Frozen's Love

By Mei-kss75

110K 15.2K 3.9K

Awalnya Dita cuma penasaran kepada Galen, cowok pindahan dari Manhattan yang sifatnya sedingin es. Yang nyari... More

Lilis Pramudita √ ¹
Galen Fahnrio √ ²
1. Nasi Goreng
2. Ini Namanya Jodoh!
3. Aquamarine
5. Tragedi Rooftop
6. Galen Tsundere!
7. Restoran
8. Sesosok Tamu
9. Kakaknya Galen
10. Telepon Tengah Malam
11. Maaf
12. Manis
13. Tak Terduga
14. Salah Duga
15. Terungkap
16. Rapuh

4. Kunjungan

5.1K 860 253
By Mei-kss75

"Entah apa yang merasukimu, hingga kau tega mencuri uangku.. uwoooo.."

Bibir Dita sedari tadi tak berhenti bersenandung walaupun cewek itu sedang sibuk mengepel lantai. Duh, salahkan mamanya yang menghukum ia seperti ini, padahal ia hanya memutar speaker lagu ke volume tertinggi. Biasalah, pelampiasan hatinya yang jedag-jedug karena perbuatan Galen.

"Yang bersih ya, bik. Nanti saya naikin gajinya!"
Seorang cowok berumur sekitar 20-an muncul dan mengejek Dita. Cowok berpakaian nyentrik dan berambut jabrik—yang notabenya adalah abangnya Dita, tertawa penuh bahagia.

"Diem lo! Orang lagi capek malah diejek, mana diketawain lagi!" Dita bersungut-sungut sambil menginjak-injak kotoran di lantai yang membandel.

Satria Langit Dirgantara, kakak dari Dita itu kembali mengejek. "Makanya kalau bodoh itu jangan keterlaluan. Tahu mama lagi sakit gigi, lo malah nyetel musik kenceng!"

Wajah Dita tertekuk kesal tanpa bisa menjawab perkataan dari abangnya lagi . Sebagai gantinya, ia mengangkat ember air dan langsung menyiramkannya kepada Satria.

Alhasil pakaian Satria menjadi basah semua, padahal cowok itu baru saja mandi. Dan what?! Ini air bekas mengepel!

"Gua baru mandi, njing!" Satria mengumpat kesal karena merasakan air yang meresap sampai ke kulitnya.

"Ya mandi lagi dong, Bang Sat!" Jawab Dita santai yang membuat Satria semakin bertambah kesal.

"Jangan manggil gua kayak gitu!!"

"Ngapa? Suka-suka mulut gue dong!"

Satria hendak maju dan memberi pelajaran, namun harus terhenti ketika melihat macan betina datang dengan membawa tongkat bisbol.

Melihat dari raut wajahnya saja, Dita dan Satria langsung yakin bahwa sebentar lagi mereka akan mendapat ceramah tujuh hari tujuh malam.

"Ada yang mau ngomong lagi?" Mama Gischa berkata pelan namun matanya melotot ganas. Giginya yang sakit mengakibatkannya tidak bisa berteriak.

Dita dan Satria kompak menggeleng cepat. Mama mereka ini kalau dalam mode marah, tidak tanggung-tanggung akan menceramahi sampai ludahnya kering.

"Udah berapa kali mama bilang teh, gigi mama itu lagi sakit! Kalian ini jadi anak nggak pengertian sama sekali! Kalau kalian teriak-teriak terus, mama jadi nggak sembuh-sembuh! Coba kalian pikir kalau mama belum sembuh, siapa yang bakalan masak? Kalian? Langsung metong mama abis makan! Mama cuma pengen kalian itu ngertiin posisi mama! Kalian enak engga sakit,  mama nih nanggung sakit luar biasa. Mana obat bentar lagi abis, kalian nggak ada yang beliin, eh ini malah teriak-teriak kayak lagi di hutan aja! Dipikir ngedengerin suara kalian itu gigi mama nggak sakit apa! Mama cuman pengen tenang sampai gigi mama sembuh, eh kalian malah—"

Ting tung!

Suara bel pintu berbunyi, membuat omelan dari Mama Gischa harus terhenti. Hal itu juga  membuat Dita dan Satria kompak bersyukur dalam hati.

"Ck, ganggu!"
Dengan kesal, Lilis Pramugischa berjalan ke ruang depan untuk membuka pintu.

Dibelakangnya tampak Dita dan Satria yang mengekor karena kepo. Siapa kira-kira tamu yang menyelamatkan hidup mereka ini?

Mama Gischa membuka pintu, menampilkan seorang cowok yang mengeluarkan senyuman secerah mentari.

Namun Mama Gischa tak terpengaruh. Ia bertanya ketus kepada cowok bertampang pas-pasan di depannya ini, "Siapa?"

"Juna, tante." Juna menjawab ramah. Matanya melirik Dita yang menatapnya sengit.

Mama Gischa hendak berkata sesuatu, namun terpotong saat matanya menangkap sesuatu yang luar biasa di belakang Juna. Dengan spontan ia menggeser tubuh Juna untuk memperjelas pandangannya. Dan bibirnya langsung ternganga.

Dita pun juga ternganga. Namun bukan karena kagum, tapi karena kaget tidak menyangka.

Sosok yang menjadi objek pandangan, yang tidak lain adalah Galen—hanya diam dengan cueknya.

"Ya ampun!!"

Cup! Cup!

Tak lama kemudian bibir Mama Gischa sudah mendarat di kedua pipi Galen.

Tidak!!
Dita menjerit tanpa suara saat melihat mamanya mendahului dirinya mencium Galen.

Sedangkan Juna dan Satria kompak mendelik tak suka. Apalagi saat melihat Galen yang tetap cuek dan tak merespon apapun.

