ARSEN (END)

By lcsv17

370K 26.3K 881

Kalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seoran... More

1 - Geng Murid Pindahan
2 - Anak Lainnya?
3 - Arsen Pintar!
4 - Hari Kesialan Arsen!
- CAST -
5 - Usaha
6 - Balas Dendam
7 - Dendam
8 - Ekskul
9 - 12 TKJ 3
10 - Sakit
11 - Malam itu
12 - Keluarga Baru?
13 - Teman Baru
14 - Adek
15 - Club Malam
16 - Elsa Ardavirisca
17 - Basket
18 - Pangeran?
19 - Telephonobia
20 - Arsen Benci Bawang!
21 - Masalah dengan Arsen
22 - Semua Tentang Ratu
23 - Suka
24 - Kecewa?
25 - Lupakan!
26 - Akhirnya!
27 - Kanaya
28 - Sayang Razel!
29 - Coklat untuk Verdo
30 - Sakit
31 - Jatuh, dan sakit
32 - Clubbing lagi
33 - Orang misterius
34 - Kejutan
35 - Kosan Narky
36 - Pembalasan
37 - Verdo Kadilon Bhaskara
38 - Rumah sakit lainnya
39 - Hari terakhir
40 - Mengenang Verdo
41 - Peninggalan
43 - Tragedi tragis
44 - Setidaknya, bertahan
45. Lelah - End

42 - Semua hanya masa lalu

4.9K 399 1
By lcsv17

Arsen mengeluarkan kartu simnya kemudian menggantinya jadi kartu yang semulanya milik Verdo, "Bakal gua jaga semua peninggalan dari lu. Kalau gua ingkar janji, tolong bilang sama Tuhan buat perpendek aja umur gua.." lirihnya, ia menggenggam kartu sim itu ditangan kanannya.

"Rega?"

Arsen menoleh kearah Razel yang baru saja membuka pintu kamarnya itu. "Ikut papa sebentar, papa mau bicara."

Arsen mendesah lelah kemudian bangkit dan membuntuti Razel. Pria itu menuntunnya keruang tamu dan duduk berdua disana.

"Papa udah denger soal dia, kamu gapapa?" tanya pria itu, ia mengusap puncak kepala putranya.

Arsen hanya mengangguk dan tersenyum manis.

"Mulai besok, semua ini udah jadi masa lalu. Walau dia pergi, semua kenangan kalian ga akan ikut hilang kan? Tadi wali kelas kamu nelpon papa. Katanya tadi pagi, kamu telat banget dan sampai disekolah pas jam 9. Kamu telat karena nemuin dia?"

Arsen menggeleng pelan, "Tadi pagi emang niatnya mau gitu, tapi mamanya ga ngebolehin Rega buat ketemu dia, jadi Rega berantem sama mamanya."

Pria itu tersenyum hangat, "Kamu ga kelewatan lagi kan kali ini, Rega?"

Arsen terdiam, ia menatap kedua manik mata Razel dalam-dalam, "Rega pikir, mungkin nggak. Rega pantes bersikap kayak gitu. Karna kedua orang tuanya dia, ga pantes diperlakuin dengan baik."

"Gimanapun juga, mereka tetep lebih tua daripada kamu, kan? Kamu harus tetep sopan. Karena kalau sifatmu jelek, orang-orang bakal bilang kalau itu ajaran dari keluargamu. Paham?"

"Paham.." Arsen mengangguk dengan wajah cemberut.

"Sana balik ke kamar kamu. Tidur, besok sekolah!"

"Iya.." ia bangkit dengan malas kemudian melangkah sembari sesekali menguap menahan kantuk. Ia terpaku diambang pintu saat mendapati Kanaya berada dikamarnya.

Gadis itu tampak menatap dirinya sambil tersenyum lebar. "ABANGGG!"

Gadis itu berlari menghampiri Arsen sementara Arsen masuk dan menutup pintu kamarnya.

"ABANG KOK GA BILANG KALAU ABANG PINTER MATEMATIKA?!" gadis itu menunjukkan kertas lembaran hasil ulangan Arsen yang mendapat nilai 100.

