Trapped (Terbit) ✓

Da Isarsta

4.7M 346K 4.4K

[Pemenang Wattys Award 2020 Kategori Romance] #Highest Rank 1 in Chicklit (01-01-2020) #Highest Rank 1 in Met... Altro

[Blurb]
Prolog
01. He's Devil
02. Banyak Maunya!
03. Produk Gagal Move On
04. Nightmare
05. Crazy Morning
06. Meet Old Friend
07. Hadiah
08. Pertunangan Yuki
09. Masalah Ari
10. Meet Daniel
11. Bolos Ngantor
13. Jika Waktu Dapat diputar Kembali
14. Gosip
15. Anniversary Daniel's Parents
16. Berdebar (lagi)
17. H-1
18. Ayu Birthday
19. Enplane
20. Bali
21. Bali (B)
22. Bali (C); Pesta
23. Bali (D); Pantai
24. Pulang
25. Bandung
26. Bandung (2); Hug
27. Kentjan?
28. Gagal ke Monas?
29. Little Kiss
30. Resign
31. Hurting
32. Curhat
33. Menghindar
34. Bertemu
35. Penjelasan
36. Keputusan
37. Haruskah?
38. I'm Sorry
39. Tentang Pitaloka
40. Tentang Pitaloka (2)
41. First Meet
42. Gimana Bisa?
43. Trapped (End)
Epilog
Hello🌻
Chapter Tambahan (1)
Chapter Tambahan (2)
Thank You🌻
Weekend Sale, lagi!

12. Chicken Wings dan Siluman Tikus Got

89K 7.6K 41
Da Isarsta

Sial! Ini sudah ketiga kalinya aku typo karena tidak fokus bekerja. Kejadian kemarin benar-benar membuatku gila. Masalahnya, sejak kejadian itu hatiku rasanya jadi tak menentu. Ada rasa yang tumbuh tanpa diduga dan jelas itu kesalahan yang nyata.

Aku mengembuskan napas panjang, kemudian kembali menyalin laporan keuangan bulan lalu, sesuai perintah Dewa. Jantung kampret! Kenapa lo berdebar genit cuma gara-gara inget nama Dewa, sih?!

Saat sedang merutuki jantungku sendiri, tiba-tiba telepon di mejaku berdering nyaring lalu dengan segera aku mengangkatnya. Ternyata telepon itu dari Dewa—shit jantungku—pria itu menyuruhku ke ruangannya.

Aku mengangguk. “Baik, Mas,” ujarku sebelum mematikan telepon.

Aku segera berdiri dari dudukku, lalu segera beranjak ke ruangan Dewa setelah menaruh gagang telepon kembali ke tempatnya. Namun, langkahku berhenti saat selangkah lagi aku sampai di depan pintu ruangan bosku itu.

Aku menggigit bibir bawahku untuk meredam detakan jantungku yang menggila. Setelah itu aku menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Setelah dirasa gejolak di dadaku sedikit reda, aku segera membuka ruangan Dewa dengan tangan yang gemetaran setelah pria itu mengizinkanku masuk.

Aku berdeham pelan. “Ada yang bisa saya bantu, Mas?” tanyaku sopan. Syukurlah suaraku yang bergetar tidak terdengar seperti tikus terjepit pintu.

Dewa mengalihkan pandangannya ke arahku. Aku tertegun beberapa saat, karena Dewa yang menggunakan kacamata benar-benar terlihat sangat menawan. “Pitaloka!” panggil Dewa.

Aku mengerjap polos. “Eh, ya, Mas?”

Dewa berdecak. “Kamu denger saya nggak?”

Aku meringis kecil. “Mmm ...”

“Lain kali konsentrasi, Pitaloka,” ujar Dewa datar.

Aku menunduk. “Maaf, Mas,” ujarku penuh penyesalan.

Dewa mengembuskan napas panjang, kemudian mengangguk mengerti. “Kamu turun makan siang, ‘kan?” tanyanya.

Aku mengangguk mengiakan. “Iya, Mas.”

