PARAGRAF

By youraraa_

93.5K 10.8K 489

[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Setiap paragraf yang tertoreh dalam tulisanku, selalu mengingatkanku akan dirimu.❞ Run... More

Paragraf ; Intro
Intermezzo ; Visualisasi Tokoh
Paragraf 1 ; Prolog
Paragraf 3 ; First Meeting
Paragraf 4 ; Him
Paragraf 5 ; You
Paragraf 6 ; Strange Feeling
Paragraf 7 ; You Are Not Alone
Intermezzo ; Instagram Tokoh
Paragraf 8 ; Comfortable
Paragraf 9 ; This Feeling
Paragraf 10 ; Love Begin
Paragraf 11 ; New Journey
Paragraf 12 ; Happiness
Paragraf 13 ; Confession
Paragraf 14 ; Promise
Paragraf 15 ; Story Untold
Paragraf 16 ; The Truth
Paragraf 17 ; The Witch
Paragraf 18 ; Destroyed
Paragraf 19 ; Distrust
Paragraf 20 ; Disappointed
Paragraf 21 ; Missing You
Paragraf 22 ; I'm Sorry
Paragraf 23 ; Stabbed
Paragraf 24 ; Proposed
Paragraf 25 ; Gone
Paragraf 26 ; Suffered
Paragraf 27 ; New Life
Paragraf 28 ; Orion
Paragraf 29 ; Meeting You
Paragraf 30 ; Possessive
Intermezzo ; Update Instagram
Paragraf 31 ; Epilog

Paragraf 2 ; The Beginning

4.6K 399 22
By youraraa_

Hari iniㅡ tepatnya di awal bulan Oktober tahun 2022, rintik hujan masih saja setia membasahi daerah Busan, Korea Selatan, seperti hari-hari sebelumnya. Aroma petikor yang tercipta akibat tetesan hujan yang jatuh mengenai tanah pun menyeruak menusuk ke hidung seorang lelaki yang tengah duduk bersantai di beranda rumahnya.

Seorang pria bertubuh agak sedikit kurus dan tinggi semampai itu duduk dengan tenang sambil memejamkan kedua matanya di beranda rumahnya, terlihat tengah menikmati sejuk dan dinginnya suasana hujan di pagi hari yang sangat ia sukai.

Aroma petikor yang dapat tercium lewat indera penciumannya itu membuatnya semakin larut dalam suasana hening. Hingga tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara sepupunya yang terdengar begitu heboh, membuatnya merasa sedikit kesal karena kegiatannya untuk menenangkan diri harus terusik.

"Bang Ga, apa abang tahu ke mana perginya Wira? Aku tidak melihatnya sejak kemarin."

"Wira? Dia belum pulang? Kemarin dia hanya izin padaku untuk kerja kelompok di rumah temannya. Aku tidak tahu jika Wira ternyata belum pulang."

Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'bang Ga' itu membuka kedua matanya, lalu ia hanya bisa menghela napas perlahan sembari membayangkan ulah apalagi yang diperbuat salah satu sepupunya di luar sana. Ia saja sudah dibuat pusing oleh tingkah Sean yang selalu membuatnya kewalahan, dan masih harus ditambah oleh Wira yang akhir-akhir ini hobi bermain di klub malam.

"Iya, bang, dia belum pulang sejak semalam. Ponselnya juga tidak aktif. Abang tahu sendiri kalau anak itu sering sekali membuat masalah."

Evan Assegaf, kakak kandung dari Wira Assegaf itu hanya bisa mengumpat dalam hati karena lelah menghadapi perilaku adiknya yang semakin lama semakin tidak bisa dikontrol. Ia sebenarnya bisa saja bersikap acuh dan tidak memedulikan adiknya, tetapi tetap saja, sebagai kakak yang baik, ia tetap harus berkewajiban menjaga adiknya.

Apalagi sudah dua tahun ini mereka berdua menumpang tidur secara gratis di rumah Saga, tentu seharusnya Wira tidak bersikap seenaknya sendiri, meskipun Saga adalah saudara sepupunya. Untung saja Evan bisa diandalkan. Jadi Saga memang mengandalkan Evan dalam beberapa hal, seperti membantu pekerjaan Saga, menjaga Sean agar tidak bermain jauh dari rumah, dan juga mengingatkan Wira untuk tidak berbuat onar.

"Tunggu saja, sebentar lagi dia pasti pulang."

