PARAGRAF

By youraraa_

93.5K 10.8K 489

[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Setiap paragraf yang tertoreh dalam tulisanku, selalu mengingatkanku akan dirimu.❞ Run... More

Paragraf ; Intro
Intermezzo ; Visualisasi Tokoh
Paragraf 1 ; Prolog
Paragraf 2 ; The Beginning
Paragraf 3 ; First Meeting
Paragraf 4 ; Him
Paragraf 5 ; You
Paragraf 6 ; Strange Feeling
Paragraf 7 ; You Are Not Alone
Intermezzo ; Instagram Tokoh
Paragraf 8 ; Comfortable
Paragraf 9 ; This Feeling
Paragraf 10 ; Love Begin
Paragraf 11 ; New Journey
Paragraf 12 ; Happiness
Paragraf 13 ; Confession
Paragraf 14 ; Promise
Paragraf 15 ; Story Untold
Paragraf 16 ; The Truth
Paragraf 18 ; Destroyed
Paragraf 19 ; Distrust
Paragraf 20 ; Disappointed
Paragraf 21 ; Missing You
Paragraf 22 ; I'm Sorry
Paragraf 23 ; Stabbed
Paragraf 24 ; Proposed
Paragraf 25 ; Gone
Paragraf 26 ; Suffered
Paragraf 27 ; New Life
Paragraf 28 ; Orion
Paragraf 29 ; Meeting You
Paragraf 30 ; Possessive
Intermezzo ; Update Instagram
Paragraf 31 ; Epilog

Paragraf 17 ; The Witch

1.8K 265 6
By youraraa_

Beberapa tahun yang lalu, sebelum kejadian mengenaskan itu terjadi.

Hari itu, seorang wanita berambut pendek sebahu tengah terlihat sedang mengikuti Saga secara diam-diam. Wanita tersebut terus mengikuti ke mana perginya Saga yang ketika itu sedang berjalan-jalan dengan kedua sepupunya. Seperti seorang penguntit, ia berkali-kali mengambil foto Saga melalui ponselnya, entah apa maksud dan tujuannya melakukan hal seperti itu.

Wanita bernama Adora Zelineㅡatau yang biasa dipanggil Rara itu lantas tersenyum picik sambil melihat-lihat hasil potretannya setelah ia berhasil mendapatkan foto Saga, lelaki idamannya. Belum diketahui apa motifnya yang sebenarnya, namun yang pasti, wanita bernama Rara itu terlalu terobsesi dengan Saga, anak dari rival bisnis ayahnya.

"Sayangku, Saga. Kamu jangan pergi ke mana-mana, ya? Aku akan kembali tahun depan untuk menemuimu, karena tidak ada seorang wanita pun yang boleh mendekatimu selain aku."

Wanita picik itu terus menyunggingkan senyumnya sembari mengusap-usap foto Saga di dalam layar ponselnya. Hal ini ia lakukan karena besok ia harus segera meninggalkan Indonesia menuju Korea Selatan karena ada pekerjaan ayahnya yang harus ia urus di sana. Bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena perintah ayahnya. Tentu, ayahnya ingin membuat anaknya menjauhi Saga.

"Kalau bukan karena papa yang menyuruhku untuk pergi ke Seoul, kamu pasti sudah menjadi milikku sekarang. Haruskah papa bertindak sejauh itu agar ia bisa mengambil alih perusahaan orang tuamu, hmm? Dengan cara mencelakaimu dan juga orang tuamu?"

Rara terus saja bergumam sendirian sambil tersenyum seperti seorang psikopat ketika ia berbicara dengan foto Saga pada ponselnya. Baru sebentar ia menikmati momen indah dengan menatap foto sang pujaan, ponselnya tiba-tiba saja berdering, menampilkan nama ayahnya pada layar ponselnya. Dengan berat hati, ia segera mengangkat panggilan telepon dari ayahnya yang menyebalkan itu.

"Halo, pah? Iya, iya, sebentar lagi Rara pulang. Ini masih di jalan."