Dengan cepat, Arsen merebut kertas itu kemudian menyobeknya menjadi bagian-bagian kecil. Naya terdiam menyaksikan itu semua, kenapa Arsen begitu?

"Abang, kok disobek? Padahal, nilainya bagus.." lirih gadis itu, kecewa. Ia menatap serpihan kertas-kertas yang terjatuh dilantai itu.

"Gua ga suka ada orang masuk kekamar gua apalagi sampe nyentuh-nyentuh barang gua. Lu tau, kan?" tanya Arsen sembari melangkah terus mendekati Naya sementara gadis itu mundur hingga punggungnya bertemu dengan lemari dibelakangnya.

"T-tadi Naya disuruh mama ambil barang mama dikamar abang.." jelasnya, terbata-bata.

"Apapun alasannya. Bisa minta ijin dulu kan?" ia menatap Naya dengan tatapan dingin, seolah ia akan menelan gadis itu jika gadis itu bicara sepatah kata lagi.

"T-ta--"

Sebelum Naya menyelesaikan ucapannya, laki-laki itu sudah lebih dulu mencengkram kerah baju gadis itu. Naya hanya diam, takut. Yang bisa ia lakukan hanya memejamkan matanya.

"Jangan pernah masuk kekamar gua kecuali dapet ijin dari gua. Lu masih sayang sama nyawa lu, kan?" ucapnya, penuh penekanan.

Arsen hanya diam.

"Rega?"

Arsen menoleh kearah Razel yang sedang menatapnya dari ambang pintu. Pria itu menghampiri Arsen dan melepaskan cengkraman baju Naya dari tangan Arsen. Ia mengusap rambut Arsen dengan lembut, "Minum obat kamu, abis itu tidur ya, Rega?"

Arsen mengalihkan tatapannya pada Naya yang tampak hampir menangis. Ia menatap gadis itu dengan tajam sedangkan Naya hanya bisa mengalihkan pandangannya agar tak saling tatap dengan abangnya itu.

"Papa tau kamu ga kasar. Emosimu kurang stabil akhir-akhir ini. Jadi, kamu harus minum obatmu. Banyaknya masalah bukan berarti kamu bakal begini terus, kan?"

"Iya, pa. Maafin Rega." ucapnya, namun ia masih melirik Naya dan melemparkan tatapan benci pada gadis itu.

Gadis itu keluar dari kamarnya bersama Razel tentunya. Arsen sendiri tidak paham. Emosinya yang tinggi dan tidak stabil seolah mengontrol perilakunya sendiri. Ia menjadi sangat kasar saat emosinya sedang tidak stabil.