Evan hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Saga. Tak dapat dipungkiri, suara tenang dari Saga selalu bisa membuat Evan terhipnotis. Benar saja, setelah beberapa menit berlalu, mobil Wira telah terlihat memasuki pekarangan rumah. Sontak hal tersebut membuat Evan kembali emosi. Tanpa pikir panjang, ia bergegas berlari untuk memberikan hukuman kepada adiknya itu.

"Wah, anak nakal ini benar-benar datang. Masih ingat jalan pulang rupanya, hmm? Sini, abang jewer dulu."

Saga hanya tersenyun tipis sambil mendengarkan suara Wira yang tengah berteriak kesakitan sembari memohon ampun karena telinganya ditarik begitu keras oleh Evan, sedangkan Evan sama sekali tidak mengindahkan permohonan ampun sang adik, dan tetap terus menarik telinga Wira hingga terlihat memerah.

"Argh! Sakit, bang!"

Wira memasang wajah memelas sambil terus memegang telinganya yang masih ditarik oleh Evan, dan pada akhirnya Evan pun mengalah. Lama kelamaan ia tidak tega juga jika melihat tampang memelas yang sengaja dibuat-buat oleh adiknya itu.

"Kamu dari mana saja semalam? Mabuk-mabukan lagi? Bermain dengan para wanita seksi lagi? Kenapa tidak mengajak abang, hmm?"

Kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Evan sukses membuat Wira kebingungan. Padahal niat awalnya ia hendak meminta maaf kepada kakaknya, tetapi setelah mengetahui isi hati Evan yang sebenarnya, ia mengurungkan niatnya. Tentunya dibalik pertengkaran kecil kedua kakak beradik itu, ada Saga yang masih setia tersenyum tipis. Pikirnya, untung saja Sean masih tidur. Jika tidak mungkin Evan dan dirinya akan kewalahan sekarang.

"Aku hanya bermain di klub bersama teman, bang. Niatnya memang hanya sebentar sambil mengetik makalah. Tapi malah keterusan sampai pagi, hehe."

"Lain kali ponsel jangan dimatikan! Kalau bisa ajak abang juga yang sedang butuh hiburan ini."

Evan menaik turunkan sebelah alisnya sambil menatap aneh kepada Wira, membuat Wira bergidik ngeri karena ia merasa jika kakaknya itu menginginkan sesuatu darinya. Untuk mencari zona aman, Wira pun memutuskan untuk mendekati Saga yang masih duduk, berniat untuk meminta maaf karena dirinya yang semalam tidak pulang itu.

"Bang Ga, maafkan Wira yang semalam tidak pulang ini. Wira janji tidak akan mengulanginya lagi."

Wira meminta maaf sambil membungkuk dengan hormat kepada Saga, karena bagaimanapun juga, Saga lah pemilik rumah yang ia tempati bersama dengan Evan saat ini. Terlebih Wira memang sangat menyayangi Saga melebihi rasa sayangnya kepada Evan, jelas Wira lebih sopan dan patuh kepada Saga daripada Evan.

"Tidak apa-apa. Asalkan kamu bisa menjaga dirimu sendiri dan tidak berakhir sepertiku yang sekarang ini."

Kata-kata Saga membuat keduanya terdiam. Wira dan Evan saling bertukar pandang sejenak, lalu keduanya menunduk karena merasa bersalah telah kembali mengingatkan Saga tentang kejadian menyakitkan di masa lalunya. Padahal mereka berdua sudah berusaha keras untuk membantu Saga melupakan tragedi berdarah yang terjadi dua tahun lalu.

"Bang, jangan menyalahkan diri terus seperti itu. Bukankah abang sudah berjanji tidak akan membahas hal itu lagi? Oh, mumpung hari ini kita berdua libur, bagaimana jika kita berjalan-jalan saja? Kita ajak Sean juga. Lagi pula hujannya sekarang sudah mulai reda. Bagaimana, bang?"

Evan berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mencoba untuk mengajak Saga berjalan-jalan sembari menghirup udara segar, namun Saga tidak memberikan reaksi apapun. Evan pun menyenggol lengan Wira untuk membantunya membujuk Saga, tetapi Saga hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

Bukan tanpa alasan jika mereka berdua berusaha membujuk Saga yang memang sudah jarang sekali keluar rumah. Memang, setelah kejadian dua tahun lalu yang menimpa kedua orang tuanya dan juga dirinya, ia menjadi seorang pribadi yang sangat pendiam dan juga tertutup.

Sejak saat itulah, Evan dan Wira memilih untuk melanjutkan kuliah mereka di luar negeri agar bisa menemani Saga untuk membantunya pulih, sekaligus membantu Saga untuk melanjutkan bisnis sang ayah yang saat ini juga di-handle oleh Evan.

Selain itu, mereka berdua juga ingin membantu Saga untuk menjaga dan merawat Sean yang memang terlahir spesial. Tidak mungkin juga jika Saga bisa menjaga Sean seorang diri di negeri antah berantah, apalagi dengan kondisinya yang memiliki keterbatasan itu.

Ya, Saga kehilangan penglihatannya setelah turut mengalami kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya, dan hingga sekarang ia masih berpikir jika dirinyalah penyebab kecelakaan itu terjadi.

"Lain kali saja. Aku sedang tidak enak badan. Kalian ajak Sean saja."

Saga membuat senyum tipis pada sudut bibirnya yang entah apakah itu senyum yang benar-benar tulus atau hanya senyum yang memang dipaksakan. Namun senyuman itu terlihat begitu getir di mata Evan dan juga Wira. Saga pun lantas berdiri dan berjalan kembali masuk ke dalam rumah sambil meraba-raba sekitar, menyudahi acara menikmati aroma petikor di pagi hari.

Sedangkan Evan dan Wira tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa saling menyalahkan satu sama lain, lalu memilih untuk ikut masuk ke dalam rumah dengan cara berjalan mengekor di belakang Saga. Meskipun demikian, Evan tetap berusaha untuk mencari cara agar kakak sepupunya itu bisa kembali menjadi Saga yang dahulu. Saga yang kuat dan juga tangguh.

***

Di waktu yang sama di negara yang berbeda, seorang wanita berambut panjang sebahu itu sudah sibuk memasukkan pakaian ke dalam kopernya. Hari ini adalah jadwal keberangkatannya menuju negeri ginseng Korea, untuk mengikuti program beasiswa kursus musim panas selama dua minggu di sana.

Baru saja ia selesai berkemas dan hendak berangkat menuju bandara, ponsel Runa tiba-tiba saja berbunyi yang menandakan jika ada pesan masuk. Setelah ia buka, ternyata pesan tersebut berasal dari Zanna, teman kuliah sekaligus sahabat Runa yang juga mengikuti program Summer Course bersamanya.

Zanna, atau yang akrab dipanggil Nana itu memberitahu Runa jika ketika mereka sudah berada di sana nanti, akan ada pihak perwakilan dari sana yang akan menjemput dan mengantarkan mereka ke tempat penginapan, sekaligus perwakilan tersebut yang akan menjelaskan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan selama di sana.

Kebetulan Runa tidak berangkat bersama Zanna, karena tempat tujuan mereka berbeda. Runa akan mengikuti program di Busan, sedangkan Nana di pulau Jeju. Meskipun demikian, ketika ada waktu senggang nanti mereka tetap akan menyempatkan waktu untuk bertemu dan menghabiskan waktu berdua, mumpung mereka berada di negara impiannya tersebut.

Pertama kali pergi keluar negeri seorang diri, membuat Runa terlihat gusar dan juga kebingungan. Untung saja ia berhasil berangkat dengan aman, meskipun beberapa kali harus bertanya kepada petugas di sekitar ketika ia sedang kebingungan.

Pun, ketika ia sudah berada di Gimhae International Airport di Busan, lagi-lagi ia kembali kebingungan karena tidak tahu siapa yang akan menjemput dirinya menuju penginapan. Terpaksa ia kembali membuka jadwal kegiatan yang sudah diberikan kepadanya selama dua minggu ke depan, dan mencari nama orang yang akan menjemputnya di bandara.

"Raditya Mahesa. Orang Indonesia?"

"Iya. Saya Raditya Mahesa, orang Indonesia."

Runa tersentak kaget karena ada seseorang yang membalas perkataannya disaat ia sedang berbicara seorang diri. Lantas ia angkat kepalanya ke depan, dan betapa terkejutnya ia ketika ada seorang lelaki tampan dengan setelan jas itu sudah berdiri di hadapannya.

"Aruna? Apakah nona yang bernama Aruna Senja?"

Runa hanya bisa terdiam beberapa saat karena masih belum mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Lelaki tampan yang wajahnya saja tidak terlihat seperti orang Indonesia itu tengah berbicara dengannya. Padahal ia sudah berjanji dengan dirinya sendiri agar tidak mudah terlena dengan wajah tampan dari para lelaki, karena ia takut kejadian yang lama akan terulang kembali.

"Ah, iya. Nama saya Aruna Senja. Apakah anda yang akan mengantarkan saya ke tempat tujuan?"

