Painful - YiZhan/WangXiao(Wan...

By Yi_Nao

90.8K 3.9K 1.9K

Sebagian cerita gak di publish demi kepentingan penjualan PDF-nya, jika ada yang berminat boleh hubungi akun... More

PROLOG
CHAPTER I : MENYATAKAN
CHAPTER IV : GUARDIAN EVIL
CHAPTER VI : MENYAKITKAN BAG. 2
CHAPTER XII : EGOIS DAN MELEPASKAN
CHAPTER XIV : ZHENGTING?
PDF PAINFUL

CHAPTER II : MERELAKAN

4.7K 606 231
By Yi_Nao

Mendengar hal itu, entah reaksi seperti apa yang harus Xiao Zhan berikan. Satu sisi ia merasa senang ketika mendengar Zhengting menolak Yibo tetapi di sisi lain ia tak mau seseorang yang ia cintai merasa sedih. Namun pemuda manis itu bingung, Kenapa bisa Zhengting menolak Yibo?

"Sebaiknya kita duduk dulu okey. Kau bisa menceritakan semuanya padaku." Mengusap punggung sang sahabat dengan lembut.

Yibo menganggukkan kepala dan malah menggendong Xiao Zhan lalu mendudukkan pemuda manis itu di sofa. Ia pun ikut duduk di samping sang sahabat tanpa melepas pelukkan tersebut. Keheningan pun terjadi, sebab pemuda manis itu membiarkan Yibo untuk memeluk tubuhnya dengan puas.

Setelah merasa Yibo sudah tenang, ia melepaskan pelukkan tersebut, lalu menggenggam tangan sang sahabat dan menatap pemuda tampan itu dengan bingung.

"Bagaimana bisa dia menolakmu Wangyi?"

"Dia mengatakan tidak mencintaiku, Zhan Zhan." Menyandarkan kepala pada pundak sang sahabat.

Xiao Zhan seketika diam, bagaimana bisa pemuda cantik nan manis itu menolak Yibo? Dia sangat tahu jika Zhengting mencintai sahabat kecilnya. Bahkan saat pemuda tampan itu tiba-tiba melakukan skinship secara tak sengaja dengan dirinya, Zhengting akan terlihat marah dan tak mau berbicara dengan mereka. Alhasil, dia harus berhati-hati jika mereka sedang bersama.

Ia mengusap punggung tangan sang sahabat dengan lembut untuk memberikan ketenangan.

"Besok aku akan berbicara dengan Zhengting."

Yibo menoleh dan menatap pemuda manis itu dengan tatapan sendu. Ia merasakan usapan lembut di pipinya, kemudian mata tajam bak elang itu terpejam. Menikmati elusan hangat dari Xiao Zhan.

"Sekarang kau harus pulang! Mama Wang pasti khawatir karena kau belum pulang, hmm"

Pemuda tampan itu meraih tangan Xiao Zhan yang mengusap pipinya. Ia melepaskan usapan tersebut lalu menggenggam erat tangan kecil sang sahabat.

"Kau tak perlu berbicara dengannya." Mengubah posisi duduk berhadapan dengan Xiao Zhan. "Jika kita memaksakan cinta seseorang, makan cinta itu akan perlahan menjauh. Dan bolehkah aku menginap disini?" Menatap sang sahabat dengan tatapan penuh harap.

"Kenapa kau harus bertanya? Biasanya kau tanpa permisi dan tanpa izin dariku langsung menginap disini kemudian langsung pergi ke kamarku." Terkekeh.

Sementara Yibo hanya memberikan cengiran polos dengan mengusap tengkukannya. "Kau benar haha." tertawa garing karena malu dan masih dalam nuansa patah hati.

"Sudahlah, sekarang kau mandi. Tubuhmu bau keringat. Aku akan menghubungi mama untuk mengabarinya." Menarik tubuh besar pemuda tampan itu agar ia berdiri dan segera pergi ke kamar mandi.

"Baiklah ... Setelah itu, kau juga harus membersihkan diri."

Xiao Zhan menganggukkan kepala dan memberikan ibu jarinya dengan memberikan cengiran polos.

Keduanya terlihat begitu segar karena telah membersihkan tubuhnya masing-masing. Yibo tengah duduk di sofa menonton televisi. Namun, pikirannya tidak fokus sama sekali karena ia memikirkan kejadian tadi sore. Dimana cintanya di tolak oleh sang pujaan hati.