“Kalo gitu tolong belikan saya ayam di KFC depan, ya!” perintahnya.

Mata sialan! Berhenti menatap wajah Dewa seperti itu!

Aku meneguk ludah kasar. “Baik, Mas, kalo gitu saya permisi dulu.” Lalu dengan tergesa aku segera beranjak meninggalkan ruangan Dewa. Karena berdekatan dengan makhluk berkromosom XY itu tidak baik untuk kesehatan jantungku. Bagaimana bisa sebuah pelukan berefek se-dahsyat ini?

“Nggak ke kantin?” tanya Ayu saat kami kebetulan bertemu di lobi.

Aku menggeleng. “Nggak. Gue mau beli ayam di KFC depan,” jelasku.

“Mau diet tai kocheng!” ejek Ayu.

Aku memutar bola mata malas. “Yang mau ayam si Dewa. Gue, mah, mau nitip soto betawi sama lo. Tolong, sekalian taro di meja gue, ya! Pake duit lo dulu, ya, beb? Thank you and love you darling!” godaku seraya terkekeh pelan.

Ayu mendengkus keras. “Kampret lo! Tau gitu mending gue tadi pura-pura nggak kenal aja!” kesalnya yang sontak membuat tawaku pecah.

“Eh, Mbak Pita, saya ikut ke KFC dong! Dari kemaren pengen banget makan burger,” mohon Indah.

Aku mengangguk semangat. “Yuk! Daripada gue sendirian kaya orang ilang.”

Ayu tersenyum smirk. “Halah, selama dua puluh sembilah tahun hidup, lo juga sendirian mulu, tuh!” ejeknya.

“Kampret!” makiku. Kemudian aku mengedip genit. “Ngaca bro!”

Ayu mencibir ke arahku, tapi aku abaikan. Aku mengapit lengan Indah, kemudian segera pergi ke restoran cepat saji yang berdiri tepat di depan kantor ini.

Di KFC kami mengantre cukup panjang. Maklum, sih, karena sekarang jam makan siang. Para karyawan lain juga pasti ingin mengisi perut mereka yang keroncongan setelah bekerja berjam-jam.

Aku mengantre di barisan kelima, sedangkan Indah berdiri tepat di belakangku. Setelah mengantre sekitar lima menit lebih, akhirnya tibalah giliranku.

Chiken wings-nya satu, ya, Mbak!” pesanku seraya tersenyum manis.

“Maaf, Ka, chicken wings-nya habis. Tinggal paha nggak papa?”

Aku berpikir sejenak. Namun, akhirnya mengangguk setuju. Ya, mau bagaimana lagi, ‘kan? Daripada aku nggak beli sama sekali. Sekarang, sih, aku cuma bisa berdoa, semoga Dewa juga suka paha ayam, nggak cuma suka paha you know-lah.

Tak menunggu lama, pesanan paha ayamku siap dan aku pun langsung mengucapkan terima kasih setelah membayar. “Terima kasih, Mbak!”

“Sama-sama. Terima kasih sudah mampir!”

Aku mengangguk sebelum pergi dari antrean dan memilih menunggu Indah di salah satu kursi yang kosong. Ketika aku tengah menunggu Indah seraya memainkan ponsel, tiba-tiba seseorang duduk di depanku. Membuat aku refleks melotot. What the hell! Dari banyaknya restoran cepat saji yang menjamur di Jakarta, kenapa tikus got satu itu harus mampir ke sini, sih?!

“Hai, Pitaloka. Nggak nyangka kita bisa ketemu di sini. Keajaiban semesta benar-benar luar biasa, ya?”

Keajaiban semesta pala lo peang!

“Eits, jangan ngeliat aku pake pandangan curiga gitulah. Aku bener-bener nggak ngerencanain makan siang di deket kantor kamu, kok. Tapi klienku yang minta,” jelas Arjuna.

Lo pikir gue peduli gitu? Nggak dong Paijo!

Aku memutar bola mata malas. “Lo sebenernya maunya apa, sih?” tanyaku datar.

