RAGA TATALANG NYAWA (Sharing...

By MegaRahmawati5

501 9 0

Cerita ini asli dari pengalaman sendiri dan benar benar yang aku rasakan sebagai pengalaman seputar kesehatan... More

Usus Buntu (1) Raga Hanya Titipan
Usus Buntu (2) Supporters
FAM
SELF LOVE
GENDUT

Donor Darah

280 5 0
By MegaRahmawati5

Tak pernah terpikir sebelumnya aku bisa menjadi salah satu dari mereka, aku pikir aku hanya saksi keberanian dan ketulusan mereka beramal dengan mendonorkan darahnya.
Faktor utama yang membuatku percaya diri tidak bisa donor darah adalah karena  berat badan. Hati kecilku berkata ingin, ingin sekali. Tapi aku merasa tubuhku lemah, berat badanku kurang dari 45, batas minimal donor darah.
Hari itu aku baru saja keluar dari kelas, dua orang anggota PMR sekolah menungguku dipintu.
"Ibu ditunggu Pak Firman donor darah"
Sontak aku sedikit tersinggung. Tubuhku ini terkenal kecil dan kurus, disuruh donor darah? Ngga salah gitu ya. Hm
"Berat badan saya ngga memenuhi syarat ngga mungkin donor darah" kataku sewot
"Oh iya bu" kata siswa tersebut tanpa mengurangi sopan santunnya hingga aku tersadar mungkin maksudnya pak Firman menawariku donor darah, ah aku malu sekali langsung sewot begitu.
"Oh iya neng mungkin maksudnya mau nawari saya ya, iya makasih ya" kataku sambil tersenyum.
Mereka pun tersenyum dan berlalu.

Sebetulnya diriku tertantang untuk donor darah, aku ingin sehat, aku juga penasaran bagaimana rasanya. Tapi udah lah aku tidak memenuhi syarat ko ngeyel. Akhirnya aku pergi ke lab OTKP berniat mengisi waktu kosongku dengan streaming film korea hehe
"Bu Meg anter donor darah yu" kata Bu Asri tiba-tiba.
"Boleh" kataku tak keberatan sama sekali.

Ruangan itu cukup banyak dipenuhi siswa, "wah ternyata antusias dan atensi siswa bagus juga buat donor darah" bisik hatiku, pikiranku jadi melayang bernostalgia dimasa SMK dimana aku jadi anggota PMR, saat itu aku sengaja masuk PMR karena sering jatuh sakit, saat aku bertugas saja hemoglobinku turun drastis hingga hampir pingsan, lemah sekali aku. Sekarang aku di ruangan ini, bukan sebagai petugas. Jadi aku pendonor? Hehehe aku geli sendiri. Aku cuma mau anter Bu Asri kok.

Aku lihat Bu Asri sudah ambil formulir, sedangkan aku melihat-lihat saja, petugas PMI menggunakan baju bebas dipadankan dengan rompi merah bertuliskan Palang Merah Indonesia (PMI). Aku asing sekali dengan mereka jadi aku berniat keluar. Tapi tiba-tiba seorang siswa mencegahku.
"Bu ayo bu donor bu"
"Tidak memenuhi syarat" kataku masa bodo
"Eh bu gapapa diisi aja dulu formulirnya" katanya menantang
"Sok ya saya isi pasti gagal di bb nya"
Aku pun mengisi formulir yang menyatakan diriku sehat, tidur cukup (5-6 jam) tadi malam, tidak sedang haid, dan tidak memiliki riwayat penyakit maag kronis, asma, hepatitis dan masih banyak lagi. Disitu juga ada tulisan tidak pasca operasi 3 bulan ke belakang. Ah aku jadi teringat bagaimana aku bergelut di rumah sakit saat aku melawan tumorku. Ah masa operasi aja aku berani masa donor darah engga, pikirku. Walau kenyataannya aku tetap takut apalagi melihat jarum dan darah. Tunggu tunggu biar aku pastikan berat badanku tidak memenuhi syarat ya haha.

Ternyata 44,5kg.
"Bu aku ngga memenuhi syarat ya bu"
"Emang kenapa?" Kata salah satu petugas itu dengan sinis
"Aku berat badannya ngga 45kg" kataku membela diri untuk tidak donor
"Gapapa kalo mau" JegGErrr rasanya sebuah pintu kesempatan itu terbuka lebar selebar lebarnya
"Bisa? Tapi bb ku?
"Ngga masalah, ini kan sukarela" tetap dengan muka sinisnya. Ebuset ini orang senyum kek dikit mah. Pelit amat. Tapi ah bukan itu yang jadi masalah sekarang. Jadi donor ga nih?
"Ah bu nanti deh" kataku masih bimbang, petugas itu mengambil formulirku dan memberikannya ke petugas PMR tanpa bicara lagi padaku. Eh amit amit.

