RINDANG [END]

By naya_hasan

1M 118K 16.1K

[Sebagian chapter diprivate] Rindang bersyukur mendapat tawaran pekerjaan. Tapi, kebahagiaannya hanya sementa... More

Welcome to York!
Prolog
02. Welcome to (Hell) York
03. The Tale of Rkhirkhin
04. Chocolate & Oreo Milkshake
05. Anomali
06. Telunjuk
07. Lampu Merkhah
08. Miss or Missed?
09. Apel dan Cinta Terlarang
10. Worst Memory
11. Harta Karun
12. Pada Bulan, Dengan Malu
13. Cemburkhu
14. Apple Scene
15. Siram, Tidak?
16. Quote
17. The Queen's Red Carpet
18. Lily
19. Lalu, Siapa?
20. Daun Tangan
21. Melon Bread
22. Safe Haven
23. All The Wrong Things
24. Teduh
25. Derai hujan
26. Jarak Jangkau
27. Shaped Like Rain
28. Hai!
Chapter 29 - 32
32. Ever After [END]
Extra Chapters & Epilog
Another Extra [1] The Wedding
Another Extra [2]: Let's Have A Baby
Another Extra [3]: The Baby

01. A (Not So) Brand New Day

57.4K 4.7K 175
By naya_hasan

Kalau begini aku pun jadi sibuk~ berusaha mengejar-ngejar dia.

Matahari menyinari semua perasaan cinta, tapi mengapa hanya aku yang dimarahi~ 
🎵

Kuliah lima SKS. Dompet tertinggal, hingga aku tidak makan siang di kampus. Dilanjutkan, wisata kuliner dari Ujung Kulon ke ujung dunia di mata kuliah Kudapan dan Minuman Nusantara. Jika aku tidak mati sekarang, aku pasti punya sembilan nyawa.

Tubuhku sudah rontok. Di depan pintu kamar asrama, aku menyadari ruangan itu bukan kamarku lagi. Kamar baruku bernomor 312. Aku tidak ingin memikirkan hal lain. Aku hanya ingin pingsan di tempat empuk. Jadi, ketika berhasil menyeret koper, meniti tangga, hingga tiba di kamar baru, aku segera meletakkannya di sisi pintu. Aku melepas kemeja, menyisakan kaus dalam tipis, lalu melompat ke tempat tidur tingkat bagian bawah.

Dengan posisi tengkurap, kaki dan tangan terbuka lebar, punggungku seperti dipijat. Leganya. Senangnya. Dua kipas angin yang menyala membuatku mengantuk.

Aku nyaris tertidur.

Tapi, tunggu!

Kipas angin? Asrama tidak menyediakan kipas angin gratis! Dan benda itu menyala...

Mataku terbuka lebar. Seketika aku duduk, dan menyadari aku bukan satu-satunya yang berada di ruangan itu. Tidak jauh dari koperku, ada koper lain dan tumpukan baju.

Parahnya, belum berhasil aku pulih dari rasa kaget, pintu menguak terbuka. Seseorang berdiri di sana. Tegap, basah, dan hanya mengenakan handuk yang melilit longgar di pinggulnya.

Sialan.

"WOIII!!"

Pada utas tersebut, tersemat ilustrasi dua pemuda. Mereka sama-sama ramping, dan memiliki wajah yang membuat para gadis penyuka manga menjerit tertahan. Terlebih, ilustrasi tersebut menggambarkan keadaan seperti dalam cerita. Tokoh Win, cowok berambut cokelat madu, duduk di atas kasur dan Akbar, tokoh dengan aura dingin dan rambut hitam pekat, berdiri di pintu dalam keadaan sehabis mandi.

Rindang tersenyum. Ada 288 suka, 92 retweet dan sekitar 60 komentar sejak diunggah tadi malam. Utasnya kali ini mendapat nyaris dua kali lipat tanggapan, melebihi biasanya. Memang semua orang dimana-mana menyukai hal seperti ini.

@B1B2_lover HUAAAA, APA INI?! ABAI, JANGAN MENODAI MATA WIN-KU YANG POLOS!!!

@bucanbucin0001 ceritanya seru. next, thor!

@dheadhea_ Aaaa makin seruuu >,< gambarnya keren banget! Makin sayang aku sama kamu <3 Semangat author!

Rindang menutup ponselnya dan berguling di bawah selimut. Memeriksa akun jejaring sosial yang dimanfaatkan untuk membagikan karya gambar dan tulis, Rindang tidak merasakan kantuk. Padahal, semalam ia begadang menemani Urasa membuat tiara. Memang tidak diminta, tapi sebagai penumpang rumah yang baik, Rindang berinisiatif. Meskipun begitu, Rindang tetap enggan untuk bangun.

Ada satu pertanyaan yang datang berulang dan berputar di otak Rindang, nyaris setiap hari: kenapa kalau pagi berbaring di atas kasur lusuh miliknya selalu terasa seperti berbaring di atas tumpukan awan? Terlalu nyaman untuk ditinggalkan. Dan entah kenapa ..., hari ini, magnet yang ada, terasa seratus kali lebih kuat. Memeluk Rindang dalam posisi meringkuk.

Entah karena hari ini adalah hari wawancara, ataukah ini cara firasatnya bekerja? Seolah, di ujung sana ada hal buruk sedang menantinya.

Setelah hampir genap tiga bulan menyandang status gembel pengangguran, Rindang akhirnya dipanggil untuk walk-in interview. Seharusnya Rindang bangun dan mandi sekarang karena wawancaranya akan dimulai dalam─Rindang mengecek jam di ponselnya, lalu terbelalak. Tidak sampai satu jam lagi! Rajungan!

Rindang berlari ke kamar mandi, tersandung selimut, jatuh, dan mengheningkan cipta selama beberapa saat untuk mengenang rasa sakit. Hingga, ia teringat bahwa ... kurang dari satu jam lagi! Ia harus mendapatkan pekerjaan ini. Ia tidak boleh terus menerus jadi gembel dan menumpang pada Ursa.

Ketika susah payah meluruskan rambut dengan jari, Rindang mendengar ribut-ribut di luar. Siapa lagi kalau bukan Sashi? Tetangga sekaligus sahabatnya sejak SMA. Sashi sedang beradu mulut dengan Ursa di depan pintu.

"Lin!" panggil Sashi begitu matanya menemukan Rindang. "Lo bukannya ada jadwal interview? Sumpah, ya! Jam segini lo masih piyamaan? Niat kerja, nggak, sih?"

"Enggak. Niatnya asal hidup aja, kalo bisa," jawab Rindang asal, lalu berlalu ke dapur dan menyalakan kompor. Tidak ada waktu untuk berlari ke depan dan memesan bubur ayam, maka hanya sahabat di lemari yang bisa diandalkan di saat seperti ini; mi goreng.

"Baju sudah siap? Sepatu? Pertanyaan yang mungkin ditanya nanti, sudah?! Sarapan? Sarapan itu penting, lho, Lin!" Sashi memberondongnya. Persis seperti wartawan yang ingin meliput gosip artis.

"Iya, Nyonya. Ini juga mau sarapan," ringisnya.

Rindang meraih sebungkus mi instan dari lemari atas dan meletakkannya di atas meja. Sembari menunggu air untuk merebus panas, ia kembali berlari ke kamar mandi. Mandi kali ini ia akan menggunakan jurus 'siram sabunan no shampoo no jutsu' agar ringkas.

Lima belas menit adalah waktu yang diperlukan agar Rindang layak pandang. Ia keluar kamar dengan napas yang sudah mulai ngos-ngosan, mengenakan celana bahan warna cokelat dan kemeja putih. Ia juga menggunakan jepit rambut yang menyembunyikan poni, hingga menyatu dengan rambut berpotongan bob di bawah telinganya. Semoga jepit rambut keberuntungan yang dibuatkan Ursa pada hari kelulusan itu, dapat menyelamatkannya hari ini.

