kerja di Market Palace, bisa ketemuin gue sama dia?"

"Kenapa lu mau pasang ikan tentang Rubi?"

"Ya enggaklah! Rubi kerja di sana!"

"Tau dari mana?" 

"Nih!" Arvin menunjukan sebuah kartu namanya yang tertulis nama Rubi Angreyani.

"Oke!"

"Kalian tau nggak ada yang aneh dari gue?"

"Lu baru sadar lu aneh, kemana aja bang?" ceteluk Doni. Mulut dia memang sedikit sulit dikendalikan untuk tidak nyinyir. Ya dia memang punya bakat menjadi presenter acara gosip, atau sekedar admin lambe sisa.

"Dengerin dulu kalau orang ngomong!" Arvin memukul kepala Doni dengan buku menu. "Kemarin gue nggak sengaja nyentuh Rubi, dan anehnya gue nggak bereaksi apa-apa!"

"Serius!" Arvin mengangguk. "Berarti lu dah sembuh?"

"Nggak nyakin!"

Yuta menatap Doni dan Johnny, seolah memberi kode yang tidak dapat Arvin artikan. Kemudian Doni yang mengerti langsung menyenggol Arvin hingga tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan pelayan wanita yang sedang mengantarkan pesanan mereka.

Huacim huacim huacim.

Mereka menghela napas pasrah, sepertinya sahabat mereka belum sembuh sesuai harapan mereka. Namun bukan itu yang menjadi pertanyaannya, tapi kenapa alergi Arvin tidak berlaku saat dia menyentuh Rubi?

——Missing_Between_Us——

"Cing, cowok tadi kok aneh ya!"  Rubi menatap ikan emasnya yang asik berenang tanpa mempedulikan Rubi sedikit pun. "Dia bilang kenal sama aku, aneh kan?" Sang ikan masih tidak merespon ucapan Rubi. "Ganteng sih, tapi kok suka SKSD!"

Rubi kemudian beranjak meninggalkan Si Kucing  yang tidak merespon dia sama sekali. Mengambil mie instan di dalam kulkas lalu memakannya begitu saja. Ya, Rubi memang memiliki kebiasaan yang kurang sehat. Mirantikakak sepupunya saja sampai bosan mengingatkan dia, jika memakan mie instan itu tidak baik untuk untuk kesehatan. Terlebih jika memakannya secara mentah.

Dia kembali teringat laki-laki yang menurutnya SKSD itu. Lebih anehnya lagi, laki-laki itu mengaku sebagai mantan pacarnya.

"Iya kali aku lupa punya mantan seganteng itu!" gumamnya.  Rubi mencari ceceran memori dalam otaknya, mencoba menemukan kenangan tentang lelaki itu, tapi dia benar-benar tidak menemukannya. "Bodo ah, mungkin otak dia sedikit geser gara-gara pingsan kemarin. Mungkin juga dia menganggap aku mantannya karena aku yang terakhir dia lihat. Ya mungkin begitu?" Rubi menyerah, dia memutuskan untuk tidak memikirkan laki-laki aneh itu lagi.

——Missing_Between_Us——

Rubi dan kesibukannya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dapat di katakan dia adalah orang paling sibuk di kantor ini. Bayangkan saja, dari  membuat proposal untuk klien, membantu menyiapkan presentasi sampal hal-hal kecil seperti fotokopi data.

"Bi!"

"Iya Mbak."

"Tolong anterin berkas ini ke Pak Andi, ya!"

"Oke!"

Tanpa menunggu disuruh dua kali, Rubi langsung mengambil berkas itu untuk diantarkan pada meneger-nya itu. Sebenarnya jarak ruangan yang ditempatinya dan ruangan Pak Andi tidak terlalu jauh, itulah mengapa Rubi heran dengan orang-orang di kantor yang lebih senang menyuruhnya, daripada mengantarnya sendiri.

Tok tok tok.

"Masuk aja!"

Rubi langsung masuk begitu mendapat izin dari sang pemilik ruangan.

"Saya suruh Sarah kok kamu yang anter?"

"Mbak Sarah-nya tadi sibuk jadi saya yang anterin deh!"

"Saya tahu kamu juga sibuk, lain kali suruh dia nganterin sendiri!"