Yang ia tau adalah, sekarang ia harus meminum obatnya.

~~~

2 orang gadis tampak berdiri didepan pintu toilet laki-laki. Mereka berdiri disana saat melihat Ganang dan Gazza masuk kedalam sana.

"Kiara, kayaknya mereka udah siap-siap keluar tuh. Mau masuk kedalem?" tanya salah seorang gadis itu, pada temannya

Gadis bernama Kiara itu menoleh kepada temannya yang baru saja bicara padanya, gadis itu menegakkan tubuhnya yang semulanya ia bersender malas pada dinding sekolah. "Lo yakin, Divya?"

Gadis bernama Divya itu membuka sedikit pintu toilet itu, keadaan koridor yang sepi membuat mereka tak perlu was-was kecuali jika 2 laki-laki didalam sana berteriak seperti anak perawan yang baru saja diintip ditoilet.

"Divya, mata lo kotor juga ya." desis Kiara, ia memutar bola matanya, malas.

Gadis itu terkekeh pelan, "Ayo masuk, orang ga ada apa-apaan kok."

Baru saja Divya hendak membuka pintu itu lebar-lebar dan masuk namun Ganang sudah lebih dulu membuka pintu dan hendak keluar namun langkahnya terhenti saat mendapati 2 gadis aneh itu berdiri tepat didepan pintu.

4 orang itu membeku bersamaan seolah-olah waktu terhenti saat itu. Gadis itu menatap Ganang dan Gazza dengan mata terbelalak namun sebaliknya, Ganang menatap mereka dengan tatapan santai seolah ia hanya hampir menabrak orang yang hendak lewat saja.

"Ngapain lu berdua?" tanya Ganang, nadanya sok dingin.

"Lo ga inget gue, Nang?" gadis bernama Kiara itu menunjuk dirinya sendiri.

"Inget. Kiara, mantannya Rega, kan? Ngapain lu disini?" laki-laki itu membalas dengan nada sombong sambil melipat tangannya didepan dada.

"Lo masih sekelas sama Rega?"

"Jangan ganggu dia, dia udah punya pacar. Lo udah tau kan?" balas Gazza, Ganang menoleh sekilas kearah temannya itu kemudian ia menyunggingkan senyuman miringnya seolah membenarkan ucapan Gazza.

"Geer lo!" ucap gadis itu, dengan nada ketus sambil melotot pada 2 laki-laki dihadapannya itu. "Gue cuma mau titip salam buat dia, gue..." gadis itu terdiam, ragu untuk mengucapkan hal yang belum pernah ia ucapkan seumur hidupnya. "Gue kangen dia."

Ganang hanya menyunggingkan senyuman mengejek, mungkin gadis bernama Kiara itu lupa bagaimana sikapnya dulu pada Arsen. Ia melangkah pergi, diikuti oleh Gazza yang langsung melewati mereka seolah mereka adalah makluk tak kasat mata.

Divya mendengus sebal kearah perginya Ganang dan Gazza, "Kiara! Mereka barusan--"

Sebelum gadis itu menyelesaikan omelannya, Kiara lebih dulu membungkam mulut gadis itu. "Cowok itu emang udah songong dari dulu. Ga jauh beda dari bos mereka."

"Bos mereka?" Divya berpindah, mensejajarkan dirinya dengan Kiara.

"Arsen Raditya Arkharega."

Ganang mendesah lelah, ia melambatkan langkahnya agar Gazza dapat mensejajarkan langkahnya. "Gila, pagi-pagi udah ketemu mantan gebetan yang dipacarin temen sendiri." desisnya, ia kembali mendesah lelah.

Dulu, Ganang memang dekat dengan Kiara. Laki-laki mana yang tak terpesona dengan kecantikan dan keanggunan gadis itu? Namun yang mendapatkan Kiara malah Arsen. Lebih tepatnya, Kiara malah jatuh hati pada Arsen dan menembak laki-laki itu dilapangan saat kelas 11 dulu.

Hubungan dua orang itu juga tak bertahan lama. Mereka hanya menjalin hubungan kurang lebih 3 minggu. Arsen memang cuek, ia tidak mengantar atau menjemput gadis manapun walau mereka statusnya adalah berpacaran.

Siapa yang menyangka, Kiara dendam hanya karena Arsen tak pernah menganggapnya pacar. Gadis itu menampar Arsen ditengah lapangan dan memutuskan hubungan mereka dihadapan banyak orang.

Walau saat itu Arsen tidak peduli karena ia juga tak pernah menyukai gadis itu. Namun pikiran orang lain justru berbeda, sebagian dari mereka merasa kasihan pada Arsen.

Tanpa mereka ketahui, harusnya gadis bernama Kiara itulah yang mereka kasihani. Bukan Arsen.

Continue Reading

You'll Also Like

48.4K 112 150
Rekomendasi wattpad • Geng motor • Osis • Misteri • Perjodohan • Perselingkuhan • Obsesi • Psychopath • Mature 🔞 Yang lagi bingung cari bacaan bisa...
908K 96.9K 45
Versi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengeksperesikan perasaannya. Ia memiliki prib...
4.8K 708 54
[Tersedia di Shopee dan Tokopedia] "Tidak ada orang yang akan baik-baik saja setelah ditinggal orang yang disayanginya, begitu juga denganku." Farikh...
1.9M 176K 62
JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan...