Love dulu buat part ini ♥️
Selamat membaca kesayanganku 🤗
****
Kalau mau kemana-mana katakan pada saya, saya hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa tanpa ada saya di sampingmu.
-
-
Tubuh Afiqah berbaring sambil mengigil kedinginan. Setelah membersihkan tubuh di kamar mandi, ia merasa pusing di kepala dan gemetar. Ia tidak menyangka jika daya tahan tubuhnya selemah ini. Bahkan selimut yang menyelimutinya tidak mampu menyembunyikan rasa dinginnya.
"Dek Afi..." Afiqah hanya diam mendengar panggilan itu. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan.
Arsena panik setelah menaruh nampan di meja, ia menyibak selimut Afiqah. Lalu mengecek tubuh gadis itu yang menggigil kedinginan. Dalam hati ia mengumpat ketika tahu Afiqah Demam. Ia kembali menyelimuti gadis itu rapat-rapat.
"Kamu minum dulu ya..." Afiqah menggelengkan kepala enggan. Tubuhnya terasa lemah dan kepalanya pusing. Arsena dengan sigap mengangkat tubuh gadis itu kepangkuannya membuat gadis itu terkejut. Pria itu memeluknya rapat-rapat hingga tak ada lagi jarak. Kemudian tangan Arsena mengambil teh hangat berniat meminumkannya.
"Ngak mau..." Ujar Afiqah manja sambil menggelengkan kepalanya. Namun Arsena meminum air itu, Afiqah mengernyit melihat tingkah Arsena yang malah meminum teh tersebut. Untuk apa Arsena melakukan itu, belum sempat ia berpikir bibir Arsena terlebih dahulu menciumnya. Hal itu membuat Afiqah terkejut karena Arsena mentransfer air yang diminumnya tadi lewat ciuman. Ia terdiam kaku dan menerima hal itu.
"Teguk.." bisik Arsena sambil menjauhkan diri. Afiqah yang tadinya lemah tiba-tiba menjadi sedikit bertenaga.
"Mau minum sendiri atau pakai cara saya." Ancam Arsena.
Mendengar ancaman itu, Afiqah langsung merebut gelas yang digenggam Arsena lalu meneguknya pelan-pelan. Ia tidak mau mengulangi ciuman tadi. Ia masih ingat bagaimana lembutnya bibir itu menyentuh. Ia tidak ingin merasakan debaran yang seharusnya tidak ia rasakan. Rasanya berbeda sekali dengan apa yang ia rasakan dengan Andreas, pria itu juga menciumnya tapi tidak memberikan getaran seperti pria bermata tajam di hadapannya. Yang bahkan mampu membuatnya lemas hanya karena tatapannya.
"Makan dulu ya..."
"Kenyang."
"Mau disuapi pake mulut atau sendok." Ujar Arsena menangga penolakan dari Afiqah.
"Sendok." Balas Afiqah pada akhirnya ia tidak ingin mengulangi hal itu lagi. Arsena tersenyum melihat Afiqah yang mulai menurut. Dengan telaten Arsena menyuapi gadis itu bahkan mengelap bibir gadis itu ketika ada sisa makanan yang menempel disana.
"Sudah." Afiqah tidak nafsu makan, Arsena menurut yang terpenting sudah ada asupan di perut gadis itu.
"Minum dulu." Arsena membantu gadis itu meminumkan minumannya.
"Kamu ngantuk?" Tanya pria itu. Melihat raut wajah lelah Afiqah.
"Kamu tidur saja dulu.." Arsena merapatkan pelukan pada tubuh Afiqah yang mengigil kedinginan. Gadis itu baru saja selesai makan, ia tidak mau perut Afiqah sakit karena langsung berbaring di kasur. Jadi ia membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya. Tangan pria itu menaruh kepala Afiqah untuk bersandar di bahunya. Dengan lembut pria itu mengelus rambut panjang Afiqah. Betapa beruntungnya dia bisa melihat kecantikan gadis itu luar dalam. Tanpa sadar Arsena menyenandungkan lagu di telinga gadis itu.
Hanya dirimu yang ku cinta
Takkan membuat aku jatuh cinta lagi
Aku merasa kau yang terbaik untuk diriku
Walau ku tahu kau tak sempurna
Takkan membuat aku jauh darimu
Apa adanya ku kan tetap setia kepadmau
Tuhan jagakan dia
Dia kekasihku ?kan tetap milikku
Aku sungguh mencintai
Sungguh menyayangi setulus hatiku
Walau ku tahu kau takkan sempurna
Takkan membuat aku jauh darimu
Apa adanya ku kan tetap setia kepadmau
Tuhan jagakan dia
Dia kekasihku?kan tetap milikku
Aku sungguh mencintai
Sungguh menyayangi setulus hatiku
Suara lembut Arsena mampu menyentuh hati Afiqah. Ia terharu dengan perhatian yang Arsena berikan. Padahal ia sudah jahat dengan pria itu tapi ia tetap merawatnya ketika sakit. Mungkin kalau orang lain pasti tidak akan peduli dan membiarkannya seorang diri menggigil sendirian di kasur. Arsena terlalu baik untuknya dan bodohnya dengan tega ia selalu melukai pria itu baik disengaja atau tidak disengaja. Seharusnya ia yang merawat pria itu bukan sebaliknya. Bahkan ia tidak memberikan sedikitpun rasa perhatian pada pria itu. Tanpa Afiqah sadari ia tertidur sambil menangis dalam diam.