Sementara Xiao Zhan tengah membuatkan sup serta teh lemon hangat untuk sahabatnya. Setelah selesai, ia membawa sup serta teh lemon hangat itu ke ruang televisi dan menyimpannya di atas meja tepat di hadapan Yibo.

"Ini sup dan teh lemon untukmu."

Yibo menganggukkan kepala lalu menatap sup beserta teh lemon hangat itu tanpa minat. Melihat hal itu, Xiao Zhan menghela nafas.

"Ingin ku suapi?" tawar pemuda manis itu. Karena memang biasanya jika Yibo dalam mode tak mau makan seperti ini, berarti pemuda tampan tersebut meminta ia untuk menyuapinya.

"Nanti aku akan memakannya sendiri, Zhan!" ucapnya dengan pandangan masih terarah pada televisi.

"Hanya satu suapan Wangyi, kau pasti belum makan setelah balapan. Aku takut kau sakit nanti." Memberikan satu sendok sup buatannya agar dimakan oleh Yibo.

"Aku bilang nanti Zhan! Kenapa kau memaksaku!?" teriak Yibo dengan menepis sendok yang di arahkan pada mulutnya. Secara tak sengaja, mangkuk berisi sup panas yang dipegang pemuda manis itu ikut tumpah mengenai lengannya.

Xiao Zhan terkejut, dia menatap sendok dan pecahan mangkuk yang tergeletak di lantai. Entah kenapa, hatinya berdenyut sakit saat ini. Dia ingin menangis, tetapi ia harus kuat.

"Se-sebaiknya kau is-istirahat saja. Aku akan membereskannya." Pemuda manis itu berjongkok, memunguti pecahan mangkuk yang berserakan di bawah lantai, mengabaikan rasa panas di lengannya.

Lalu apa yang dilakukan Pemuda tampan itu?

Dia hanya diam dengan menatap Xiao Zhan tanpa membantu. Rasanya begitu kesal ketika seseorang memaksakan sesuatu pada dirimu yang sedang dalam keadaan mood buruk. Padahal ia sudah bilang nanti.

Setelah membereskan pecahan mangkuk, Xiao Zhan pergi ke dapur. Dia Memutar keran air di wastafel dan mengarahkan tangan yang terkena sup panas tersebut pada air mengalir. Sesekali dia meringis dan meniupnya. Tanpa sadar air mata pemuda manis itu metes, tangannya begitu terasa perih di tambah lagi hatinya yang berdenyut sakit.

Saat ia mengeluarkan isakkan pertama, tiba-tiba pemuda manis itu merasakan pelukkan hangat dari seseorang. Siapa lagi yang selalu melakukannya kalau bukan Wang Yibo.

"Maafkan aku Zhan Zhan." lirihnya. Pemuda tampan tersebut sadar, seharusnya ia tak melakukan hal itu. Ini kali pertama ia menyakiti sang sahabat dan dia merasa berdosa atas apa yang dilakukannya.

Yibo membalikkan tubuh Xiao Zhan kemudian meraih lengan sahabatnya untuk ia lihat. Lengan ramping si manis terlihat memerah dan pemuda tampan itu semakin merasa bersalah.

"Perih?" ucapnya dengan nada penuh ke khawatiran.

Tanpa berucap, pemuda manis itu mengangguk dengan kepala tertunduk. Kemudian ia merasa tubuhnya ditarik dan dibawa menuju kamar si manis. Saat itu, Yibo mendudukkan Xiao Zhan di tepi kasur. Dia mengambil kotak obat lalu menghampiri sang sahabat dan duduk di hadapannya. Pemuda tampan tersebut mengeluarkan salep luka bakar, kemudian ia mengolesi lengan Xiao Zhan yang terlihat merah oleh salep tersebut.

"Maafkan aku, seharusnya aku tak bersikap seperti tadi padamu. Kau berniat menghiburku, tetapi aku malah bersikap tak baik padamu. Aku menyakitimu, Zhan ..." Kembali menyimpan salep itu ke dalam kotak obat lalu meraih lengan Xiao Zhan yang terluka, kemudian meniupnya.

Melihat perlakuan Yibo yang begitu perhatian dan penuh dengan rasa bersalah, hatinya menghangat. Tangan yang tak terluka itu menepuk pundak Yibo dengan memasang senyuman hangat pada pemuda tampan tersebut.

"Tidak apa, aku mengerti ... Seharusnya aku tak memaksamu dalam keadaan mood buruk. Sebaiknya kita tidur." Melepaskan pegangan tangan sang sahabat. Kemudian berbaring, menepuk ranjang yang kosong di sampingnya.

YIbo ikut berbaring di sampingnya kemudian menarik si manis kedalam pelukkannya. Ia mencium kening Xiao Zhan dengan durasi lama lalu mengusap lembut punggung sang sahabat dengan lembut.

"Sekali lagi maafkan aku Zhan Zhan ..."

"Sst ... Jangan membahasnya lagi dan kau selalu lupa dengan janji kita, jangan ucapkan kata terima kasih dan maaf." Mendekatkan diri mencari posisi nyaman.

Pemuda tampan itu tersenyum, ia mengeratkan pelukkannya. "Kenapa tubuhmu selalu terasa hangat saat ku peluk Zhan Zhan? Rasanya begitu nyaman dan aku menyukainya."

Xiao Zhan yang akan memejamkan mata pun terbuka kembali. Ia menggelengkan kepala dengan membenamkan wajahnya di dada bidang Yibo. "Aku tidak tahu. Sepertinya aku memang nyaman untuk di peluk." Terkekeh.

Yibo ikut terkekeh. Lengan yang mengusap punggung Xiao Zhan kini beralih pada rambut halus sang sahabat. "Aku ingin kita terus seperti ini Zhan Zhan. Jangan pernah berpisah denganku."

Pemuda manis itu mendongakkan kepala dan menatap wajah Yibo dengan menaikkan alisnya. "Hei, kau gila Wang Yibo!"

"Kenapa kau mengataiku gila?" ucap Yibo terkejut mensejajarkan wajahnya dengan wajah Xiao Zhan.

"Iya, kau memang gila. Kau akan terus melakukan skinship seperti ini denganku di depan istrimu nanti? Pada nantinya, kau akan menemukan seseorang yang kau cintai dan menikah dengannya. Aku pun begitu." Xiao Zhan harus segera sadar bahwa ia tak akan pernah bisa selamanya bersama dengan Yibo.

"Kenapa kau mengatakan hal itu. Kita akan tetap bersama walaupun tak melakukan hal seperti ini lagi. Jangan harap kau akan pergi dari kehidupanku Xiao Zhan." Mengeratkan pelukkannya hingga pemuda manis itu tak bisa bergerak.

"Hei Hei Wang Yibo, aku tidak bisa bergerak." Ronta Xiao Zhan.

"Biarkan saja. Agar kau tidak kabur." Terkekeh.

"Terserah, aku akan tidur. Selamat malam Wangyi." Membenamkan kembali wajahnya di dada Yibo dan mulai memejamkan mata.

"Selamat malam Zhan Zhan"

***

Pagi menjelang, Xiao Zhan membuka matanya. Ia melihat kearah samping dan tidak mendapatkan keberadaan Yibo di sana. Pemuda manis itu bangun dan memanggil sang sahabat. Tetapi tidak ada jawaban. Ia turun dari tepi kasur dan menemukan note kecil tertempel di lampu tidurnya.

Aku pergi ke kampus ...
Terima kasih dan maafkan aku untuk kejadian malam tadi

Setelah membaca pesan tersebut, Xiao Zhan menghela nafas dan segera pergi ke kamar mandi untuk pergi ke cafe. Tapi tunggu, kenapa pemuda manis itu tidak pergi ke kampus juga?

Sebab, pemuda manis itu lebih memilih mengurusi cafe kecil-kecilan peninggalan kedua orang tuanya. Ia sudah merasa cukup dengan akhir pendidikannya yang sampai Senior High School karena ia pun tak ingin terus merepotkan keluarga Wang yang sudah membiayai selama ia sekolah. Toh, jika ia sudah memiliki uang lebih, dia akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi jika pemuda manis itu menginginkannya.

***

Jam makan siang tiba, cafe Xiao Zhan di penuhi oleh para pelanggan yang ingin makan siang. Hingga ia lupa pada ponselnya yang terus berdering di saku apron yang ia gunakan. Karena pemuda manis itu kembali ikut turun tangan untuk melayani pesanan mereka.

Jiyang yang mendengar ponsel atasannya terus berdering, segera menghampiri dengan menepuk pundak. "Ge, sebaiknya angkat teleponmu dulu! Biarkan kami yang melayani para pelanggan."

