PARAGRAF

By youraraa_

93.5K 10.8K 489

[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Setiap paragraf yang tertoreh dalam tulisanku, selalu mengingatkanku akan dirimu.❞ Run... More

Paragraf ; Intro
Intermezzo ; Visualisasi Tokoh
Paragraf 1 ; Prolog
Paragraf 2 ; The Beginning
Paragraf 3 ; First Meeting
Paragraf 4 ; Him
Paragraf 5 ; You
Paragraf 6 ; Strange Feeling
Intermezzo ; Instagram Tokoh
Paragraf 8 ; Comfortable
Paragraf 9 ; This Feeling
Paragraf 10 ; Love Begin
Paragraf 11 ; New Journey
Paragraf 12 ; Happiness
Paragraf 13 ; Confession
Paragraf 14 ; Promise
Paragraf 15 ; Story Untold
Paragraf 16 ; The Truth
Paragraf 17 ; The Witch
Paragraf 18 ; Destroyed
Paragraf 19 ; Distrust
Paragraf 20 ; Disappointed
Paragraf 21 ; Missing You
Paragraf 22 ; I'm Sorry
Paragraf 23 ; Stabbed
Paragraf 24 ; Proposed
Paragraf 25 ; Gone
Paragraf 26 ; Suffered
Paragraf 27 ; New Life
Paragraf 28 ; Orion
Paragraf 29 ; Meeting You
Paragraf 30 ; Possessive
Intermezzo ; Update Instagram
Paragraf 31 ; Epilog

Paragraf 7 ; You Are Not Alone

2.4K 381 11
By youraraa_

"Adikmu itu kenapa lama sekali?" Tanya Runa untuk memecah keheningan di sela-sela kegiatan mereka menunggu Evan kembali.

"Dia sepupuku, lebih tepatnya adik sepupu. Namanya Evan Assegaf. Aku juga tidak tahu kenapa dia mengajakku kemari kalau akan menemui dosen selama ini."

"Oh, lalu lelaki satunya itu siapa? Selain Sean."

"Wira Assegaf, adik kandung Evan. Jadi dia juga sepupuku. Ngomong-ngomong, aku heran ketika Sean bisa akrab denganmu. Padahal dia sangat susah untuk dekat dengan orang asing. Apa kamu mengatakan hal aneh kepadanya?"

Runa hanya tertawa kecil sambil menyeruput minumannya yang hampir habis. Ia bahkan tidak menyangka jika Saga mau berbicara sepanjang itu dengannya. Runa kira lelaki itu hanya bisa berkata kasar atau ketus kepadanya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa pada adikmu itu. Adikmu berkunjung sesaat setelah aku baru menginjakkan kaki masuk ke dalam rumah. Entah mengapa Sean langsung mengatakan bahwa dia ingin aku menjadi kakaknya."

"Apa kamu tahu jika Sean adalah anak yang spesial?"

"Tentu aku tahu. Tetapi dia sangat menggemaskan, membuatku langsung menyukainya."

Sebuah senyuman tipis terukir di bibir Saga tanpa ia sadari. Baru kali ini ia menemukan orang yang bisa cepat akrab dengan adiknya. Siapa sangka jika wanita yang bisa memahami keterbatasannya ini ternyata juga bisa memahami kondisi spesial adiknya.

"Apa jurusan kuliah yang kamu ambil adalah pendidikan anak berkebutuhan khusus? Kenapa sepertinya kamu paham sekali dengan orang-orang seperti mereka? Aku juga bisa merasakan jika kamu bisa memahami kondisiku."

"Oh, kebetulan aku mengambil jurusan sastra, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan itu. Hanya saja, aku pernah melihat orang sepertimu beberapa kali di kampus, lalu juga aku pernah menjadi asisten guru di sebuah daycare yang diperuntukkan untuk anak-anak spesial, jadi aku paham."

Saga hanya mengangguk paham, tidak ingin menanyakan hal lain lebih jauh. Meskipun sebenarnya ia masih penasaran mengapa kata-kata Runa kemarin malam sangat mirip dengan kata-kata yang dilontarkan oleh cinta pertamanya. Tetapi tidak mungkin ia menanyakan pertanyaan aneh tersebut. Kini mereka berdua pun kembali saling diam, membuat Runa menjadi tidak betah dalam keheningan.

"Namaku Runa. Aruna Senja. Senang berkenalan denganmu. Maaf jika aku menempati rumah itu, dan maaf juga jika tadi pagi aku tidur di beranda rumahmu."