Aku masih bimbang, ada rasa penasaran dalam dada, ingin, ingin sekali. Tapi aku sendiri baru saja sarapan, sarapan yang telat, mungkin belum tercerna dengan baik. Aku mengobrol sedikit dengan Bu Asri, tak kutemukan jawaban.

Tunggu, donor darah ini dilakukan oleh orang ahli, ga mungkin ada mal praktek. Lagipula apasih resiko terburuknya? Meninggal? Meninggal dalam keadaan aku beramal baik dengan bersedekah mendonorkan darahku. Ah luar biasa sekali, bukankah aku ada niatan ingin mendonorkan seluruh organku setelah meninggal? Daripada membusuk begitu saja dalam tanah, toh aku mati tidak akan merasakan sakit lagi.
Dan ini adalah kesempatan emas,  kecewanya diriku kalau sampai aku melewatkannya begitu saja.
Oke tekadku sudah bulat, aku akan donor darah.

Aku langsung menuju meja petugas yang tadi, memotong antrian siswa, aku tidak mau menunggu dan goyah lagi. Setelah cek darah dan tensi aku langsung ambil tempat dan rebahan. Aku tidak mau menunggu. Ayo lakukan dengan cepat, pikirku.
Beberapa orang mencoba bertanya, menurutku itu pertanyaan yang menggoyahkanku. Jadi aku abaikan saja.

Cukup lama petugas itu mencari pembuluh venaku. Venaku memang kecil, dari dulu sewaktu sakit dan harus diinfus, perawat kesulitan mencari pembuluh venaku.
"Kurang olah raga" katanya, aku menampik, entah kenapa aku lebih responsif karena gugup. Akhirnya pembuluh venaku ketemu, aku sebetulnya tidak terlalu aneh dengan suntikan, tapi bagaimanapun ini pertama kalinya aku donor darah. Jarum yang besar dan tajam mulai menancap dalam lengan kiriku. Aku tahan nafas sebagaimana dokter sering bilang tahan nafas saat jarum suntik menancap dalam tubuhku. Ahh sedikit sakit. Tapi masih dalam batas wajar. Lebih sakit saat antibiotik masuk infusan atau dicauter. Betul, ini mah biasa aja. Bahkan aku tidak merasa pusing sedikitpun. Ahh lega dan senangnya hatiku, aku bangga pada diriku yang berhasil menghadapi rasa takut dalam diri, berhasil menjadi pendonor sebagaimana dulu aku anggap tidak mungkin. Aku rasa dibanding rasa sakit suntikan jarum lebih sakit melihat para petugas yang sinisnya amit-amit. Haha aku jadi berpikir ternyata betul kata psikolog Dedy Susanto kalau dokter itu pantasnya seorang koleris yang kejam, maksudnya berani. Aku pikir mereka adalah plagmatis yang lembut dan baik hati. Mungkin ngga akan jadi tuh nyuntiknya karena ngga tega. Yayaya aku paham. It's oke. Kita punya profesi dan tuntutan yang berbeda.

Ditengah lamunanku ternyata ada trouble, darahku tidak begitu lancar keluar, katanya sih kurang minum. Lambat sekali darahku keluar hingga ruangan yang awalnya sepi jadi penuh dan sepi lagi. Dan aku belum juga selesai. Untungnya ada beberapa siswa yang aku kenal.
"Hei sini" kataku, aku melihat ekspresi mereka yang kaget, seorang bu Mega yang mudah lelah dan sakit, yang mana perawakannya kecil, yang justru mungkin dialah yang cocok jadi penerima donor darah tapi berhasil berbaring disana dengan santai. Beberapa siswa lelaki langsung mengambil formulir dan mengantri. Aku senang sekali melihatnya.

Donor darah selesai. Saatnya cabut suntikan, pasti kalian bertanya-tanya gimana rasanya. Mau tau? Haha rasanya lebih terasa pedih daripada pas ditusuk, but it's oke. Sakit ya sakit tapi ngga sampe berasa mau pingsan ko. Aku pun bangkit dari tempat tidur, I felt good. Tapi aku harus pelan-pelan, kebayang ya dari tubuh mungilku diambil satu labu darah sebanyak 350cc, banyak lah menurutku, kaya sebungkus jus mangga, jus mangga saja ada hampasnya. Ini darah loh, murni, isinya sari makanan, vitamin dan lain-lain. Aku harus hati-hati bangkit dan berjalan.

Ahh alhamdulillah sudah selesai, kulihat masih ada siswaku yang terbaring disana, selang dari tangannya sudah terpasang. Sedangkan yang lainnya lengang. Aku berjalan menuju pintu, tersenyum lebar melihat petugas PMI laki-laki yang ramah sejak awal. Beda dengan ibu-ibu tadi. Eh oke kita kembali ke topik.
Dia bertanya apakah aku baik-baik saja, aku tersenyum baru mau aku jawab baik tapi tiba-tiba pandanganku gelap dan pusing sekali. Aku lalu dipapah duduk di kursi. Sepatuku dilepas dan inilah yang membuatku sakit tak karuan. Jari kakiku dipencet dengan sangat keras, ada tiga titik yaitu kelingking kaki, dasar jari dan telapak kaki. Rasanya luar biasa membuatku ambruk dan digotong ke pembaringan, aku antara sadar dan tidak sadar. Sulit untukku berpikir, yang terbayang hanyalah wajah anak-anakku yang berkelebatan, XI OTKP 1, itu yang kuingat. sedangkan tubuhku berusaha bernafas dengan menenggakkan kepala. Tubuhku refleks mencari jalan udara seperti yang diajarkan saat aku PMR dulu. Kakiku disangga dengan kursi agar lebih tinggi dan darah masuk ke otak.
Perlahan aku mulai sadar, nafasku sudah mulai normal lagi. Aku buka mata perlahan. Badanku berkeringat dingin dan jemariku tak bisa digerakan, kaku. Aku mencoba memulihkan diri, menggerak-gerakan kepala dan jari. Aku berusaha rileks sambil mengingat apa yang aku rasakan saat tak sadarkan diri. Jiwaku penuh dengan beban dan tanggung jawab. Wahai tubuh terima kasih sudah menjadi penyangga hidupku, aku tau kamu pasti lelah kubawa kemana-mana, sedangkan aku sering abaikan menafkahimu. Maafkan aku tubuhku. Tapi kamu kuat, kamu hebat, kamu mampu jalani semuanya, bahkan sekarang kamu sudah berhasil donor darah. Aku bangga padamu tubuhku, sehat terus ya. Aku merasa lega, aku tersenyum melihat siswaku mendekatiku, aku tidak mau terlihat lemah, karena aku kuat. Diantara mereka kulihat salah satunya baru selesai donor darah dia langsung menyeduh teh manis, aku tersenyum dari kejauhan, siswa yang biasanya cuek itu betul-betul memperhatikan fisiknya. Dia memang atlet olah raga. Lucu saja melihatnya sibuk mencelupkan teh dan menuangkan beberapa sendok gula. Tapi tak kusangka dia mendekatiku "bu ini teh manis mumpung masih anget, ibu belum bisa bangun ya, tunggu ya aku cariin sedotan"
Hah? Buatku? Aku pikir aku akan pulih sendiri, hanya ditemani beberapa pembaringan yang mulai kosong, Bu Asri pun entah kemana. Siswa yang tingkahnya sering terlihat tak acuh itu ternyata memiliki empati yang tinggi, aku berusaha bangkit, ditolong mereka tentunya, kuminum teh manis yang gulanya belum begitu larut itu dengan nikmat tiada tara.
"Manis ga bu?" Katanya
Aku tersenyum sambil mengunyah gumpalan gula yang suaranya begitu nyaring. Kami pun tertawa.

Setelah dirasa pulih aku bangkit dan berjalan perlahan, tak kulupa kusampaikan terima kasih banyak pada mereka para petugas PMI dan anggota PMR. Terima kasih banyakkk

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 167K 52
- please ini cerita jamet, jadi tolong jangan berkomentar yang menggantung negatif nya. Ini di publish untuk menambah pengalaman di cerita selanjutny...
29K 1.1K 21
Sebuah cerita tentang kebinalan sosok Bian. Remaja awal SMA yang berparas tampan dan imut berkulit putih mulus yang selalu dapat menangkap mangsa par...
272K 13.8K 37
Perjodohan antar Anak Kyai sudah biasa bukan,tapi jika jalan yang di tempuh sedikit berbeda? Kematian.. Siapa sangka akan begitu cepat merenggut s...
3.9K 732 10
ใ€Œ๐’๐š๐ค๐ฎ๐ซ๐š ๐ก๐š๐ซ๐ฎ๐ค๐š ๐ฑ ๐ซ๐ž๐š๐๐ž๐ซใ€ ---------โœฉโ‹†--------โญ‘โœงโญ‘--------โ‹†โœฉ--------- ๐—ฆ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ: โ i could never choose to love another.โž ๐—ฌ๐—ผ๐˜‚:...