MAHKOTA KERTAS [tamat]

By fatayaable

28.7K 4.3K 2K

Hai, Pembaca. Perkenalkan namaku Sabrina. Sekarang aku kelas XI di SMA Arcapella. Ya... hidupku biasa saja. A... More

PROLOG
SATU
DUA (a)
DUA (b)
TIGA
EMPAT
PERKENALAN
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
Trailer
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
EPILOG

DUA PULUH

722 101 10
By fatayaable

"Dua minggu lagi O2SN akan segera dimulai. Maka, saya minta kepada kalian untuk berlatih sungguh-sungguh. Tapi ingat yang saya katakan, jangan jadikan ini beban yang memberatkan kalian. Tapi jadikan ini sesuatu yang harus kalian pertanggungjawabkan demi kepuasan kalian sendiri."

"Iya, Pak...," jawab kami serempak saat Pak Doni memberikan sedikit wejangan sebelum latihan.

Aku melirik Arista yang terlihat asyik mengikir kukunya. "Ri, entar gue mau curhat sekaligus pengakuan," kataku pelan. Entah dia mendengarnya atau tidak karena keadaan sekolah belum berangsur sepi. Masih terlihat anak-anak OSIS dan beberapa siswa yang masih berlalu-lalang di sekolah.

"Curhat apaan?"

"Tentang status gue sama Sadam."

"Kepada tim bulu tangkis dan taekwondo, Bapak percaya sama kalian kalau kalian bisa. Saya mendapat info dari pembimbing kalian kalau perkembangan latihan kalian sangat bagus. Tolong pertahankan itu," kata Pak Doni kepada tiga anak di sebelah Arista.

"Baik, Pak...."

"Nah, untuk Sabrina," Pak Doni menatapku, "kamu sudah makan kan hari ini?"

"Udah, Pak." Cengiranku mengembang.

"Bagus! Pokoknya saya tidak mau ada yang sampai sakit gara-gara nutrisi yang kalian butuhkan lebih sedikit daripada tenaga yang kalian keluarkan."

"Baik, Pak...," jawab kami lagi.

"Oke, Anak-anak. Latihan kita mulai hari ini. Jangan lupa untuk melakukan pemanasan agar tubuh kalian tidak sakit," Pak Doni mengakhiri pembicaraannya.

Setelah bersalaman dengan beliau, kami menyebar ke masing-masing tempat yang disediakan. Tim bulu tangkis dan taekwondo langsung ke ruang indoor, sedangkan aku dan Arista berjalan agak menjauh dari jangkauan Pak Doni agar lebih leluasa untuk berbicara. Aku sempat melihat Sadam dan anak-anak OSIS lainnya duduk melingkar di koridor di depan ruang OSIS. Tapi sepertinya Sadam sengaja duduk menghadap langsung ke arah lapangan untuk melihatku.

"Jadi mau cerita apa tentang Sadam?" tanya Arista ketika kami berada di bawah pohon di tepi lapangan.

Aku mengikat rambut tinggi-tinggi agar tidak mengganggu saat berlari nanti. Untung saja kepalaku sudah tidak merasa sakit lagi. Rupanya bekal dari Tante Gina itu bekerja juga. Tapi jujur, setelah kejadian tadi pagi, aku ingin sekali menangis. Mia benar-benar memperankan seorang kakak tiri yang jahat.

Aku menghela napas. "Sebelum itu, gue mau nanya. Rasanya orang jatuh cinta itu gimana, sih?"

"Lho, lo bukannya lagi ngalamin hal itu ke Sadam?"

Aku mengangkat kedua tangan, memulai pergerakan pemanasan. "Gue enggak ada apa-apa sama Sadam, Ri."

"Maksud lo?"

Aku menggeleng kecil. "Gue cuma jadiin Sadam jadi pacar boongan doang, Ri."

"What? Kok bisa? Wah, parah lo. Kasihan tahu anak orang. Gimana kalau dia beneran suka sama lo?"

Aku berlari kecil di tempat untuk menyamarkan obrolan kami. Begitupun Arista. Karena dari kejauhan kulihat Pak Doni tengah memantau kami dari tangga yang berada tepat di seberangku.

