Unbreak Me

By dramioneyoja

71.1K 9.8K 1K

Draco sudah punya semuanya, semuanya kecuali kenapa Hermione Granger meninggalkannya. Sekarang setelah ia mer... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22

Chapter 17

2.2K 338 21
By dramioneyoja

Chapter 17

-Flashback-

Hermione sedang tidur pulas di apartementnya saat ia mendengar suara benda jatuh dari ruang tengah apartementnya yang kecil. Hermione menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan keluar dari kamarnya hanya dengan pakaian dalamnya, lagipula ia tahu kalau itu paling-paling Draco.

Hermione keluar dari kamarnya dan melihat Draco sedang berusaha mengobati wajahnya yang luka dengan kotak pertolongan pertama Muggle yang Hermione simpan di bawah televisi.

"Merlin! Draco! Apa yang terjadi?" Hermione berseru histeris dan langsung berlari ke arah sofa yang diduduki Draco.

"Jeez! Granger! Pakai bajumu." Draco berseru.

Hermione menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir apa yang bisa menyebabkan Draco babak belur seperti ini. Ia langsung mengambil kotak yang dipegang Draco kemudian mengambil alih proses pengobatan Draco.

"Apa yang terjadi, Draco?" Hermione bertanya. Ia memanggil tongkatnya dengan wandless magic kemudian mengobati beberapa luka yang akan lebih baik jika diobati dengan sihir.

"Apa ada luka di tempat lain?" Hermione bertanya.

Draco menggeleng.

Hermione menghela nafasnya jengkel. Ia tidak mengatakan apa-apa dan langsung membuka jubah yang dikenakan Draco. Di balik jubah itu ia menggunakan baju santai dan sejauh yang Hermione lihat di tubuhnya tidak ada luka.

Hermione kemudian mulai mengobati sisa-sisa luka Draco dengan cairan pembersih dan obat merah.

"Sekarang, beritahu aku apa yang terjadi!" Hermione memerintah.

Draco tidak mengatakan apa-apa dan menarik Hermione ke dalam pelukkannya kemudian berbaring di sofa itu dengan Hermione di atasnya. "Aku bertengkar dengan Lucius."

Hermione menghela nafasnya panjang. Ia tahu kalau ia pasti adalah penyebab dari pertengkaran Draco dengan Lucius lagi kali ini. "Apa penyebabnya?" Hermione bertanya pelan.

"Aku bilang aku lebih baik tidak bertemu dengan mereka lagi daripada berpisah denganmu." Draco berseru pelan.

"I'm sorry." Hermione berbisik.

"It's okay. I'm with you so it's okay." Draco memeluk Hermione erat.

.

Hermione duduk di restoran sihir tidak jauh dari universitas sihir dimana ia dan Draco belajar. Seseorang yang tidak pernah ia duga mengajaknya bertemu menghubunginya dan membuat janji untuk bertemu dengannya di sini.

Hermione susah payah mengelabui Draco hari ini agar ia punya waktu paling tidak satu atau dua jam tanpa pria itu. Mereka berdua berada di kelas yang sama di semua mata pelajaran dan Hermione harus berkelit susah payah agar Draco membiarkannya sendiri untuk beberapa waktu.

Sekarang Hermione duduk dengan gugup menunggu Narcissa Malfoy tiba.

Tidak lama Narcissa Malfoy tiba dan memasuki restoran itu dengan penuh kharisma. Rambutnya terurai dengan sempurna di belakang seperti baru saja disemprot dengan hairspray agar tidak ada satupun helai rambut yang keluar dari tatanan itu.

Hermione berdiri dan berusaha tersenyum kecil meskipun wajahnya kaku. Ekspresi wajah Narcissa tidak berubah sama sekali, ia mengangguk begitu sampai di meja di mana Hermione duduk, kemudian duduk di kursi tepat di hadapan Hermione.

"Senang bisa bertemu dengan anda, Mrs. Malfoy." Hermione berseru pelan.

Narcissa tidak mengatakan apa-apa. Salah satu pelayan datang mendekat dan menyodorkan menu, tapi Narcissa mengangkat tangannya tanda kalau ia tidak memerlukan buku menu itu.

Ia melihat ke arah Hermione. "Pertemuan kita tidak akan memakan waktu lama."

Pelayan yang tadi berdiri di sana mundur perlahan, tahu kalau aura meja yang menjadi tanggung jawabnya hari ini memiliki aura yang buruk.

Senyum yang setengah mati dipaksakan Hermione dari tadi akhirnya memudar.