Sashi tidak lagi terlihat. Hanya anak laki-laki berumur empat tahun dengan wajah yang diwariskan cukup telak oleh Sashi, Aru namanya. Aru bersama Ursa. Sepertinya Ursa kembali memangku jabatan sebagai baby sitter.

Tiba-tiba, mata Rindang menatap kosong ketika bersirobok dengan tatapan Ursa, seolah teringat sesuatu. Ia berlari kembali ke dalam kamar demi menyiram Chacha dan Bibi, dua kaktus yang ia pelihara.

"Lilin berangkat wawancara dulu, ya. Kalian doa'in Lilin!" ujarnya pada kaktus. "Gue berangkat, guys!" ujarnya pada sahabat dan keponakannya disertai lambaian.

Di depan pintu, lagi-lagi Rindang buru-buru mengerem langkah untuk berbalik dan mengacak rambut Aru. Ia mengecup pipi bakpao Aru singkat. "Doain Aunty Lilin, ya. Doa'in gue, sodari Ucha," katanya, dengan pelafalan huruf R yang jauh dari sempurna.

Rindang kembali berlari. Tapi sekali lagi, untuk kali ketiga sepagian ini, ia berbalik dan menatap teman-temannya dengan senyum sungkan. Tatapan Rindang berhenti pada Ursa.

"Tapi ... kalo kali ini gagal lagi, lo masih mau nampung gue, kan, Cha?"

***

Tiga puluh tiga menit lima belas detik tepatnya Rindang terlambat. Ia memarkirkan Fino 2015 miliknya di halaman parkir York. Setelah melepaskan helm dan mengelap keringat sebentar akibat mencoba mengebut di jalanan yang macetnya selalu ngajak istigfar itu, Rindang meluruskan kemeja putihnya dan menarik napas. Gugup, tentu saja. Apalagi rekor terlambatnya tidak kira-kira. Di hari wawancara pula! Kurang ajar sekali manusia satu ini memang. Hanya tempat yang desperate karyawan saja yang bakal mau menerimanya.

Semoga tidak apa-apa. Semoga diterima, rapalnya dalam hati.

Berjalan melewati jalanan bebatuan timbul, York masih sama seperti pertama kali Rindang melihatnya, bahkan lebih menakjubkan.

Kafe itu mengingatkannya pada desa-desa di Inggris. Dari plang nama kayu seukuran paha orang dewasa yang tergantung di sisi pintu bertuliskan York. Dengan meja-meja bulat dan kursi-kursi kayu di bagian terasnya, dikelilingi tanaman hijau dalam pot-pot dan bohlam-bohlam putih yang bergelantungan di atasnya, membentuk satu estetik. Ketika ia mendorong pintu, ada lonceng yang berdentang.

Suasana di dalam kafe masih seperti taman. Dengan dinding bata putih kemerahan, rak-rak kayu kecil bersusun serampangan, namun berpola di sepanjangnya, berisi beberapa pigura foto, buku-buku, dan tanaman-tanaman hias kecil. Jendelanya dicat putih. Ada cukup banyak sehingga memberikan cukup sinar matahari ke dalam ruangan. Atapnya tinggi dan pada dinding bagian atas yang seharusnya kosong, menjulur tanaman hijau merambat dalam jumlah yang pas, sama seperti di depan kafe tadi.

York. Dengan dominasi warna alamnya, memberikan kesan sejuk di tengah udara Jakarta yang sesak.

Rindang celingukan di kafe yang masih sepi. Hanya ada beberapa orang di sana; seorang laki-laki tinggi di balik meja bar menatapnya sekilas, lalu berpura-pura tidak pernah melihatnya, dua orang gadis tampak bergosip di pojokan, dan seorang laki-laki sepertinya sedang asyik main game di ponsel di dekat colokan.