"Nah, itu dia, Ri, masalahnya. Entah sadar atau enggak sih tadi pagi pas dia ngaku. Dia bilang dia udah suka gue sejak pertama kali kami ketemu waktu di perpus SMP."

"Really?!"

Aku mengangguk.

"Terus perasaan lo gimana?"

Tiba-tiba, terdengar suara pluit yang panjang. Itu tandanya kami harus segera berlari mengelilingi lapangan.

"Yahh, Pak. Lagi penasaran juga," gerutu Arista.

Aku menepuk pundak Arista sambil tertawa. Tak sengaja pandanganku dan Sadam bertemu. Dia hanya menatapku. Entah apa yang dipikirkannya.

"Lari...."

"Wah, curang!" Selanjutnya aku berlari mengejar ketertinggalan.

***

ADERA: Sabrina, maaf ganggu. Bisa temenin aku enggak?

Keningku mengernyit ketika membuka notifikasi WhatsApp dari Adera usai latihan. Walau ada sedikit perasaan senang yang terselip di hatiku, tapi aku langsung mengenyahkannya. Untuk apa dia memintaku? Bukannya ada Mia?

SABRINA: Ngapain, Kak?

ADERA: Beli kado buat Mia. Ini 1 usaha biar kamu bisa dapetin maaf dari dia.

"Usaha sih usaha. Tapi kalau perginya tetep sama lo mah usaha hati gue yang sia-sia," gerutuku.

"Kenapa lo ngomong sendiri depan hape?" Suara Sadam membuatku mendongak. Lalu, dia duduk di sebelah kananku. "Nih, minum dulu."

"Thanks." Aku mengambil minuman jeruk dingin dari tangannya, lalu menyesapnya sedkit. Setelah tenang, aku mulai bercerita, "Kak Dera WA gue, Dam. Dia minta ditemenin beli kado buat Kak Mia. Masa katanya ini satu usaha biar gue dapet maafnya Kak Mia."

"Ya terus gimana?"

"Kok gimana, sih?" Aku menatapnya heran. "Ya kalau gue terima ajakannya, usaha hati gue sia-sia dong."

Sadam terdiam.

"Dam... jawab dong. Kasih solusi, kek. Jangan diem aja."

"Jadi selama ini usaha gue yang jadi pacar boongan lo juga sia-sia?"

Itu lebih kepernyataan untukku. Tapi kalau dipikir-pikir iya juga ya. Gunanya apa aku sampai memohon-mohon kepadanya dua minggu yang lalu?

Aku menunduk. "Maaf...." Aku menoleh ke arahnya lagi. "Gue... enggak ngerti sama perasaan gue yang sekarang, Dam. Tapi gue janji, gue bakal ngilangin rasa suka ke Kak Dera."

"Udah? Gitu aja?"

"Iya. Itu aja. Hmm," aku berpikir sejenak, "dan gue akan ngebebasin lo atas status pacar bohongan. Terus lo bisa bebas deh nyari cewek yang lo suka."

"Gue udah punya cewek yang gue suka, Bri."

Aku terdiam. Tiba-tiba saja seperti ada sesuatu yang hilang dari hatiku dan aku tak rela. "Si-siapa?"

"Rina...."

Mendengar nama itu diteriakkan oleh Arista dari ujung lapangan, membuatku hampir mati karena kaget. Aku hanya bisa memutar bola mata dengan hati yang tadinya sendu karena Sadam berubah menjadi kesal karena dia. Bagaimana tidak? Dia sudah menghancurkan rasa penasaranku terhadap pernyataan Sadam. Sadam punya cewek! Lalu, aku gimana?

Tunggu! Ini bukan karena rasa cemburu. Tapi entahlah. Hanya saja kenapa Sadam tidak cerita denganku ssebelumnya? Aku kan sahabatnya....

ADERA: 10 menit lagi aku nyampe di sekolahmu. Eh, masih di sekolah, kan?

"Sadam," aku menoleh ke arahnya, "sepuluh menit lagi Kak Dera jemput. Enggak apa-apa, kan?"