"Oh, baiklah ..." Xiao Zhan menganggukkan kepala dan keluar dari cafe untuk mengangkat telepon. Ia meraih ponsel yang berada di saku apron, lalu menekan ikon hijau.

"Zhan Zhan~"

"Hai Yibo, ada apa? Maaf aku tidak sempat mengangkat teleponmu karena pelanggan hari ini begitu banyak."

"Ahh begitu. Tadinya aku ingin berbicara denganmu."

"O! Kau ingin berbicara denganku? Bagaimana jika kau kemari? Kita berbicara saja di ruangan ku."

"Baiklah, Aku akan kesana!"

"Okey, aku tunggu."

Tak lama kemudian, suara pintu cafe terbuka. Jiyang membungkukkan tubuhnya untuk menyapa pelanggan. Namun, ia terkejut karena orang yang masuk ke dalam cafenya adalah pemuda bodoh yang sama sekali tak peka pada perasaan atasannya yang sudah ia anggap sebagai gege sendiri. Ia melihat mata tajam bak elang itu melirik kesana kemari mencari seseorang. Dan pemuda berkulit putih itu tahu betul siapa yang Yibo cari. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Jiyang menghampiri Xiao Zhan untuk memberi tahu keberadaan sang sahabat.

"Jiyang, ada apa?" Merasa pundaknya di tepuk.

"Pujaan hatimu datang ge." ucapnya datar lalu merain note serta pulpen dari tangan atasannya.

"Ishh ..." Mencebikkan bibirnya. Lalu berbalik dan menghampiri Yibo yang kini menatap kearahnya.

"Hai Wangyi, selamat datang. Ingin ku buatkan apa hmm?" Tersenyum hangat.

Tak memberi jawaban, pemuda tampan itu langsung menarik Xiao Zhan ke dalam pelukkannya. Hingga keduanya menjadi pusat perhatian para pelanggan serta pekerjanya.

"Eh Wangyi, a-ada apa?" terkejut dengan wajah memerah karena malu.

"Zhengting menghindariku selama di kampus. Aku mencoba untuk berbicara dengannya, tapi dia malah menghidar."

"Ahh begitu, se-sebaiknya kita berbicara di ruanganku." Melepaskan pelukan lalu menarik sang sahabat menuju ruangan pribadinya. Astaga, ia sangat malu sekarang.

Setelah keduanya masuk ke ruangan Xiao Zhan, Yibo menarik pemuda manis itu ke pangkuannya, kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggang dan wajahnya ia benamkan di leher sahabatnya.

Sementara yang dipeluk mengusap rambut Yibo dan punggungnya.

"Aku tak mengerti, kenapa Zhengting menjauhiku. Meskipun dia tak mencintaiku, aku berharap dia masih menerimaku sebagai sahabatnya." lirih pemuda tampan itu.

"Berusahalah untuk terus mendekatinya. Aku yakin dia akan luluh jika kau berusaha membuktikan perasaanmu pada Zhengting." Xiao Zhan tersenyum pedih.

Bukan kah dia seorang manusia yang bodoh? Kesempatan di depan mata untuk dia dapat mengambil hati Yibo. Namun, dia malah memberi saran yang berlawanan dengan hatinya.

Disaat Xiao Zhan tersenyum sedih di balik punggung pemuda tampan itu, Yibo sendiri malah memasang senyuman cerah saat saran yang Xiao Zhan berikan memberinya semangat untuk kembali mendekati Zhengting.

"Terimakasih Zhan Zhan. Kau memang sahabatku yang paling baik." Memeluknya erat.

"Tidak perlu berterimakasih. Jika kau berusaha untuk mencapai kebahagiaanmu, maka aku akan terus membantumu untuk mencapainya. Karena kebahagianmu adalah kebahagiaanku juga ..." 'walaupun aku akan merasakan sakit nantinya.' Air matanya lolos membasahi kedua pipinya. Namun ia segera menghapusnya karena ia takut Yibo tahu.

"Kenapa kau ingin membantuku?" Melepaskan pelukkannya dan menatap Sahabat yang manis itu.

"Kau membantuku untuk menghapus rasa sedih saat aku kehilangan kedua orang tuaku. Kau mengembalikan senyumanku juga. Maka dari itu, aku akan membantumu untuk meraih kebahagiaanmu. karena kau sudah membantuku untuk meraih kebahagiaanku."

"Apa kau bahagia sekarang?" Mengusap pipi Xiao Zhan.

"Ya..." 'Tapi kebahagiaan itu akan pergi setelah kau bersama Zhengting.' Menganggukkan kepala.

"Apa kebahagiaanmu?"

"Memilikimu dan Zhengting sebagai sahabat. Juga keluargamu yang seperti keluargaku juga. Terimakasih karena kau sudah mau berbagi rasa kasih sayang kedua orang tua mu." Kini dia berani untuk mengeluarkan air matanya di depan Yibo.

"Hei, kenapa menangis hmm?" Menangkup kedua pipi Xiao Zhan. kedua ibu jarinya menghapus air mata pemuda manis itu.

"Aku terharu, karena kau begitu baik padaku." 'Aku takut kehilanganmu'

Yibo terkekeh dan kembali memeluk Sahabatnya. "Itu kewajibanku. Karena entah mengapa, hati ini memintaku untuk selalu berada disisimu dan tidak menyakitimu. Aku berharap kau menemukan seseorang yang begitu mencintaimu."

'Dan aku berharap itu kau. tapi itu tidak mungkin.' Xiao Zhan menganggukkan kepala dan melepaskan pelukkannya.

"Jia you Wangyi. Aku akan menunggumu untuk memberikan undangan pernikahanmu padaku." Tak ada kesempatan lagi untuk Xiao Zhan mendapatkan Yibo.

"Kau harus menunggunya. Karena cita-citaku ingin menjadikan Zhengting sebagai istriku." Menepuk dadanya bangga. Lalu keduanya tertawa bersama.

"Hei, kenapa kita saling mengucapkan terimakasih? Ingatkan perjanjian kita untuk tidak mengucapkan kata terimakasih?" ucap Xiao Zhan terkekeh.

"Tidak apa-apa. Untuk kali ini saja kita saling melempar kata terimakasih." Tersenyum manis.

"Hmm" Menganggukkan kepala dengan senyuman manis.

"Astaga. Kau imut sekali. Boleh ku cium?" goda Yibo

"Jangan macam-macam tuan Wang!" Memberi tatapan tajam tapi malah terlihat manis.

"Kenapa? bukan kah dulu kita sering berciuman?" Menaik turunkan alisnya.

"Hanya pipi dan kening. kenapa kau bilang berciuman?" Menyerngitkan alisnya.

"Hehe. Kau tak pernah tahu, jika setiap aku menginap aku akan mencuri ciuman di bibirmu saat kau tidur!" Terkekeh polos.

"YAKKK!!" Menjitak kepala Yibo dan menatapnya tajam.

"Bibirmu manis."

Pemuda manis itu menarik kedua kuping Yibo dan dia tertawa saat mendengar rengekan sahabatnya yang meminta di lepaskan.

"Rasakan itu Wangyi. haha."

***

Setelah kepergian Yibo dari cafe, Xiao Zhan kembali menyibukkan diri untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dia kembali memakai apron cokelat muda dan menghampiri para pelanggan untuk menuliskan pesanan mereka.

Jiyang sebenarnya memperhatikan atasannya itu. Dia merasa iba, tapi mau bagaimana lagi jika pemuda manis tersebut keras kepala. "Kau bodoh ge."

Pemuda berkulit putih itu tahu sedikit percakapan diantara keduanya. Dia tak bermaksud menguping, Jiyang hanya ingin mengantarkan 2 cangkir kopi untuk mereka. Namun, ia urungkan ketika mendengar percakapan keduanya. Apalagi saat dia mendengar jikalau atasan yang sudah ia anggap sebagai gegenya sendiri itu menangis.




TBC

Continue Reading

You'll Also Like

60.4K 5.5K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
695 65 15
List cerita dari author ZAY Lotus Team yang dirilis bulan Oktober 2023. Lengkap dengan keterangan, blurb, banner, cover dan intro cerita masing-masin...
1.2K 127 5
cerita ini buat seru seruan aja ni. aku juga ga pandai ngebuat deskripsi jadi langung baca aja jangan lupa buat di vote dan coment ya kalau ada salah...
17.8K 978 24
keyra gadis manis baik dan sangat lah sopan... yah itulah sebutannya tapi... pfftt itu adalah wajah pertamanya dan.. ini adalah wajah keduanya keyra...