Tanpa mendengarkan jawaban dari sang ayah, Rara segera memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, kesal karena kepergiannya ke Seoul besok akan membuatnya jauh dari Saga. Namun apa boleh buat, jika ia tidak menuruti perkataan ayahnya, Saga akan dibunuh. Jadi ia pun terpaksa mengiyakan perintah ayahnya itu. Kini ia pun memilih untuk pulang dengan raut wajah kesal.

"Rara! Besok kamu harus segera berangkat ke Seoul! Kenapa kamu masih bermain-main, hah?"

"Papa pikir Rara tidak tahu rencana busuk papa? Papa ingin menghancurkan keluarga Saga, iya, kan? Tapi apa papa lupa kalau Rara selama ini menyukai Saga? Intinya papa tidak boleh membunuhnya! Atau Rara juga akan bunuh diri!"

Ayah Rara hanya bisa menghela napas dengan kasar. Hal yang salah ketika ia memarahi Rara ketika anak semata wayangnya itu baru saja pulang, meskipun ia tahu apa saja yang dilakukan Rara tadi. Tentu, ia mengirimkan bawahannya untuk mengawasi gerak-gerik Rara, karena tujuan utamanya menyuruh Rara pergi adalah agar anaknya itu tidak mengetahui rencana pembunuhan yang akan ia lakukan pada keluarga Saga.

"Baiklah, papa hanya akan membuatnya cacat. Kalau kamu masih mau bersama dengannya meskipun dia sudah cacat, papa tidak akan mau menganggapmu sebagai anak lagi! Dasar anak tidak berguna!"

'Mau cacat, mau lumpuh, mau bagaimanapun juga, Saga tetap harus menjadi milikku!'

Pada akhirnya, Rara pun pergi ke Seoul dan menetap di sana selama satu tahun lamanya karena perintah sang ayah. Ayahnya memang sengaja mengirim anaknya itu ke Seoul agar Rara dapat melupakan Saga, dan juga agar anaknya itu tidak mengacaukan rencananya untuk menghabisi keluarga Saga nantinya. Intinya, ayahnya itu ingin melenyapkan saingan terberatnya.

Keluarga Dirgantara benar-benar terlibat kecelakaan tunggal seusai rapat pertemuan perusahan yang ketika itu sedang membahas rancangan proyek baru yang akan direalisasikan tahun depan. Mobil mereka tergelincir, dan pada akhirnya masuk ke dalam jurang. Kecelakaan nahas itu pun membuat kedua orang tua Saga tewas di tempat, dan Saga yang kritis karena terluka parah. Untungnya Sean ketika itu tinggal di rumah, sehingga Sean baik-baik saja.

Ayah Rara dapat bernapas lega setelah mendapatkan kabar bahwa Saga kehilangan penglihatannya, sehingga ia tidak perlu bersusah payah lagi untuk membunuhnya, karena Saga sudah dianggap tidak berguna lagi. Rara yang mendengar kabar itu, hanya bisa tersenyum licik. Ia tidak peduli dengan keadaan Saga, yang terpenting Saga masih hidup. Ia bahkan merasa senang karena Saga menjadi cacat. Ia berpikir bahwa Saga akan lebih mudah ditaklukkan ketika ia kembali ke Indonesia nanti.

Setahun berlalu, Rara dengan perasaan senang datang kembali ke Indonesia. Namun ternyata ia baru mendapatkan kabar jika Saga dan keluarganya sudah pindah dan menetap di Busan. Jika saja dirinya tahu lebih awal, ia mungkin tidak perlu repot-repot kembali ke Indonesia seperti ini. Ia kesal karena selama ini ternyata ia berada di negara yang sama dengan Saga, dan ia marah karena ayahnya menutupinya.

"Untung saja aku mendapatkan alamatmu dengan mudah. Tunggu aku di sana, sayang. Aku akan datang menemuimu."