"Ya lo maunya gimana?"

"Sadam, serius dong. Gue minta izin sebagai pacar lo, nih!"

"Iya, iya boleh. Tapi entar gue yang nganterin lo pulang."

"Ha?"

"Ya iya. Lo mau kepergok sama Mia?"

Cengiran kudaku mengembang. "Iya entar lo jemput gue. Enggak pake telat. Kalau telat, gue pulang sendiri."

"Eh, ada Aa Sadam." Arista berhasil mendaratkan dirinya di bangku kosong di sebelahku. "Udah ngomongnya sama Teh Rina?"

"Sekali lagi lo manggil gue Rina dan teriak kayak tadi, jangan harap lo bisa ngelihat diri gue besok."

"Ha? Kenapa? Lo mau bunuh diri?" tanya Arista. "Janganlah, Bri. Kalau lo mati, gue sama siapa? Terus Sadam ikut bunuh diri gitu biar kayak Romeo dan Juliet? Ya Tuhan...."

"Ihh, apaan, sih? Siapa juga mau bunuh diri. Gue cuma mau bolos aja. Ngurus Ayah. Lagian lo juga, emang kenapa kalau enggak ada gue?"

"Ya jangan gitulah, Bri. Inget ya, Tuhan itu mempertemukan kita itu pasti ada alasannya." Arista merangkulku. "Lo masih punya utang cerita sama gue."

"Iya, iya." Aku melihat jam di ponsel. "Waktu lo kurang dari sepuluh menit. Gue mau pergi."

"Ya udah. Lo siap-siap gih." Sadam berdiri dan mengacak-acak rambutku. "Entar kasih tahu aja kalau udah mau selesai."

Aku mengangguk dan tersenyum. Hatiku kali ini terasa hangat. "See you."

"Cieee, yang disayang sama Sadam," Arista menggodaku ketika Sadam menjauh. "Yah merah lagi dah pipinya." Dia pun tergelak.

Aku langsung menutupi pipi. "Apaan sih, Ri. Udah jangan ketawa mulu. Entar gue enggak ada, lo nangis kejer lagi."

"Ya elah, Bri. Jangan bikin serius gitu napa." Arista memelukku dari samping. "Gue butuh lo. Sadam butuh lo. Kita semua butuh lo." Dia menempelkan wajahnya ke baju olahragaku. "Lo jangan pergi."

Aku menghela napas. Mataku mulai basah. Ternyata masih ada yang peduli denganku walau hanya bisa dihitung dengan jari. "Jadi, gue itu sama Sadam enggak pacaran."

Arista melepaskan pelukannya. "Serius, Bri?"

"Iya."

"Ih, jadi selama ini gue dibohongin?" Arista mengeraskan suaranya karena keterkejutannya sampai-sampai aku memelototinya.

"Suaranya kecilin, Mbak! Enggak selama ini kali. Dua minggu doang."

"Sorry." Arista mengecilkan suaranya dan duduk merapat. "Jadi, gimana ceritanya?"

"Gue minta tolong sama dia, Ri." Aku menatap kosong sisi lapangan basket. Bayangan tentang hari itu terlihat jelas di pikiranku. "Tapi mungkin enggak sih kalau gue ngelakuin kesalahan dengan ngelakuin itu?"

"Kesalahan gimana maksud lo?"

"Iya. Gue tuh malah bikin PHP ke dia." Mataku mengerjap dan seketika bayangan itu hilang. Minuman pemberian Sadam kuletakkan di sisi kosong sebelahku. Aku menatap cewek berkuncir kuda di sampingku. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan tidak percaya dengan apa yang kukatakan.

"Tadi pagi, dia ngaku kalau dia suka sama gue udah lama. Waktu pertama kali gue ketemu dia di perpus SMP," sambungku. "Tapi kayaknya dia ngomongnya enggak sadar deh."

"Gila! Lo bisa seberuntung itu, Bri. Gue salut sama Sadam. Ternyata cinta pada pandangan pertama itu ada." Arista menepuk-nepuk bahuku. "Terus perasaan lo gimana ke dia?"