"Bolehkah aku berbicara kasual kepadamu? Sebelumnya, kamu bisa memanggilku Radit, dan anggap saja aku ini adalah temanmu sampai program kursus musim panasmu berakhir. Jadi selama dua minggu ke depan, aku yang akan membantumu jika kamu ada kesulitan dalam mengikuti program musim panasmu. Kebetulan aku memang berkuliah di universitas yang menjadi tujuan kursusmu, dan aku juga yang akan mengantarkanmu ke tempat penginapan. Jadi, ayo kita pergi sekarang."

Lelaki berpostur tubuh tinggi itu pun lantas merebut koper Runa dari tangannya, lalu memberikan kode pada Runa untuk segera mengikutinya menuju mobil. Seperti terhipnotis, Runa pun tanpa pikir panjang segera mengekor di belakang Radit, tidak peduli apakah Radit benar-benar orang yang bertugas untuk menjemputnya atau bukan. Tetapi, intuisinya mengatakan jika Radit tidak berbohong, jadi Runa dengan cepat memercayainya.

Selama di perjalanan menuju penginapan, Radit tak henti-hentinya berceloteh tentang alasan dirinya berkuliah di Korea dan juga dirinya yang memang memiliki separuh darah Korea dari ibunya. Tak lupa juga ia kembali mengingatkan Runa tentang semua kegiatannya yang akan ia jalani selama dua minggu, tentu terlihat sangat padat karena memang program ini sudah dibiayai dan Runa juga tidak bisa mangkir dari keseluruhan acara.

Untungnya, kursus tersebut hanya akan ia jalani setengah hari, dan sisanya bisa ia gunakan untuk menikmati keindahan kota Busan. Apalagi kegiatannya juga memberikan waktu libur di hari Sabtu dan Minggu, jadi kemungkinan weekend tersebut akan ia gunakan untuk mengunjungi temannya di Jejuㅡ atau mungkin saja temannya itu yang akan berkunjung ke Busan.

Tak terasa, perjalanan yang cukup lama itu pun terbayarkan juga setelah akhirnya mereka sampai di kawasan tempat penginapan Runa, dan betapa takjubnya Runa karena pemandangan di kota kecil tersebut begitu indah. Apalagi mereka juga sudah sampai di rumah yang akan ditempati oleh Runa, dan lagi-lagi Runa dibuat takjub dengan kawasan lingkungan di sekitarnya yang terlihat sangat asri.

Runa pun turun dari mobilnya ketika Radit sudah menyuruhnya untuk keluar, dan yang bisa ia lakukan hanyalah terpana. Terpana melihat rumah minimalis di hadapannya yang akan ia tempati itu. Begitu Radit selesai menurunkan koper Runa dari bagasi, lelaki tersebut segera menyerahkan kunci rumah kepada Runa, karena ia masih harus kembali ke kampusnya setelah menjemput Runa.

"Ini kuncinya, dan kamu bisa beristirahat dulu mumpung ini masih hari Sabtu. Program akan dimulai besok Senin, dan pastikan tubuhmu harus fit dan bugar. Kebetulan aku sudah menyiapkan obat-obatan, vitamin, dan segala keperluan di dalam rumah barumu ini. Jika ada apa-apa tolong hubungi aku, dan nomor teleponku juga sudah ada di lembar kegiatanmu. Aku sedikit terburu-buru karena harus kembali ke kampus sekarang. Lain kali aku akan mengenalkanmu pada tetanggamu yang kebetulan adalah teman kuliahku sendiri. Semoga harimu menyenangkan, dan sampai jumpa besok Senin."

"Terima kasih banyak."

Runa menerima kunci rumahnya dan berterima kasih sambil membungkukkan badannya untuk mengantarkan kepergian Radit. Ia tidak menyangka jika akan bertemu dengan orang baik di sini. Begitu mobil Radit sudah tidak terlihat lagi, barulah ia masuk ke dalam rumah barunya itu, tanpa menyadari jika ada seorang lelaki yang tengah melihatnya dari taman yang berada tepat di samping rumahnya. Sebuah taman yang menghubungkan rumah baru Runa dan juga rumah milik Saga.

"Oh, ada kakak baru. Kakak baru temen main Sean. Sean mau kenalan."

***

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 180K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.1M 52.8K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
31.2K 4.9K 35
[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, karena cintamu itu dapat mengubahku menjadi yang sempurna di ma...
5.6K 871 31
ft; 97Line Start 14 Februari 2022 Finish 28 April 2022