"Draco sudah berada di semester lima." Narcissa memulai. "Jika tidak ada masalah ia akan lulus satu setengah tahun lagi dan kami ingin ia fokus pada gelar Healernya." Narcissa tiba-tiba berseru.

Hermione masih belum mengerti apa yang diinginkan Narcissa jadi ia tidak mengatakan apa-apa.

"Aku dan Lucius baru selesai membangun rumah sakit baru." Narcissa berseru. "Dan karena Draco tidak begitu tertarik mengurusi bisnis, kami berpikir akan lebih baik jika Draco nantinya bisa melakukan praktik Healer di rumah sakitnya sendiri."

Hermione menghela nafasnya.

"Jadi aku ingin kau mulai menjauhi Draco." Narcissa berseru. "Jujur aku sama sekali tidak ada masalah denganmu, Miss Granger. Kau cantik, pintar, baik dan penyelamat dunia sihir. Aku yakin kau pasti sukses dan akan dengan mudah mendapatkan pria manapun yang kau inginkan." Narcissa berseru. "Tapi bukan Draco."

"Tentu saja untuk sementara ini aku dan Lucius akan membiarkan Draco bersenang-senang." Narcissa berseru lagi. "Sebagai sesama perempuan, aku ingin memberimu nasihat, Miss Granger. Sebelum Draco bosan, sebelum ia meninggalkanmu duluan, pergilah dari hidupnya." Narcissa berseru dingin.

.

Hermione berbaring sambil menangis di bawah selimutnya. Ia tidak seharusnya selemah ini. Hanya karena Narcissa Malfoy memintanya pergi meninggalkan Draco bukan berarti ia akan pergi dan meninggalkan Draco begitu saja.

Ia tidak seharusnya membiarkan Narcissa Malfoy membuatnya terpengaruh dan menjadi takut seperti ini.

Hermione menggigit bantal yang dipeluknya dan menangis sejadi-jadinya.

Hermione bisa mendengar pintu kamarnya terbuka, ia tahu itu Draco dari langkah kakinya. Draco duduk di sampingnya dan meletakkan tangan di pahanya yang tertutup selimut.

"Hermione? Kau baik-baik saja? Kau bilang perutmu sakit, tapi apa sesakit itu?" Draco berseru pelan. Hermione memang bilang kalau ia sakit perut dan kram karena PMS, jadi ia bilang akan pulang duluan.

Draco bangkit berdiri kemudian keluar dari kamar, tidak lama ia kembali dan duduk lagi di samping Hermione. Perlahan ia menarik selimut yang menutupi tubuh Hermione. "Kau mau minum air hangat?" Draco bertanya dan mengulurkan gelas berisi air hangat yang baru diambilnya.

Hermione duduk dan menghapus air matanya dengan lengan bajunya kemudian mengambil gelas yang diberikan Draco padanya dan meneguk air hangat itu sampai habis. Kemudian meletakkan gelas itu di meja di samping kasur dan memeluk Draco erat.

"I'm sorry." Draco berseru.

Hermione tidak mengatakan apa-apa, akan lebih baik jika Draco tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

-End Of Flashback-

Draco memasuki ruangan khusus di kantor auror, ia sudah ditunggu oleh Harry, Ron, dan Bill Weasley.

"Weasley, terimakasih sudah mau datang." Draco berseru kepada Bill dan menjabat tangannya.

Bill mengangguk. "Tidak apa, Malfoy. Bagaimanapun juga Hermione adalah anggota keluarga kami."

Setelah sedikit basa-basi mereka duduk di kursi yang ada di meja itu dan Harry dengan tongkatnya membuat tabung dimana sihir Hermione dikurung muncul di meja yang tadinya kosong.

"Aku akan mencoba sebisaku." Bill berseru, ia kemudian mengeluarkan sebuah koper besar yang begitu ia buka berisi peralatan-peralatan pemecah kutukkan yang begitu lengkap.

Tentu saja selain Bill mungkin hanya satu-satunya curse breaker yang bisa mereka percayai, ia juga merupakan yang terbaik dalam bidang ini. jadi mereka tidak bisa tidak meminta bantuan anak laki-laki paling tua keluarga Weasley ini.

Hari ini mereka berencana melihat sihir macam apa yang mengelilingi tabung itu, sebelum mencari cara mengembalikan kekuatan sihir yang terkurung di sana kepada pemiliknya. Paling tidak ini yang bisa mereka lakukan, meskipun belum benar-benar tahu bagaimana mengembalikan sihir itu kepada Hermione.

