SEWU DINO (1000 HARI)

Oleh rifinsugiarto

354K 12.3K 487

Malam ini, gw akan menyajikan sebuah peristiwa kelam, atau bisa di bilang pengalaman mengerikan dari seseoran... Lebih Banyak

2001
Siapa Dela?
Pesan Mbah Tamin
Cayajati
Keluarga Atmojo
Sebuah Pesan
Dela Atmojo
Santet Sewu Dino
Jum'at Kliwon
Rumah Ini
Siapa Sengarturih dan Banarogo
Akhir Cerita
Pesan Penulis

Kematian Erna

21.4K 811 22
Oleh rifinsugiarto

Malam sudah datang, Sri ada di dapur, ia barusaja melihat Dini mengambil air, malam ini, tugasnya membasuh Dela di kamar, sedangkan Sri memasak untuk esok hari.

Erna ada di dalam kamar, sendirian, ketika tugas Sri selesai, ia berniat pergi ke kamar, firastnya tiba2 memburuk

saat ia menuju ke kamar, Sri berhenti sejenak, melihat Dini yg membilas Dela, ia melihatnya membilas tubuh anak malang itu dengan telaten.

kemudian, ia lanjut ke kamarnya, disana, Sri tercekat, melihat Erna memegang boneka itu, tanganya, tengah melepas rambut hitam itu.

saat Erna sudah melepaskan rambut yg melilit boneka, tiba2 terdengar suara Dini berteriak yg spontan mengejutkan Sri dan Erna, mereka segera melihat apa yg terjadi.

belum sampai ke kamar Dela, tiba2 sesosok merangkak keluar, menatap Sri dengan senyuman menyeringai,

Dela. pekik Sri dan Erna berbarengan.

sosok Dela melihat mereka sejenak, sebelum memuntahkan sesuatu di depan Sri dan Erna.

"telinga yg terpotong" kata Sri tidak percaya, ia melihat Dini menangis di kamar, memegang salah satu daun telinganya. sosok Dela kemudian pergi, keluar

sebelum Dela pergi keluar rumah, Sri sepintas melihat di salah satu kaki Dela, masih ada satu ikatan tali hitam, apa yg membuat Dela bisa lepas dari ikatan itu.

Dini masih menangis, sementara Erna cuma bisa diam tidak mengerti, kini, mereka menatap hutan gelap itu darisana,

mereka harus bertanggung jawab, mencari Dela di tengah hutan ini, atau orang tua itu akan membunuh mereka bertiga saat ia kembali esok hari.

Sri melangkah masuk ke dalam kamar, dimana, ia melihat Dini masih menangis, menutupi salah satu daun telinganya, ia hanya terduduk

"Din" tanya Sri, yg hanya di jawab tangisan penuh ketakutan, Sri mendekat, melihat lebih jelas, apa yg terjadi. disana, ia melihatnya, telinganya-

telinga Dini, benar-benar tampak robek dengan darah segar masih mengalir, Dini kehilangan satu daun telinganya.

ketegangan semakin membuncah, manakala Dini tiba-tiba berujar sebuah kalimat, yg Sri yakini sebuah pesan "Sewu dinone cah ki, kari ngitung areng"

(sisa waktu seribu hari anak ini hanya tinggal menunggu bara api padam/ kiasan hitungan jawa : waktu)

Sri bangkit dari tempatnya, lantas, melihat Erna yg masih tampak shock, "ayok di goleki cah kui, pumpung rung adoh"
(ayo kita cari anak itu, mumpung belum jauh)

Erna yg mendengar itu lantas langsung sadar dengan lamunanya, "he, golek cah iku, bengi ndedet ngene, gendeng koen" (apa, cari anak itu, malam petang seperti ini, gila ya kamu)

Sri yg mendengar itu, mendekati Erna, "awakmu gak paham ta posisine, yo opo nek wong tuwek iku eroh"

(kamu itu masih belum paham posisi kita ya, gimana kalau orang itu tahu)

sebelum Erna menjawab pertanyaan itu, ia membanting boneka itu, kemudian bertanya dengan nada keras

"TEROS IKI OPO, SOPO SING NDUWE BARANG NGENE, AWAKMU KAN"
(LALU INI PUNYA SIAPA, SIAPA YG PUNYA)

(INI PUNYAMU KAN)

Sri terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Erna, ia tidak tahu menahu, dan bilang memang karena benda itu semua ini terjadi, artinya, memang dia lah penyebab semua ini.

dengan setengah pasrah Sri berucap. "jogo Dini, biar tak cari cah iku"

(tolong jaga Dini, biar aku yg cari anak itu)

Sri mengambil satu lampu petromax yg tergantung dipawon (dapur) lantas ikut keluar, menembus kegelapan hutan yg sudah memanggil sedari tadi.

baru saja keluar, Sri bisa merasakan hembusan angin dingin yg langsung menusuk tulang, berbekal lampu petromax di tangan, Sri berlari entah kemana, mengikuti jalan setapak, berharap, ia masih bisa mengejar Dela yg bisa dimana saja, ia, tidak tahu, seluk beluk hutan ini.

sejauh mata memandang, hanya bayangan pohon, dan kabut tebal, yg Sri seringkali temui, sisanya, hanya suara gemeresak kakinya menembus semak belukar yg terkadang menggores kulitnya.

selain itu, hembusan nafas Sri lebih berat, karena ketakutan sudah menemaninya semenjak keluar

sudah tidak terhitung, berapa banyak ia melintasi pohon besar, mata Sri awas melihat sekeliling, sementara tangan dan kakinya meraba apapun yg bisa ia pegang hanya agar ia tidak terjerembab pada tanah yg tidak rata, namun, Sri masih belum menemukan tanda keberadaan Dela.

bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami, mencari Dela di tengah kegelapan hutan seperti ini, berjalan dari satu tempat ke tempat lain rasanya mustahil, mustahil ia bisa menyisir keseluruhan hutan, sampai, Sri merasa ia tahu dimana keberadaan gadis itu, semoga itu benar

Sri bisa melihat tempat itu bahkan dari jauh.

bayangan hitam besar, rimbun itu, seakan tidak kehilangan kengerianya sedikitpun, meski kaki Sri letih, menempuh jarak sejauh itu, ia mendekati pohon beringin itu, tempat dimana ia menemukan boneka itu.

terdengar suara langkah kaki Sri yg menembus semak, kini, ia berdiri tepat di bawah pohon itu, melihat Dela yg seperti sudah menunggunya, ia hanya duduk, menggoyangkan kakinya, seakan tahu, Sri akan menemukanya.

gerak tubuh Dela, membuat Sri tidak nyaman, terkadang, ia menggedek kepalanya, seakan tulang lehernya tidak dapat menyangga isi kepalanya.

"wong tuwek iku, rupane gak goblok yo" (orang tua itu, rupanya tidak bodoh ya) kata Dela, "percuma, aku ra isok metu tekan alas iki"

(percuma saja, ternyata, aku tetap tidak dapat keluar dari hutan ini)

Sri hanya diam, ia, juga bingung harus melakukan apa.

"wes cidek waktune, diluk engkas" (sudah dekat waktunya, sebentar lagi)

kalimat terakhir Dela seperti memberi isyarat tentang sesuatu.

"jek rong ngerti" (masih belum ngerti) "rambut sing di culi kancamu iku, mbok pikir opo" (rambut yg di lepas temanmu kamu pikir apa)

"rambut Dela" kata Sri menebak.

sosok itu mengangguk, "teros"

mata Sri terbelalak mendengarnya.

"mbok pikir aku sengojo mbujuk awakmu to" (kamu pikir saya sengaja menipumu kan) jek rong ngerti pisan (masih belum mengerti juga)

"Erna" kata Sri,

seketika itu, Dela tertawa, ia tidak pernah melihat suara tertawa semengerikan itu

Sri kmbali ke rumah tanpa Dela, langkah kakinya berat memikirkan kemungkinan yg Sri pikirkan dari tadi, dan saat ia masuk ke rumah, ia bisa melihat genangan darah

Sri mengikuti jejak darah itu, yg berakhir di kamar mereka, disana, ia melihat Dini, menutupi wajah Erna dengan kain

"Erna mati Sri, muntah getih" (Erna meninggal Sri, dia muntah darah)

Sri bisa melihat wajah Erna, hidung dan bibirnya, bersimbah darah, sama seperti patung yg Erna banting, dimana di bagian kepala si patung. hancur, sekarang ia tahu penyebab sebenarnya santet ini.

Sri akhirnya menjelaskan semua kepada Dini, apa yg terjadi kepada Erna, apa yg terjadi kepada Dela, apa yg di sembunyikan orang tua itu, apa yg tidak dikatakan tentang pekerjaan ini.

semuanya, berujung pada pemindahan santet saja, karena mereka yg memiliki garis weton sama

Sri mengambil boneka itu, menunjukkanya kepada Dini.

"boneka iki, media kanggo nyantet Dela, dibulet rambute Dela ket awal, sopo sing wani mbukak rambut iki, kudu siap konsekuensi nompo santet'e Dela, masalahe, nek wong biasa seng bukak, mek nekakno nyowo dados"

(Boneka ini, media untuk mencelakai Dela, di ikat rambut Dela sejak awal, siapa yg berani membukanya harus siap menerima konsekuensi santetnya si Dela, masalahnya, bila orang biasa yg melakukanya hanya mendatangkan kematian belaka)

"bedo maneh nek sing mbukak wetone podo karo Dela, yo iku kene, sisok mateni kene, isok ngeringano santet e Dela, aku yakin, boneka iki, gak mek siji, isok onok telu sampe sepuluh, aku gak eroh Din, tapi Erna wes dadi korban sawijine, kari awakmu karo aku"

(beda lagi bila yg membuka boneka ini satu garis weton dengan Dela, ya itu kita, bisa membunuh, bisa meringankan beban untuk Dela, aku yakin, bonekanya gak hanya satu, bisa tiga sampai sepuluh, aku tidak tahu. tapi, Erna sudah menjadi korban salah satu bonekanya, tinggal kita)

"goblok'ku, aku ra ngerti Erna bakal mbanting bonekane, boneka sing wes dadi ganti sukmane dee, nek bonekane rusak, sing mbukak ikatan kui, nompo akibat perbuatane"

(bodohnya aku, aku tidak mengerti kalau akhirnya Erna malah membanting bonekanya, yg sudah jadi pengganti penerimaan Santet itu, jadi bila boneka itu ikut rusak, dia juga akan menuntut balas akibat perbuatanya)

Dini yg mendengar itu, hanya diam, wajahnya kebingungan.

Malam itu, mereka lalui dengan akhir yg tragis itu.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

9.2K 242 5
Dari kisah nyata, sebuah perjalanan 7 kawan yang diselimuti kisah horror. Mending langsung baca aja dah
2.2M 35.6K 13
ingatan hitam yang menyeruak dan membuka tabir gelap sebuah peristiwa masa lampau yang perlahan merangkak naik dan menunjukkan kilasan kepedihan dari...
4.5K 236 6
Sama sekali tidak menyangka kalau tempat mereka berjualan malam itu adalah sebuah pasar hantu.
11.6K 221 3
Namaku Bulan, yang saat ini sedang jatuh cinta sendirian, karena mencintai dalam diam. Story by Lovepottion