"Biasa aja."

"Biasa aja? Lo bertahun-tahun sahabatan sama dia dan lo bilang biasa aja?"

Aku hanya dapat mengedikkan bahu sambil meringis.

"Ya elah, Bri. Lama-lama gue bongkar juga nih perasaan lo ke Sadam." Arista melipat tangannya di depan dada sambil mendelik kesal kepadaku. "Udahlah, Bri, enggak usah bohong sama gue. Sebenernya lo suka kan sama Sadam?"

"Gue bilang gue enggak tahu."

"Kok gue jadi gemes gini ya ke lo?" Arista meraih tanganku dan membawanya ke pangkuannya. "Gini deh. Apa yang lo rasain selama deket Sadam?"

"Hmm, gue ngerasa nyaman sih kalau deket dia. Kayak ada yang ngelindungin gue gitu."

"Tuh, kan! Bener dugaan gue, lo tuh suka sama dia."

"Ih, apaan sih? Ngomongnya jangan kenceng-kenceng."

Aku melihat ke arah ruang OSIS. Beberapa anak OSIS tampaknya sudah pulang, tapi ada juga yang masih sibuk mengerjakan sesuatu. Kulihat Sadam tengah berbicara dengan Vira, sedangkan Mikha sudah menarik-narik tangan Vira. Ingin pergi ke suatu tempat mungkin. Tapi, tunggu! Aku enggak salah lihat kan Vira menolak ajakannya Mikha? Enggak biasanya dia nolak ajakan Mikha.

"Bri!" Arista menepuk tanganku. "Yeee dia bengong."

"Enggak. Gue enggak bengong." Mataku tak berpindah pandang ke arah Arista. "Gue lagi lihat Vira sama Mikha."

"Ah, alesan lo. Lo ngelihatin Sadam, kan?"

"Enggak. Beneran itu. Coba lihat deh. Vira kan biasanya enggak nolak Mikha kayak gitu. Beberapa hari ini gue juga ngelihat kayak ada jarak di antara mereka."

Arista menoleh sebentar, lalu menatapku kembali. "Ya udahlah. Urusan mereka ini. Kenapa lo yang ribet?"

Aku mengedikkan bahu. "Aneh aja lihat mereka yang tiba-tiba gitu."

"Bodo amatlah. Apa pun yang berhubungan dengan Mikha, gue enggak mau tahu. Kecuali ada hubungannya sama lo." Arista menghela napasnya. "Eh, bagi ya minumnya."

Sepertinya dia kehabisan bensin, maka kuberi minumanku dengan sukarela.

"Eh, gue bilangin ya. Rasa nyaman sama sahabat cowok itu lebih bahaya dari rasa sayang ke sahabat cowok. Jadi, saran gue sih, mulai sekarang lo coba pandang Sadam sebagai cowok yang lo butuhin. Bukan sahabat yang selalu ada buat lo." Dia menyesap minumanku lagi. "Lo juga harus mikirin perasaannya dia. Kalau suka, ya bilang. Kalau enggak, ya bilang juga. Kan lebih baik dia tahu sekarang daripada hatinya terlalu sakit gara-gara kelamaan lo PHP-in, terus nyatanya lo tolak." []

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 171K 30
Telah Diadaptasi ke SERIES di MAXStream & Sudah Terbit, Tersedia di Seluruh Gramedia Indonesia. "Kamu mau nggak jadi pacar saya?" "Excuse me?!" "Nant...
8K 1.5K 23
[Cerita masih lengkap!] Jika hari ini putus, besok mereka akan balikan. Dan setelah itu mereka akan putus lagi. Mirna cukup lelah menghadapi sifat Bo...
1.2M 66.5K 13
#RomanceComedy #BikinBaperdanngakak "Merebut cinta CEO tampan, hidupku mapan." Sebuah kisah romance komedi yang bikin kalian ngakak plus baper di wa...
100K 2.8K 67
"Setiap luka memiliki kisahnya sendiri, entah itu karena pahitnya patah atau terlalu dalam memaknai rasa" Hanya kumpulan kata untuk kamu yang merasa...