"Ayo masuk, ganteng!" Dengan ceria, Mama Gischa mendorong kursi roda Galen menuju ke ruang tamu.

"Sakit gigi mama langsung sembuh tuh kayaknya." Celetuk Dita.

Satria hanya mengangkat bahu. Lalu kemudian berkata, "Bodo amatlah! Gua mau ganti baju!"

Dan Satria pun pergi. Meninggalkan Dita yang mengajak Juna menyusul mamanya.

"Duh, kamu kok ganteng banget sih!" Mama Gischa menahan diri untuk tidak memeluk Galen dan mencubit hidungnya. "Kamu ini pasti bule! Asalnya dari mana?"

"Amerika, ma."
Dita menjawab, lalu kemudian duduk berseberangan dengan Galen.

Dan Juna duduk di sebelah Dita. Cowok itu manyun, "Tante, Juna itu lebih ganteng dari Galen loh!"

"Oh jadi nama kamu Galen, bagus banget namanya!" Dan sialnya Mama Gischa malah tak menggubris Juna.

Juna semakin manyun, dan Dita tertawa ngakak.

"Eh anjir!" Dita menepuk-nepuk bahu Juna hingga membuat Galen melirik sekilas cewek itu.

Mata elang milik Galen menatap langsung ke manik mata Dita yang berwarna cokelat. Ada kilatan kecewa terlihat di mata Galen. Kenapa?

"Galen mau minum apa? Biar Juna yang buatin!" Tawar Mama Gischa. Juna membelalak kaget.

"Tidak perlu." Jawab Galen singkat dan terkesan acuh tak acuh.

"Ah nggak apa-apa. Juna, bikinin jus buat Galen-ku yang ganteng ini. Buruan!" 

Akhirnya dengan ogah-ogahan Juna pergi ke dapur. Duh, Juna tuh nggak bisa diginiin!

"Tante, Juna ngga tau dapur dimana." Juna mengeluh.

"Dita anterin!"

Okay, sepertinya mamanya ini sedang modus mau berduaan dengan Galen. Anjay, inget papa di luar negeri, mah!

By the way, papa Dita sekarang sedang ada proyek di luar negeri yang mengharuskannya untuk tinggal beberapa minggu di sana. Alhasil Mama Gischa pun bebas menguasai rumah! Membuat Dita dan Satria harus selalu bersabar mendengar ceramahan tiap hari.

"Eh, Junet. Kok Lo bisa sih pergi ke rumah gue bareng Galen?" Tanya Dita saat sampai di dapur. Itu adalah pertanyaan yang memenuhi pikirannya sedari tadi. Hampir mustahil gitu kalau Galen mau pergi ke rumahnya.

"Tadi Galen ke rumah gue, terus ngajakin ke rumah lo. Gue tanya mau ngapain, eh dia malah diem-diem bae."

Juna menjawab sambil membuka kulkas untuk mengambil jus kemasan dan menuangkannya di gelas. "Btw, abang Juna tersakiti tau. Kegantengan abang Juna seperti tidak dianggap!"

"Sejak kapan lo ganteng? Muka mirip pantat panci aja sok lo!" Cibir Dita. Cewek itu merebut segelas jus dari tangan Juna, dan tanpa menunggu—ia melenggang pergi.

Juna sendiri menggembungkan pipinya dengan  ekspresi melas. "Kenapa sih nggak ada yang percaya kalau gue ganteng?"

Mari kita tinggalkan Juna. Beralih ke ruang tamu, Mama Gischa kembali membuat ulah. Ibu-ibu itu menyuapi Galen roti kering hingga membuat pipi Galen menggembung. Dia tersenyum penuh bahagia, dan sama sekali tidak terpengaruh dengan aura dingin yang menguar dari balik tubuh Galen.

Padahal Dita yang baru saja datang langsung bisa merasakan hawa-hawa kurang enak. Badannya spontan bergidik, ia mengusap lehernya.

"Ma, jangan disuapin terus dong! Udah penuh itu!" Protes Dita kemudian. Dasar emak-emak!

Dita menggeser mamanya agar duduk di sebelah Galen. Ia dengan sok lembut memberikan jus kepada Galen. Dan Galen tanpa menolak, meminum jus dari Dita.

"Eh Galen, mama kasih tahu. Kamu jangan mau deket-deket sama Dita, dia itu jarang mandi. Mending deket-deket sama tante!" Ujar Mama Gischa yang hendak meraih tangan Galen. Namun sudah terlebih dahulu ditepis oleh Dita.

"Apaan sih, ma!" Dita mendelik sebal.

Dalam sudut pandang Galen, Dita dan mamanya sama-sama cerewet. Membuatnya merasa sedikit risih dan ingin segera pergi. Lagipula tujuannya datang kemari ternyata tidak membuahkan hasil.

"Ih, mama hampir lupa. Minta nomor kamu dong, Galen-ku sayang!" Mama Gischa mengeluarkan ponselnya dari kantong daster. Lalu memberikan ponselnya kepada Galen.

Dita tercengang. Apalagi ketika Galen tak menolak dan memberikan nomornya. Dengan santai cowok itu menyimpan balik nomor mamanya. WTF! Dita nggak rela!!

"Makasih, jadi tambah ganteng deh." Puji Mama Gischa sambil mencoba menelepon nomor Galen.

Drrt.. Drrt..

Ponsel Galen bergetar, sebuah panggilan masuk tentunya dari Mama Gischa. Namun Dita yang tak sengaja melihat layar ponsel Galen, mau tak mau harus membelalak kaget. Hampir mendekati jantungan.

Mama mertua is calling..

——————————
TBC.

Come on komen yang banyak gaes, biar aku cepet update 😰

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 107K 57
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.1M 79.9K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.4M 132K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...