Rara tersenyum licik sembari melihat foto-foto Saga yang tersimpan rapi di dalam galeri ponselnya. Saat ini ia sedang dalam perjalanan kembali ke Korea Selatan untuk menemui Saga. Sesampainya di bandara Gimhae Busan, ia pergi menuju rumah Saga dengan supir pribadinya. Sialnya ketika ia sampai di sana, ternyata Saga sedang bermesra-mesraan di taman dengan seorang wanita. Jelas membuat Rara kesal setengah mati.

"Siapa wanita jalang itu? Berani-beraninya dia menyentuh Saga! Lihat saja, aku akan menyingkirkan wanita itu! Bagaimanapun caranya!"

Rara mengepalkan tangannya dan menyuruh supir pribadinya untuk segera pergi dari tempat itu karena ia merasa tidak tahan ketika melihat kemesraan keduanya. Tak lupa ia juga menelepon salah satu bodyguard-nya untuk menyuruhnya memperhatikan gerak-gerik mereka, dan melaporkan apa saja yang mereka lakukan kepadanya. Tentunya bukti foto juga tidak boleh lupa. Intinya mulai detik ini, Rara akan berusaha untuk memisahkan keduanya.

***

"Mau ku ajari cara menulis dan membaca huruf Braille? Mumpung kamu sedang membolos dari kegiatanmu hari ini."

"Boleh."

Runa hanya bisa tersenyum kecut karena nyatanya ia memang membolos dari kegiatan Summer Course-nya hari ini. Untung saja Radit selaku penanggung jawabnya tidak menghubunginya, jadi ia agak sedikit tenang meskipun rasanya ia juga merasa bersalah. Lagi pula pagi tadi Saga juga langsung menyuruhnya untuk menemaninya mencari sesuatu berharga di rumahnya, sehingga ia pun mantap untuk mangkir dari kewajibannya.

Jadi setelah beberapa saat Saga selesai menceritakan semua tentang Aya, mereka pun menikmati waktu berdua di taman. Begitu keheningan melanda keduanya, Saga akhirnya berinisiatif untuk mengenalkan Runa mengenai Braille, siapa tahu Runa juga tertarik untuk mempelajarinya, meskipun kekasihnya itu tidak memiliki kekurangan sepertinya.

"Kalau begitu ambillah kertas, riglet, dan stylus di dalam kamarku.

"Ah, aku paham. Tunggu sebentar, ya."

"Memangnya kamu tahu bagaimana bentuk riglet dan stylus?"

"Aku tahu alat-alat yang kamu maksud, aku hanya tidak tahu namanya."

Dengan antusias, Runa segera berlari menuju rumah Saga untuk mencari alat-alat yang dimaksud. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Saga, untuk mencari alat khusus untuk penyandang disabilitas yang sekilas pernah ia lihat dalam drama. Ternyata alat tersebut ada di atas meja kerja Saga, dan segera ia ambil beberapa lembar kertas kosong beserta alat yang terdiri dari dua plat yang dapat dibuka tutup, dan alat penusuk yang ia yakini sebagai riglet dan stylus.

Sebelum keluar dari kamarnya, langkah Runa terhenti ketika ia melihat beberapa buku yang diyakininya sebagai novel itu pada rak yang terletak di sudut meja. Sepertinya novel itu adalah novel favorit Saga, begitu pikirnya. Dengan hati-hati, Runa mengambil beberapa novel milik Saga dan membolak-balikkan bukunya karena merasa penasaran dengan nama pengarangnya.

"Orion? Mungkin novel karangan Orion ini adalah favoritnya. Nama pengarangnya terlihat begitu asing, mungkin saja buku terjemahan Barat."

Tanpa pikir panjang, Runa segera menaruh semua novel karangan Orion itu ke tempat asalnya, sekaligus merapikannya agar tidak terlihat berantakan seperti tadi. Ia paham sekali Saga adalah orang yang sangat rapi dan juga teliti, mungkin saja kedua sepupunya itu baru meminjam novel di kamar Saga dan lupa merapikannya. Baru setelah selesai merapikan buku, Runa segera berlari kembali menemui Saga yang masih duduk dengan manis di bangku taman.

"Ini, sudah ku temukan alat-alat yang kamu maksud."

Runa meletakkan beberapa lembar kertas beserta riglet dan stylus ke tangan Saga, dan Saga pun tersenyum lebar karena ternyata Runa tahu alat-alat yang ia maksud tadi. Benar-benar di luar dugaan Saga memang, dan kini lelaki itu semakin menyukai Runa hanya karena ia terlihat begitu memahami orang seperti Saga.

"Plat ini yang bernama riglet. Cetakan titik-titik untuk membentuk tusukan tak tembus. Lalu ini stylus

"Alat penusuk untuk membentuk tusukan timbul."

Runa memotong penjelasan Saga ketika lelaki itu tengah menjelaskan fungsi alatnya dengan cara meraba bentuknya. Runa memang tahu fungsi alat tersebut, dari drama yang pernah ia tonton tentunya. Ternyata sekarang pengetahuannya itu berguna juga untuk memikat kekasihnya. Saga pun hanya mengangguk sambil mengacak-acak rambut Runa dengan gemas, sepertinya Runa akan cepat belajar Braille darinya hari ini.

"Kalau begitu akan ku jelaskan bagaimana cara menggunakannya. Pertama, buka riglet-nya, lalu sisipkan kertas ke dalam riglet, baru kemudian tutup riglet-nya. Setelah itu, tusuk riglet dengan stylus dari arah kanan ke arah kiri menggunakan huruf alfabet tulis, maksudku kebalikan dari alfabet baca. Kalau tusukan riglet sudah penuh, buka riglet-nya, lalu geser ke arah bawah. Bekas paku lubang riglet bagian bawah ini adalah panduan untuk memasukkan paku riglet bagian atas."

Kepala Runa rasanya ingin pecah setelah mendengarkan penjelasan Saga yang begitu rumit. Meskipun Saga juga ikut mempraktekkan cara menggunakan kedua alat tersebut, tetapi tetap saja Runa tidak bisa memahaminya. Ternyata menggunakan alat itu sangat sulit, membuatnya langsung bertepuk tangan dengan pelan karena menganggap orang-orang seperti Saga adalah orang yang hebat.

"Untuk langkah membaca tulisan Braille, setelah selesai menusuk-nusuk stylus pada riglet, buka riglet-nya, kemudian balik kertasnya. Baca tulisannya dengan meraba dari arah kiri ke kanan. Kalau kamu pasti bisa melihat titik-titik yang menonjol ini, sedangkan aku perlu merabanya untuk bisa membaca tulisannya."

"Ternyata susah, ya. Sepertinya aku ingin menyerah saja."

"Aku tetap akan menunggu surat darimu. Tadi kamu sendiri yang bilang ingin memberiku surat seperti Aya, bukan? Kalau kamu menulisnya dengan tulisan biasa, bagaimana cara aku membacanya, hmm?"

"Baiklah, aku akan belajar sendiri nanti."

Runa mengusap pipi Saga sembari tersenyum, lalu ia tidak sengaja mengarahkan pandangannya ke arah jalanan yang memang selalu sepi. Dari kejauhan, ia bisa melihat ada seorang laki-laki bertubuh gempal menggunakan setelah jas hitam sambil memegang kamera sedang bersembunyi di balik pohon.

'Siapa orang itu? Mengapa seperti terlihat sedang mengawasi kita berdua?'

***

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 178K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
Romanticize By 💨

Teen Fiction

4K 341 13
Ravendra Galen Nugroho (Galen) dipertemukan dengan Lavanya Anaserra (Serra). Mereka saling kenal dari Twitter. Masing-masing dari mereka mempunyai ma...
4.9M 180K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
582 147 32
Kasta bukan lagi pembeda. Disaat semesta belum damai sepenuhnya. Kehancuran sebuah negeri hingga kini masih diselimuti misteri. Pendahulu yang gagal...