Rindang berdiri di belakang pintu. Ia kebingungan siapa yang harus ditanya, sampai matanya menemukan seorang wanita berambut sepundak berjalan ke arahnya.

"Where have you been?"

Pertanyaannya menohok telak. Rindang tersenyum tidak enak pada Mbak Fany. "I'm sorry, I was trapped in the traffic jam, Miss."

"That's okay," kata Mbak Fany datar. Mulutnya bilang tidak apa-apa, tapi wajah judesnya seolah menunjukkan sebaliknya. Duh, belum apa-apa, Rindang sudah gentar punya atasan semacam ini.

"Spadaaaa!!!"

Lonceng di pintu kafe berdentang keras, nyaris terpental, ketika tiba-tiba saja seseorang masuk. Sosok itu menarik perhatian semua orang di ruangan. Tanpa terkecuali.

"Eh, itu pintu mahal! Hati-hati, dong! Emang kalo rusak, lo mau ganti?!" omel Mbak Fany dengan wajah sangarnya.

Sementara si tersangka, hanya nyengir. "Tenang. Ginjalnya Ucup ada dua, kok," balasnya seraya menarik ponsel yang dari tadi 'Ucup' mainkan. Laki-laki dengan kaus hitam kebesaran itu protes, namun laki-laki yang baru datang ini tidak mengindahkan. "Main ML terus lo! ML beneran kapan?!"

Ia menyimpan ponsel Ucup di saku celananya seraya berjalan mendekat. Tatapannya tertuju pada Rindang.

"Yorker baru itu? Kenalan, dong."

"Jangan mau!" Mbak Fany menyanggah cepat, "Anaknya ngebet nikah. Nanti kamu pulang-pulang diajak ke KUA." Rindang tersenyum canggung. Mbak Fany mungkin berniat melucu, namun dengan alisnya melengkung seperti gunung Everest, mata besar diberi eyeliner meruncing, dan keseluruhan wajahnya yang masam, membuatnya benar-benar tidak cocok menjadi komedian.

"Nggak bisa liat gadis lo, ya, Dan! Langsung seger tu mata!" Salah satu dari dua gadis yang duduk di pojokan bersiul. Ia memiliki wajah kecil dan mengenakan hijab.

Laki-laki dengan cambang tipis itu mencibir, "Ya daripada mata gua seger liat laki-laki!" Dengan cekatan ia duduk di kursi bar bulat dan tinggi. "Kopi, dong, Wan! Yang manis kek gue. Dua! Itu ada gadis masa nggak lo tawarin? Payah banget lo!"

Untuk kali kedua, Rindang menatap laki-laki di balik meja bar itu. Dan untuk kali kedua juga, secara sekilas, laki-laki itu membalasnya. Tatapannya tidak bisa dibilang ramah, tapi juga tidak sejudes Mbak Fany.

Sementara laki-laki itu mengelap gelas-gelas dengan cuek, Rindang tidak sempat memikirkannya lebih jauh. Banyak hal lain menarik perhatiannya.

"This is an English Cafe. Speak in English!" Mbak Fany menegur setelah si 'Dan' tadi sibuk mengoceh panjang lebar dengan dua orang gadis lainnya.

Sambil menghela napas lelah menghadapi anak buahnya, Mbak Fany menoleh pada Rindang. "Boss is already waiting." Ia menghadap Rindang. "Let me bring you to him."


Continue Reading

You'll Also Like

33.2K 2.8K 17
Sejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ran...
1.5M 149K 39
Bianca Dhanakitri tidak banyak bermimpi untuk menemukan pasangan yang sempurna di umurnya yang ketiga puluh empat. Apalagi menjadi pasangan seorang p...
29.7K 1.5K 40
Selamat datang di Flow de Mémoire, Tuan dan Nona! Silakan ikut menjelajahi luasnya langit biru yang terbentang begitu luas di atas kepala kita dalam...
913K 2.5K 6
Kisah Perselingkuhan penuh gairah, dari berbagai latar belakang Publish ulang di wattpad!