Tuhan jagakan dia
Dia kekasihku?kan tetap milikku
Aku sungguh mencintai
Sungguh menyayangi setulus hatiku
Tuhan jagakan dia
Dia kekasihku? kan tetap milikku
Aku sungguh sungguh mencintai
Sungguh menyayangi setulus hatiku
(Tuhan Jagakan dia-Motif Band)
Mata Afiqah terpejam mendengar alunan lagu dari Arsena. Bahkan ia tak menolak ketika pria itu berulangkali memberikan kecupan di kening. Tubuhnya terasa hangat karena pelukan pria itu. Ia jadi teringat ayahnya yang akan memeluknya sepanjang malam ketika ia sakit. Apakah ia akan sanggup kehilangan pria ini? Tapi hati kecilnya masih mengharapkan Andreas cinta pertamanya.
Arsena membaringkan gadis itu ke kasur. Tangan kekarnya menyelimuti gadis itu ke dalam kehangatan. Dipandangi wajah cantik Afiqah. Wajah yang selalu terbayang di hidupnya. Bahkan seringkali ia mencoba untuk melupakan gadis itu, tapi hati kecilnya menyuruhnya untuk bertahan. Gadis yang menjadi penolongnya, sejak saat itu ia bersumpah akan menjaga gadis ini.
****
Afiqah mengernyit melihat sosok anak laki-laki berseragam putih abu-abu menggendong sosok anak kecil yang ia yakini adalah dirinya. Apakah ia sedang berada di alam mimpi? Siapa sosok laki-laki itu, kenapa ia terlihat bahagia dengannya.
Mata Afiqah terbuka, ternyata benar yang ia lihat tadi mimpi. Tubuhnya sudah tidak terlalu lemas kembali. Sebaliknya ia merasakan sebuah dekapan hangat. Siapa pria yang ada di dalam mimpinya? Kenapa terasa sangat tidak asing di hidupnya? Apakah itu salah satu dari kenangannya?
Ketika ia memalingkan wajah pertamakali yang ia lihat adalah wajah tampan Arsena yang terlelap. Pria itu nampak seperti malaikat ketika tidur. Tanpa sadar tangan gadis itu menyentuh wajah Arsena menelusuri setiap garis yang melukis keindahan itu.
Entah kenapa wajah pria ini sangat familiar. Bahkan Afiqah tidak sopan untuk terus memandangi wajah itu. Sampai sebuah suara adzan di ponsel milik Arsena berdering. Hal itu langsung membuat Arsena bangun. Melihat pergerakan dari Arsena, Afiqah langsung pura-pura memejamkan matanya. Ia tidak ingin Arsena memergoki dirinya sedang mengamati pria itu.
Afiqah merasakan tangan Arsena menyentuh keningnya memeriksa suhu tubuhnya. Bahkan ia bisa mendengar helaan napas lega pria itu.
"Dek bangun.. sholat Isya dulu nanti tidur lagi..." Ujar Arsena sambil mengecupi kelopak mata Afiqah.
"Iya mas.." entahlah Afiqah tidak sadar mengatakan itu.
Arsena terpaku mendengar itu, sudut bibirnya terangkat ia bahkan tersenyum saking senangnya mendengar panggilan Afiqah. Karena biasanya gadis itu akan memanggilnya pak tapi kali ini wanita itu menyebutnya mas.
"Mas kenapa senyum-senyum begitu?"
"Tidak apa-apa." Balas Arsena ia tidak ingin menggoda gadis itu. Biarlah ia menyimpan rasa bahagia itu sendiri.
"Kamu mau kemana?" Tanya Arsena, melihat Afiqah akan bangkit.
"Mau ke kamar mandi." Jawab Afiqah. Tanpa aba-aba pria itu menggendong Afiqah. Hal itu membuat Afiqah terkejut sekaligus tersipu malu.
"Kalau mau kemana-mana katakan pada saya, saya hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa tanpa ada saya di sampingmu." Bisik Arsena dengan nada lembut. Tanpa Arsena sadari kalimat itu seperti mantra yang merekahkan hati Afiqah yang berbunga-bunga.
*****
Gmn part ini?
Kurang baperr...
😭😭😭
Love you ♥️♥️
Salam istri sahnya
Lee min ho ♥️
Follow Instagram
@wgulla_
@arse_fa
Ayok vote and Coment biar aku cepett update nya..