Arjuna tersenyum manis. “Ngasih ini,” ujarnya seraya mendorong paper bag ke arahku. “Itu isinya chicken wings. Tadi aku nggak sengaja denger percakapan kamu sama pelayan resto, kamu minta sayap tadi udah abis, ‘kan? Jadi, ini buat kamu aja,” jelasnya tanpa ditanya.

Aku tertawa sumbang. “Besok-besok kalo lo nggak sengaja ketemu gue lagi, lo pura-pura nggak kenal gue aja. Gue benci sama orang yang suka basa basi super basi.”

Arjuna mendesah keras. “Oke, oke, aku mau minta maaf!”

Aku menatap Arjuna sinis. “Minta maaf buat apa?”

“Buat semuanya dan buat perkataanku malam itu. Sumpah, Pita, aku nggak bermaksud....” Arjuna menggantung ucapannya.

Sontak aku tertawa keras. “Nggak bermaksud apa? Nggak bermaksud bilang kalo tubuh gue menjijikkan gitu?” tanyaku dengan suara bergetar. Sesak itu kembali menghantam dada dengan brutal.

Arjuna menggeleng pelan. “No, Pitaloka. Aku yang salah, mulutku yang—“

“Emang mulut lo yang busuk! Bukan tubuh gue yang menjijikkan!” potongku.

Setelah itu aku segera beranjak dari dudukku dan menghampiri Indah yang tengah berjalan ke arahku dengan raut wajah bertanya.

“Pitaloka, please, aku tau aku salah dan mulutku bener-bener busuk. Tolong dengerin aku dulu!”

Aku meminta tolong kepada satpam untuk mengusir Arjuna yang terus mengikutiku sampai lobi kantor, dan aku dapat mendengar makian kasar dari mulut Arjuna saat satpam yang kumintai tolong menahan tubuh Arjuna agar tidak mengikutiku lagi.

“Mbak Pita nggak papa?” tanya Indah khawatir saat kami berdua sudah ada di lift.

Aku membasahi bibirku yang kering. “Nggak papa, kok.”

Indah hanya mengangguk mengerti. Walau aku yakin gadis itu punya banyak pertanyaan di kepalanya. Saat lift berhenti di lantai tiga, Indah izin keluar lebih dulu. “Saya duluan, ya, Mbak.”

Aku mengangguk. “Ya.” Begitu Indah keluar dari lift dan meninggalkan aku sendirian di kotak berbentuk balok itu, tubuhku langsung terasa lemas. Aku menyender di dinding lift agar tubuhku tidak luruh ke lantai.

Kejadian malam itu kembali memenuhi kepalaku. Berputar seperti kaset rusak dan mencipta denyut menyakitkan yang berpusat di dada kiriku. Rasanya benar-benar menyesakkan.

Kamu menjijikkan, Pitaloka ....

Tubuhmu menjijikkan, Pitaloka ....

Pitaloka, Your body very disgusting ....

Perkataan itu terus berdengung di telinga membuat kepalaku pening, lalu tiba-tiba kegelapan merengkuhku. Brak!

***

Continua a leggere

Ti piacerà anche

2.6M 313K 47
(Spin Off End Up With Him, Bisa dibaca Terpisah) Inggrit Clarissa Surendra tinggal jauh dari kedua orangtuanya yang menetap di London. Tapi, tiba-tib...
2.2M 218K 41
Sherenada tidak pernah ingin berhubungan dengan pria menyebalkan seperti atasannya yang selalu membuatnya lembur berhari-hari hingga seseorang makhlu...
1.6M 170K 37
Ranking : #1 Chicklit (4-6 Desember 2019) #2 Chicklit (29-30 November, 1-4 Desember 2019, 29-31 Maret 2020, 1-2 April 2020) #2 Romance (30 November...
1.3M 38.9K 16
[Nagara Univers ~ 1] Erien merasa dunianya terguncang saat Mama membawa kabar buruk ketika harinya sedang buruk. Dengan omongan asal Erien yang bilan...