"Baik Pak."

"Oh iya Bi, kenalin ini ponakan saya. Tapi kamu jangan naksir soalnya dia sudah punya anak sama istri!"

"Kamu Rubi, kan?"

"Kak Johnny?"

"Kamu ingat aku, Bi?"

"Ya ingatlah! Kakak kan temennya ...." Rubi mencari nama seseorang yang menjadi teman laki-laki jangkung yang berdiri di depannya. "Akh lupa lupa, intinya dulu kakak sama gengnya sangat terkenal waktu SMA!"

"Bi, kamu beneran nggak inget sama temen-temen aku?"

"Yang aku ingat dulu, ada Kak Johnny, Doni, Yuta sama ...."

"Sama?"

"Pokoknya seingatku ada satu lagi, tapi aku lupa!" Rubi menggaruk tengkuknya. "Ya udah, aku balik kerja dulu ya. Mari Pak."

Johnny menatap kepergian Rubi heran. Gadis itu mengingat dia dan teman-temannya kecuali satu nama, Arvin.

"Dia mantan kamu Jon?"

"Mantannya temen aku Om, tapi masalahnya dia nggak ingat sama temen Johnny Om."

"Kok bisa?"

"Kalau Johnny tau, Johnny nggak bingung."

——Missing_Between_Us——

Akhirnya Yuta berhasil membujuk calon istrinya untuk bertemu Arvin. Jika bukan demi sahabat tersayangnya itu, Yuta tidak akan mau mengeluarkan begitu banyak yang untuk membelikan barang-barang yang menurutnya tidak penting dan mahal untuk calon istrinya. Perlu diingat, Yuta itu sedikit pelit. Namun menurut Yuta itu bukan pelit, melainkan hemat untuk masa depan yang lebih baik.

"Maaf nunggu lama, tadi ada meeting mendadak," ucap Arvin yang terlambat sekitar lima belas menit.

"Halah palingan ngodain karyawan seksi," ujar Mitacalon istri Yuta sinis.

"Mit, tadi janjinya gimana? Mau tas sama sepatunya aku balikin ke toko?" ancam Yuta, sungguh bukan Yuta tidak mencintai Mita, dia hanya tidak tahan melihat sahabatnya menderita lebih lama lagi. Meskipun penderitaan Arvin sering kali menjadi hiburan tersendiri untuknya. 

"Iya iya!"

"Mita, gue mau tanya soal Rubi!"

"Ngapain lu nanyain Rubi? Belum puas dulu marahin hatinya berkali-kali?"

"Bukan begitu, hanya saja ...."

"Kenapa?" Mita terlihat jelas masih memendam dendam pada Arvin.

"Kemarin gue ketemu Rubi, tapi dia sama sekali nggak ingat gue!"

"Bagus dong!"

"Kok bagus?"

"Bagus dia nggak ingat lu dan semua kebrengsekan lu!"

"Mit, lu pasti tau kenapa Rubi begitu."

"Ya karena perbuatan lu, lah!"

"Iya gue tau, tapi bukan itu yang gue maksud. Lu tau pasti kenapa setelah putus Rubi tiba-tiba ngilang, nggak mungkin kan cuma gara-gara putus sama gue?"

Mita menatap Arvin jengkel. Dia merasa kasian pada sahabatnya yang pernah mencintai laki-laki ini.

"Lu nggak perlu tau, dulu juga lu nggak peduli, kan? Intinya Rubi nggak inget lu, karena lu nggak pantes buat dia inget. Dan satu lagi jangan dekati Rubi lagi, gue nggak mau dia sakit lagi!" ujar Mita penuh penekanan.

"Mit, tolong ceritain. Gue janji gue nggak akan bikin dia kesakitan lagi!"

"Ok, gue bakal ceritain, tapi dengan satu syarat setelah ini jangan pernah ketemu sama Rubi lagi!"

"Oke!"

🍂🍂🍂

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

8.6M 107K 43
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.8M 116K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
3.1M 211K 60
CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI GAES ‼️‼️⚠️ KALO ADA KESAMAAN YA MBOH Mungkin akan banyak typo, salah nulis nama atau semacamnya jadi kalo mau t...
6.8M 46.2K 58
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...