Runa menarik tangan kanan Saga untuk ia ajak bersalaman, dan sontak tingkahnya tersebut kembali membuat Saga terkejut. Ia adalah wanita pertamaㅡlebih tepatnya orang pertama yang benar-benar tahu bagaimana cara memperlakukannya dengan baik, dan entah mengapa ia sedikit merasa senang karena hal kecil itu.

"Aku Saga. Antares Saga Dirgantara. Lupakan saja kejadian itu, aku sudah tidak mempermasalahkannya."

"Wah, namamu bagus sekali. Berarti nama Sean adalah Antares Sean Dirgantara?"

Saga hanya mengangguk sambil kembali tersenyum tipis, membuat Evan yang sejak tadi terus menonton mereka dari kejauhan menjadi kegirangan. Evan melihat Saga tersenyum. Itu artinya, Saga nyaman berada di dekat orang tersebut.

"Cieee... kalian sudah sedekat ini rupanya. Baru juga ku tinggal sebentar, tapi benih-benih cinta sudah mulai tumbuh."

Keduanya saling berdeham dan melepaskan tangan mereka yang masih saling bersalaman satu sama lain, dan Runa pun mendadak menjadi salah tingkah setelah kedatangan Evan. Runa segera berdiri dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan mereka, tetapi tangan Evan dengan cepat menyambar tangannya, menyuruhnya untuk ikut pulang bersama.

"Tidak usah malu-malu. Pulang saja bersama kami, lagi pula rumahmu juga berada di samping rumah kami."

***

Terpaksa Runa mengikuti ajakan Evan untuk pulang bersama karena tiba-tiba saja turun hujan, lebih tepatnya hanya gerimis. Runa pun duduk di bangku penumpang, bersama dengan Saga yang sudah duduk manis di sampingnya. Sedangkan Evan terlihat seperti supir karena duduk di bangku depan seorang diri.

Keadaan kembali canggung, dan Runa hanya menghabiskan waktu untuk melihat rintik-rintik hujan yang turun melalui kaca jendela mobil. Sesekali ia juga terlihat menghela napas pelan, karena ia selalu teringat akan hal-hal buruk yang dialaminya ketika turun hujan.

'Apa hujan di sini juga akan membuatku sial? Huft, hujan di sini terlihat begitu indah. Sayang sekali aku masih tidak bisa menyukai hujan, padahal hujan juga tidak salah apa-apa.'

Karena Evan hanya fokus menyetir dalam keheningan, sedangkan Runa juga hanya diam, membuat Saga merasa gerah. Ia tidak tahan dengan perasaan canggung yang dirasakannya karena ada Runa di sampingnya. Padahal biasanya ia tidak pernah merasa seperti itu.

"Evan, apa sebaiknya kita membeli makanan untuk makan malam sekarang? Jadi kamu tidak perlu memasak nanti."

"Oh, boleh juga, bang. Kebetulan aku mau pergi bersama dengan Wira dan Radit lagi nanti malam ke acara ulang tahun salah satu teman. Untung abang ingatkan."

"Kalian pergi lagi? Meninggalkan aku dan Sean sendiri di rumah? Kenapa kalian tidak pernah betah berada di rumah, hmm? Apa karena aku dan Sean merepotkan kalian?"

"Bang, bukan begitu maksudku. Akuㅡ"

"Sudahlah, aku tahu kamu tidak bermaksud begitu. Maaf."

Runa hanya bisa bengong sambil melirik ke arah Evan dan Saga secara bergantian, lalu ia bisa merasakan kesedihan dari raut wajah Saga. Ia paham betul mengapa Saga terlihat dingin, karena bisa saja selama ini Wira dan Evan jarang menghabiskan waktu bersama Saga. Padahal Saga sebenarnya hanya ingin mereka meluangkan waktu untuknya. Begitu pikir Runa.

'Astaga, apa yang aku pikirkan? Sok tahu sekali aku ini. Beginilah akibat terlalu banyak menonton drama, aku jadi berpikiran yang aneh-aneh.'

Dengan berani Runa pun mencoba membuka suara. "Ekhem, maaf mengganggu pembicaraan kalian. Jika tidak keberatan, aku bisa menjagaㅡ"

"Tidak perlu." Potong Saga dengan nada dingin.