Bill mulai bekerja. Awalnya ia menggunakan beberapa mantra yang cukup sederhana, beberapa mantra yang juga diketahui oleh Draco, Harry, dan Ron untuk kegiatan sehari-hari dalam melakukan pengecekkan kekuatan sihir terhadap sebuah benda atau sebuah tempat. Begitu hasilnya negatif, Bill melanjutkan ke beberapa mantra lain yang tidak pernah didengar oleh tiga orang lainnya di ruangan itu.

"Harry, Ron, kalian yakin kan ruangan ini kuat dan tidak bisa tertembus dari luar dan dalam?" Bill bertanya begitu ia siap-siap melakukan tahapan selanjutnya.

Harry dan Ron mengangguk.

"Sekarang aku butuh bantuan kalian bertiga." Bill berseru. Ia mengeluarkan semacam alat yang mirip dengan anak panah, hanya saja bagian yang runcing ada di kedua ujungnya bukan cuma satu.

Bill kemudian memberikan alat itu masing-masing kepada Harry, Ron, dan juga Draco. "Malfoy, kau berdiri di depan ku." Bill berseru. "Harry dan Ron berhadapan di sisi samping." Mereka berempat kemudian berdiri mengelilingi tabung itu.

"Aku akan menggumamkan mantra, angkat tongkat kalian tinggi-tinggi. Ketika aku menghentakkan kaki kananku, langsung lemparkan panah yang kalian pegang dengan tangan kiri sementara tangan kanan kalian memegang tongkat kalian masing-masing. Jelas?" Bill bertanya tegas.

Ketiganya mengangguk dan Bill mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi dengan tangan kanan dan mengangkat busur panah di tangan kirinya setinggi bahu dan diikuti oleh mereka bertiga.

Cahaya putih keluar dari tongkat Bill dan menyambar tongkat Harry yang berada di sisi kanannya, tidak lama cahaya itu menyambar tongkat Draco, Ron, dan kemudian kembali ke Bill sehingga membuat lingkaran cahaya putih mengelilingi meja dimana tabung kaca itu berada.

Bill menggumamkan mantra lagi, cahaya yang mengelilingi tabung itu kemudian membentuk kubah yang melengkung dari atas dan sampai ke bawah. Begitu meja itu tertutup sempurna dengan cahaya putih itu. Bill menghentakkan kakinya.

Mereka bertempat bersamaan melemparkan panah itu dan semuanya terpental jatuh kecuali panah yang dilemparkan Draco.

Busur panah yang dilemparkan Draco langsung menembus kubah yang ada di hadapan mereka.

"Tetap angkat tongkat kalian tinggi." Bill memberi komando begitu melihat hal tersebut. Ia kemudian menggumamkan mantra lagi dan cahaya putih dari tongkat mereka meredup perlahan.

Begitu kubah yang menutupi tabung itu hilang mereka semua mendekat dan melihat anak panah yang tadi dilemparkan Draco berada di meja, setengah bagiannya seperti baru saja hangus terbakar dan sisanya masih terlihat normal.

Bill menghela nafasnya. "Untung kau ada di sini." Bill berseru pada Draco.

"Apa yang baru saja terjadi?" Draco bertanya bingung.

"Siapapun yang mengurung sihir Hermione di sini, menggunakan sihir khusus keluarga darah murni tertentu yang hanya bisa dipasang dan dilepas oleh seseorang yang memiliki darah yang sama." Bill menjelaskan.

"Jadi sekarang selain tabung kaca ini sudah tidak ada lagi yang menghalangi sihir Hermione untuk keluar?" Harry bertanya.

Bill menggeleng. "Masih ada satu, tapi ini sihir yang sederhana yang hanya bertugas mengunci. Kekuatan sihir yang ada di dalam begitu kuat dan jika aku melepaskan sihir itu juga, maka kekuatan sihir yang dikunci di dalam akan langsung memaksa keluar dan memecahkan tabungnya lalu mencari pemiliknya." Bill menjelaskan.

"Dan kita tidak mau mengambil risiko yang begitu besar." Harry menambahkan, membuat Bill mengangguk setuju.

Draco menghela nafasnya. Mereka sudah membicarakan ini, ada kemungkinan kekuatan sihir Hermione begitu dilepaskan akan menjadi obscurus dan mereka bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika hal itu benar-benar terjadi.

Tapi Draco akan terus mencari cara agar mereka bisa mengembalikan sihir Hermione. Bagaimanapun caranya, itu yang paling penting sekarang.

... to be continued.

Continue Reading

You'll Also Like

917K 21.1K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
600K 18.2K 75
Hiraeth - A homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost pla...
553K 8.5K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
59.4K 1.2K 46
*Completed* "Fake it till you make it?" A PR relationship with a heartbroken singer in the midst of a world tour sounds like the last thing Lando Nor...