'Menyebalkan! Kenapa dia selalu memotong pembicaraan orang lain? Tahan, aku harus sabar menghadapinya.' Batin Runa kesal.

Evan pun melirik ke arah Runa melalui kaca spion mobil. "Oh, iya, siapa namamu tadi?"

"Runa."

"Oke, Runa. Bisakah kamu menolongku? Tolong jaga bang Saga dan Sean nanti malam. Aku dan Wira benar-benar sudah berjanji untuk datang ke pesta ulang tahun bersama Radit. Kamu tidak keberatan, bukan?"

"Tenang. Aku akan menjaga mereka. Meskipun Saga menolaknya, tetapi aku yakin Sean akan senang jika aku menemaninya."

"Bagus! Aku serahkan bang Saga dan Sean padamu. Oke, kalian tunggu di mobil sebentar, aku mau membungkus makanan dulu."

Runa mengangguk, lalu ia melirik ke arah Saga yang tetap memasang wajah datarnya. Emosi Saga rasanya ingin meledak, tetapi ia berusaha menahannya dengan mengepalkan kedua tangannya. Karena ia tetap merasa tidak bisa menahan emosinya lagi, Saga akhirnya meraba pintu mobil dan berusaha untuk keluar.

Runa mendadak panik karena tiba-tiba saja Saga keluar dari mobil. Dengan cepat ia pun segera turun dari mobil untuk menyusul Saga yang berjalan tertatih tidak tentu arah. Hujan yang tadinya hanya sebatas gerimis, kini semakin lama semakin deras, tentu ia tidak mau jika Saga kehujanan.

Saga menghempaskan tangan Runa yang hendak menggandengnya, tetapi Runa tetap tidak menyerah. Di bawah guyuran hujan yang sangat dibencinya, Runa berusaha untuk menarik tangan Saga agar kembali ke mobil bersamanya. Dengan sekuat tenaga, Saga kembali melepaskan tangannya yang dicengkeram oleh Runa, lalu ia mendorong Runa ke belakang hingga terjatuh ke aspal.

Bukan Runa namanya jika ia menyerah. Emosi yang sudah ditahannya sejak tadi pun ikut meledak. Ia bangun dan menghadang Saga dari depan dengan cara memeluknya dengan erat, tidak peduli jika ada beberapa pasang mata yang melihatnya. Termasuk Evan yang saat itu sudah selesai membungkus makanannya.

"Kalau kamu ingin marah, katakan saja. Kalau kamu tidak mau aku menjagamu dan Sean malam ini, bilang saja. Jangan dipendam dan dilampiaskan seperti ini. Aku tahu kamu pasti marah dengan sepupumu yang jarang ada waktu untukmu, tetapi bukan seperti ini caranya. Bilang langsung padanya kalau kamu ingin menghabiskan waktu bersama dengan mereka."

Di bawah guyuran hujan yang membasahi keduanya, Saga menjadi terdiam setelah Runa memeluknya sambil mengatakan kata-kata tersebut. Lagi-lagi ia bingung, mengapa wanita itu malah lebih memahaminya daripada kerabatnya sendiri. Selama ini Saga memang memendam semuanya, dan tidak ada seorang pun yang bisa memahami perasaannya selain dirinya sendiri.

Tetapi hari ini berbeda. Wanita itu, wanita asing yang baru ditemuinya kemarin itu bahkan bisa membaca isi hatinya dengan baik. Jantung Saga kembali berdebar dengan kencang karena saat ini Runa masih memeluknya, tetapi ia mulai memahami apa maksud debaran jantungnya itu.

"Kamu tidak akan sendirian, Saga. Kedua sepupumu itu pasti akan selalu berada di sisimu. Aku tahu mereka tidak bermaksud seperti itu padamu. Percayalah, karena aku bisa melihat jika mereka benar-benar menyayangimu."

***

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 553 31
Ryan adalah lelaki dengan gangguan skizofrenia. Dia melanjutkan studinya di kampus setelah cuti selama empat semester. Di sana, dia dipertemukan deng...
11.4K 2.4K 22
Hemat ala Kapisa itu dengan cara pacarin cowok kaya. Matre? Bukanlah! Itu namanya realistis. Seri pertama dari : Universe Of Love - © 2022, ontyapin.
14.4K 1.2K 23
Dia itu emang ngak sempurna. Tapi, ketika aku melihat senyumannya, semua berbeda. Memang dia tak pandai berkata, tapi senyuman itu seolah berbicara...
3.3M 179K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...